MISDIANTO
NIM 1209077
● Pertanyaan
1 :
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia baik untuk keperluan
sekolah dasar dan menengah maupun sebagai mata kuliah umum di perguruan tinggi,
orientasinya adalah keterampilan berbahasa. Namun, aspek kebahasaan seperti struktur bahasa, kosa kata, ejaan,
dan tanda baca tidak dapat diabaikan begitu saja. Ketiga hal itu, terutama
untuk keterampilan menulis, sangat menentukan kualitas tulisan. Lalu, bagaimana
mengintegrasikan ketiganya ke dalam pembelajaran keterampilan berbahasa?
● Jawaban :
Cara mengintegrasikan aspek kebahasaan (seperti struktur bahasa, kosa kata, ejaan, dan tanda baca) yaitu melalui pendekatan-pendekatan dalam
menyelenggarakan tes bahasa, yang dikelompokkan
dalam bentuk sebagai berikut.
1.
Pendekatan
Tradisional.
2.
Pendekatan
Diskret.
3.
Pendekatan
Integratif.
4.
Pendekatan
Pragmatik.
5.
Pendekatan
Komunikatif.
1.
Pendekatan tradisional
Pendekatan
tradisional dalam tes bahasa dikaitkan dengan pembelajaran bahasa tradisional.
Pendekatan ini dirancang hanya untuk memenuhi kebutuhan akan keperluan sesaat.
Dengan kata lain, tes bahasa dilakukan terbatas pada kebutuhan untuk mengetahui
tingkat kemampuan tertentu seperti menulis dengan bahan ajar yang
menitikberatkan pada tata bahasa.
2.
Pendekatan diskret
Pendekatan diskret dalam tes bahasa didasarkan atas
paham linguistik struktural yang menganggap bahasa sebagai sesuatu yang terdiri
dari bagian-bagian yang tertata menurut struktur tertentu. Dalam penggunaan tes
pendekatan diskret, tes ditujukan untuk mengukur hanya satu unsur dari komponen
bahasa. Tes pendekatan diskret diterapkan atas dasar pemahaman konvensional
terhadap bahasa yang terdiri dari empat kemampuan bahasa dan empat komponen
bahasa sebagai berikut.
Tabel Komponen
Bahasa dan Kemampuan Bahasa Berdasarkan Pendekatan Diskret
Komponen Bahasa
|
Kemampuan Bahasa
|
Menyimak
|
Berbicara
|
Membaca
|
Menulis
|
Bunyi Bahasa
Struktur Bahasa
Kosakata
Kelancaran Berbahasa
|
+
+
+
+
|
+
+
+
+
|
+
+
+
+
|
-
+
+
+
|
3.
Pendekatan integratif
Pendekatan integratif yang diterapkan pada tes
integratif juga berdasarkan pada paham linguistik struktural dengan rincian
bahasa ke dalam kemampuan dan komponen bahasa dan unsur-unsurnya yang dapat
dipisah. Meskipun demikian pendekatan tes integratif tidak selalu tampil secara
terpisah-pisah dapat juga dalam gabungan (integrasi) antara satu unsur dengan
satu atau lebih unsur bahasa lainnya. Dengan kata lain, tes integratif mengukur
tingkat penguasaan terhadap gabungan dari dua atau lebih unsur bahasa.
4.
Pendekatan pragmatik
Pendekatan pragmatik pada tes pragmatik berkaitan
dengan kemampuan untuk memahami suatu teks atau wacana. Pemahaman tidak
terbatas pada bentuk dan struktur kalimat, frasa, dan kata
dan unsur yang digunakan dalam teks atau wacana. Pemahaman lebih jauh diperoleh
melalui konteks ekstra linguistik, yaitu aspek pemahaman bahasa di luar apa
yang diungkapkan melalui bahasa dan meliputi segala sesuatu dalam bentuk
kejadian, pikiran, perasaan, persepsi, ingatan dan lain-lain. Penerapan tes
pragmatik yang paling sering dikaitkan dengan tes cloze, di samping dikte.
5.
Pendekatan komunikatif
Munculnya pendekatan komunikatif dalam pembelajaran
bahasa bermula dari adanya perubahan-perubahan dalam tradisi pembelajaran
bahasa di Inggris pada tahun 1960-an menggunakan pendekatan situasional (Tarigan, 1989: 270). Dalam pembelajaran
bahasa secara situasional, bahasa diajarkan dengan cara
mempraktikkan/melatihkan struktur-struktur dasar dalam berbagai kegiatan
berdasarkan situasi yang bermakna. Namun, dalam perkembangan selanjutnya,
seperti halnya teori linguistik yang mendasari audiolingualisme ditolak di
Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1960-an dan para pakar linguistik
terapan Inggris pun mulai mempermasalahkan asumsi-asumsi yang mendasari
pengajaran bahasa situasional. Menurut mereka, tidak ada harapan/masa depan
untuk meneruskan mengajar gagasan yang tidak masuk akal terhadap peramalan
bahasa berdasarkan peristiwa-peristiwa situasional. Howatt (Tarigan, 1989: 270) mengemukakan apa
yang dibutuhkan adalah suatu studi yang lebih cermat mengenai bahasa itu
sendiri dan kembali kepada konsep tradisional bahwa ucapan-ucapan mengandung
makna dalam dirinya dan mengekspresikan makna serta maksud-maksud pembicara dan
penulis yang menciptakannya.
Ida Bagus
Putrayasa (2007) menambahkan mengenai
teori dasar pendekatan komunikatif ini adalah bahasa merupakan alat komunikasi
sosial. Artinya sebagai berikut.
a. Bahasa itu
bagi orang per orang adalah alat untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, maksud,
dan sebagainya kepada orang lain. Apa yang ada pada dirinya (misalnya
informasi) disampaikan kepada orang lain agar orang lain pun memilikinya.
Alat yang dipakai untuk menyampaikan itu adalah Bahasa.
b. Bahasa adalah salah satu alat yang
dipakai orang untuk berkomunikasi. Alat yang lain masih
banyak, misalnya: kentongan, gerak anggota tubuh, siulan, dan sebagainya.
Ida Bagus
Putrayasa (2007) juga mengemukakan
implikasinya dalam kelas yakni sebagai
berikut.
a.
Harus ada
interaksi verbal, baik antara guru dan siswa maupun siswa dan
siswa.
b. Guru tidak
usah terlalu banyak berbicara, menjelaskan, atau menggurui, tetapi menciptakan
suasana yang baik agar siswa senang
belajar dan senang berbicara.
c.
Guru
mendorong pengembangan kemampuan berkomunikasi siswanya. Lebih baik murid
berani berbicara dan mengemukakan pandapat meskipun dengan bahasa yang kurang
baik dan kurang benar daripada diam karena takut salah.
d. Hilangkan
hambatan psikologis seperti takut salah, sungkan, malu, dan
sebagainya.
e. Beri tugas: masalah dan memecahkan
masalah.
Contoh: Berilah
pelajaran yang bersifat bermain-main, kuis, teka-teki (seperti yang sering kita tonton di
televisi).
f. Upayakan agar siswa mau berbicara
dan menggunakan bahasa, apapun wujudnya. Bahasa Indonesia
bercampur bahasa Minang/ bahasa
daerah pun tidak apa-apa.
g. Suruh siswa
mengajukan pertanyaan secara lisan. Bagi siswa menjadi dua kelompok besar (deretan bangku):
kelompok 1 bertanya, kelompok 2 menjawab, begitu bergantian.
h. Kembangkan imajinasi anak dengan
bahasa, seperti:
Andaikata saya menjadi ….
Buat
rangkaian cerita dari kata jarum sampai doa.
Pendekatan
komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetensi
komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga mengembangkan
prosedur-prosedur bagi pembelajaran 4 keterampilan berbahasa (menyimak,
membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan menghargai saling ketergantungan
bahasa. Ciri utama pendekatan komunikatif adalah adanya 2
kegiatan yang saling berkaitan erat, yakni adanya kegiatan-kegiatan komunikatif
fungsional (functional communication activies) dan kegiatan-kegiatan
yang sifatnya interaksi sosial (social interaction activies). Kegiatan
komunikatif fungsional terdiri atas 4 hal, yakni:
a.
Mengolah
infomasi.
b.
Berbagi dan
mengolah informasi.
c.
Berbagi
informasi dengan kerja sama terbatas.
d.
Berbagi
informasi dengan kerja sama tak terbatas.
Kegiatan
interaksi sosial terdiri atas 6 hal, yakni:
a.
Improvisasi
lakon-lakon pendek yang lucu.
b.
Aneka
simulasi.
c.
Dialog dan
bermain peran.
d.
Sidang-sidang
konversasi.
e.
Diskusi.
f.
Berdebat.
David Nunan
(Solchan T.W., dkk. 2001: 66)
berpendapat ada delapan aspek yang berkaitan erat dengan pendekatan komunikatif
yaitu:
a. Teori Bahasa
Pendekatan Komunikatif berdasarkan teori bahasa menyatakan bahwa pada
hakikatnya bahasa adalah suatu sistem untuk mengekspresikan makna, yang menekankan
pada dimensi semantik dan komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa.
Oleh karena itu, yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa,
bukan pengetahuan tentang bahasa.
b.
Teori belajar yang cocok untuk
pendekatan ini adalah teori pemerolehan bahasa kedua secara alamiah.
c.
Tujuan
mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi (kompetensi dan performansi
komunikatif).
d.
Silabus
harus disusun searah dengan tujuan pembelajaran dan tujuan yang dirumuskan dan materi
yang dipilih sesuai dengan kebutuhan siswa.
e.
Tipe
kegiatan tukar menukar informasi, negosiasi makna atau kegiatan lain yang
bersifat riil.
f. Peran guru
fasilitator proses komunikasi, partisipan tugas dan tes, penganalisis
kebutuhan, konselor, dan manajer proses belajar.
g. Peran siswa pemberi dan penerima,
sehingga siswa tidak hanya menguasai bentuk bahasa, tapi juga bentuk dan
maknanya.
h.
Peranan
materi pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa dalam tindak komunikasi
nyata. Prosedur-prosedur pembelajaran berdasarkan pendekatan komunikatif
lebih bersifat evolusioner daripada revolusioner. Adapun garis kegiatan
pembelajaran yang ditawarkan mereka adalah: penyajian dialog singkat,
pelatihan lisan dialog yang disajikan, penyajian tanya jawab, penelaah dan
pengkajian, penarikan simpulan, aktivitas interpretatif, aktivitas produksi
lisan, pemberian tugas, dan pelaksanaan
evaluasi.
Pendekatan
komunikatif dikaitkan dengan tes bahasa tentang konteks ekstra linguistik
seperti pendekatan pragmatik, namun cakupan yang lebih lengkap dan lebih luas
karena bertitik tolak dari komunikasi sebagai fungsi utama dalam penggunaan
bahasa. Peranan dan pengaruh unsur-unsur nonkebahasaan yang lebih ditekankan
pendekatan ini. Kemampuan komunikasi berkaitan dengan penguasaan terhadap tiga
komponen utama, yaitu: (1)
kemampuan bahasa (language competence)
meliputi struktur, kosakata, dan makna, (2)
kemampuan strategis (strategic competence) yaitu kemampuan untuk
menerapkan dan memanfaatkan komponen-komponen kemampuan bahasa dalam berkomunikasi
lewat bahasa, (3)
mekanisme psikofisiologis, yaitu proses psikis dan neurologis yang digunakan
dalam berkomunikasi lewat bahasa. Secara singkat kemampuan komunikatif sebagai
kemampuan yang digunakan untuk menggunakan bahasa sesuai dengan situasi nyata,
baik secara reseptif maupun secara produktif (ability to use language
appropriately, both receptively and productively, in real situations).
● Pertanyaan
2 :
Pembelajaran keterampilan mendengarkan
sering terabaikan di samping pembelajaran keterampilan berbahasa lainnya.
Pembelajaran keterampilan mendengarkan,
kalaupun dilaksanakan, tidak lebih dari sekadar ujian mendengarkan. Menurut
Anda, bagaimana teknik keterampilan mendengarkan yang mengandung upaya
PENINGKATAN keterampilan mendengarkan? Beri contoh penjelasan Anda.
● Jawaban :
Menurut Tarigan (dalam Djuanda, 2008)
■
Upaya Peningkatkan Kemampuan Pembelajaran
Menyimak/ Mendengarkan yang Efektif (terdapat tujuh teknik) yaitu:
1.
Simak –
Ulang Ucap
Teknik ini siswa harus menyimak apa yang diucapkan guru, setelah itu siswa
harus mengucap ulang apa yang disimaknya. Model ucapan yang akan diperdengarkan
harus diperdengarkan secara cermat oleh guru. Isi model ucapan dapat berupa
fonem, kata, kalimat, ungkapan, kata-kata mutiara, peribahasa, dan puisi-puisi
pendek. Model itu dapat diucapkan langsung atau direkam.
2.
Simak –
Tulis (Dikte)
Simak – Tulis mirip dengan Simak – Ulang Ucap. Siswa menyimak apa yang
dikatakan guru atau dari rekaman, kemudian siswa harus menuliskannya.
3.
Simak –
Kerjakan
Teknik ini, mula-mula siswa menyimak apa yang diperdengarkan guru, kemudian
siswa harus mengerjakan apa yang diperintahkan atau dikatakan dalam kegiatan
menyimak tadi. Model biasanya berupa kalimat-kalimat perintah.
4.
Simak –
Terka
Guru menyusun deskripsi suatu benda atau mainan yang siswa yang paling
disukainya atau gambar foto tanpa menyebutkan bendanya. Deskripsi
diperdengarkan kepada siswa. Siswa menyimak teks deskripsi dan harus
menerkanya.
5.
Memperluas
Kalimat
Guru menyebutkan sebuah kalimat. Siswa mengucapkan kembali kalimat
tersebut. Kembali guru mengucapkan kalimat tadi. Kemudian guru mengucapkan kata
atau kelompok kata lain. Siswa melengkapi kalimat tadi dengan kelompok kata
yang disebutkan terakhir oleh guru. Hasilnya kalimat yang diperluas.
6.
Menyelesaikan
Cerita
Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 3-4
orang. Guru memanggil anggota kelompok pertama maju ke depan kelas. Yang
bersangkutan disuruh bercerita, judul bebas. Setelah siswa pertama selesai
bercerita seperempatnya misalnya, siswa kedua anggota kelompok itu harus
meneruskan cerita temannya yang pertama tadi, terus sampai anggota kelompok
selesai kebagian giliran. Siswa yang belum ke depan harus menyimak dengan baik,
sebab ada kemungkinan giliran jatuh kepada orang yang tidak menyimak. Siswa
harus siap meneruskan cerita.
7.
Membuat
Rangkuman
Siswa menyimak cerita atau teks nonsastra yang agak panjang. Setelah itu
siswa diharuskan membuat rangkuman apa yang telah disimaknya tadi. Apa yang
disimak harus dirangkum menjadi sesingkat mungkin, tapi yang singkat itu tetap
menjelaskan yang panjang.
■ Upaya Peningkatkan Kemampuan Pembelajaran Menyimak/
Mendengarkan Non Sastra yang Efektif, yaitu:
a. Dengan
menjawab pertanyaan
Guru mempersiapkan bahan simakan. Isi bahan simakan harus disesuaikan
dengan kemampuan siswa. Kemudian siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai
bahan simakan.
b.
Dengan
permainan seperti tebak-tebakan
Guru
memberikan gambaran dari bahan yang akan dijadikan simakan siswa. Guru
memberikan kata kunci mengenai bahan simakan. Setelah itu siswa menebak apa
yang dimaksudkan oleh guru.
Menurut
Djuanda (2008) ada beberapa macam
permainan yang dapat digunakan untuk pembelajaran menyimak. Beberapa contoh di
antaranya sebagai berikut.
1.
Bisik
Berantai.
Permainan ini dilakukan dengan cara, setiap siswa
harus membisikkan suatu kata (untuk kelas rendah) atau kalimat atau cerita
(untuk kelas tinggi) kepada pemain berikutnya. Terus berurut sampai pemain terakhir.
Pemain yang terakhir harus mengatakan isi kata atau kalimat atau cerita yang
dibisikkan. Betul atau salah? Bila salah, di mana atau siapa yang melakukan
kesalahan. Permainan ini dapat dilombakan dengan cara berkelompok.
2.
Kim Lihat
(Lihat Katakan).
Sediakan beberapa benda, atau sayuran, atau
buah-buahan dalam suatu kotak tertutup. Siswa berkelompok. Seorang siswa
anggota kelompok harus melihat satu benda yang ada di dalam kotak. Setelah
dilihat jelas, siswa tersebut harus menjelaskan sejelas-jelasnya kepada
kelompoknya baik cirri-cirinya, rasanya, warnanya atau apa saja yang dapat
dilihatnya. Anggota kelompok yang lain harus mengambil benda yang dijelaskan
oleh siswa yang melihat tadi. Kelompok yang paling banyak mengambil benda dalam
kotak, itulah yang menang.
3.
Cerita
berantai.
Permainan ini dilakukan berkelompok dua orang. Setiap
kelompok harus melanjutkan cerita yang diucapkan kelompok lain. Cerita mulai
dari guru. Anggota kelompok yang satu sebagai pembicara melanjutkan cerita,
yang seorang lagi mencatat kalimat yang diucapkan setiap kelompok dan
membacakannya setelah cerita selesai.
4.
Siap
Laksanakan Perintah.
Permainan ini bermain melalui lagu. Siswa dibagi
beberapa kelompok. Setiap kelompok harus mengganti lirik lagu “Suka Hati”
dengan perintah yang harus dikerjakan oleh kelompok lain.
● Pertanyaan 3:
Apa saja yang Anda ketahui tentang perancah (scaffolding) dalam konteks pembelajaran?
Apa contoh dan bagaimana penerapannya? Kaitkan penjelasan Anda dengan ZPD (Zone proximal development) dari Lev Vygotsky.
● Jawaban :
* Pengertian
istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu
berupa bangunan kerangka sementara atau penyangga (biasanya terbuat dari bambu,
kayu, atau batang besi) yang memudahkan pekerja membangun gedung. Metapora ini
harus secara jelas dipahami agar kebermaknaan pembelajaran dapat tercapai.
Sebagian pakar pendidikan mendefinisikan scaffolding berupa bimbingan
yang diberikan oleh seorang pembelajar kepada peserta didik dalam proses
pembelajaran dengan persoalan-persoalan terfokus dan interaksi yang bersifat
positif. Scaffolding diartikan ke dalam bahasa Indonesia “perancah”,
yaitu bambu (balok dsb) yang dipasang untuk tumpuan ketika hendak mendirikan
rumah, membuat tembok, dan sebagainya (Poerwadarminta, 1983; 735).
- Scaffolding adalah
bantuan (parameter, aturan atau saran)pembelajaran memberikan peserta didik
dalam situasi belajar.
- Scaffolding
memungkinkan peserta didik untuk mendapat bantuan melalui keterampilan baru atau di
luar kemampuannya.
*
Contoh Penerapan Scaffolding dalam Konteks
Pembelajaran
Yaitu berupa keaktifan peserta
didik dalam proses pembelajaran, strategi pembelajaran, keragaman model
pembelajaran, bimbingan pengalaman dari pembelajar, fasilitas belajar, dan
iklim belajar peserta didik dari orang tua di rumah dan pembelajar di sekolah. Dukungan
belajar yang dimaksud di sini adalah dukungan yang bersifat konkrit dan abstrak
sehingga tercipta kebermaknaan proses belajar peserta didik.
* Penerapan Scaffolding dalam kontaks pembelajaran, persyaratannya:
1. Pengetahuan
dibangun oleh peserta didik sendiri.
2. Pengetahuan
tidak dapat dipindahkan dari pembelajar ke peserta didik, kecuali hanya.
3. Dengan
keaktifan peserta didik sendiri untuk menalar.
4. Peserta
didik aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
5. Pembelajar sekedar memberi bantuan dan
menyediakan saran serta situasi agar proses kontruksi belajar lancar.
6. Menghadapi masalah yang relevan dengan
peserta didik.
7. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya
sebuah pertanyaan.
8. Mencari
dan menilai pendapat peserta didik.
9. Menyesuaikan
kurikulum untuk menanggapi anggapan peserta didik.
* Kaitan Penerapan Scaffolding dengan ZPD (Zone
of Proximal Development) dalam
Kontaks Pembelajaran yaitu:
ZPD merupakan singkatan dari Zona
Perkembangan Proksimal,
dimana serangkaian
tugas yang terlalu sulit dikuasai sendiri oleh anak akan tetapi dapat
dipelajari oleh bantuan atau bimbingan orang dewasa atau anak yang sudah
terlatih. Contohnya saja apabila kita pergi ke mal dan berbelanja di Hipermart
bersama ponakan yang umurnya 3 tahun, karena seringnya anak itu diajak
berbelanja ke Hipermart, maka anak itu akan mengerti kalau berbelanja di Hipermart
itu mengambil keranjang dan mengambil barang sesuka kita. Tapi hanya sebatas
itu saja, anak itu belum tahu
kalau barang yang diambil itu harus dibayar dikasir. Maka kita sebagai orang
dewasa harus membimbing kepada anak agar barang yang sudah diambil itu harus
dibawa dan dibayar dikasir.
Bahwa ZPD itu, ternyata ada batas atas dan
batas bawah. Batas
bawah ZPD merupakan tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara
mandiri. Contohnya saja anak mengetahui warna kuning karena ibunya sering
menyuruh untuk mengambil selimut kesayangan anak itu yang bewarna kuning,
sehingga anak itu mengetahui kalau selimutnya
berwarna kuning.
Kalau
batas atas ZPD
merupakan tingkat keahlian yang dimiliki anak dengan bantuan orang dewasa atau
orang yang ahli. Contohnya saja anak itu mengetahui kalau selimutnya bewarna
kuning akan tetapi apabila ada beberapa kertas yang bewarna kuning dan merah
maka anak itu akan kesulitan untuk mengklasifikasikan warna tersebut, sehingga
harus diberi pengarahan oleh orang dewasa untuk mengklasifikasikannya.
Konsep
scaffolding merupakan perubahan tingkat dukungan dimana setelah
kompetisi anak meningkat maka tingkat dukungan kita sebagai pendamping
dikurangi atau dihilangkan secara perlahan. Contohnya saja anak yang mulai bisa
berdiri maka kita sebagai pendamping anak bertugas memberikan bantuan dengan
memegang kedua tangan. Setelah anak itu sudah mulai bisa melangkah maka tingkat
dukungan kita dikurangi hanya menggunakan satu tangan dan apabila anak itu
sudah mulai bisa berjalan maka kita hanya memberi dukungan semangat dan tidak
lagi memberi bantuan memegang atau menggendong lagi.
Jadi,
kesimpulannya bahwa kaitan penerapan Scaffolding dengan ZPD dalam kontaks pembelajaran yaitu adanya pembelajaran
yang menyenangkan namun
tidak identik dengan pembelajaran yang gaduh, berisik, dan tidak terkendali.
Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dilakukan oleh peserta
didik secara sukarela, tanpa ada unsur paksaan dari luar, peserta didik
melakukan aktifitasnya dengan hati yang senang dan tidak terkekan.
Hal
itu akan terjadi apabila situasi pembelajaran terbuka, demokratis, dan
menantang. Para peserta didik memiliki kesempatan untuk melakukan berbagai
aktifitas tanpa harus takut salah dan dimarahi oleh siapapun. Pembelajaran yang
menyenangkan, peserta didik akan dapat mencurahkan perhatiannya secara penuh
pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi
dan pembelajar berperan sebagai scaffolding/ memberi dukungan strategi.
Melalui
usaha tersebut peserta didik sebagai pusat pembelajaran akan ditandai oleh adanya
aktif, berpartisipasi, bekerja, berinteraksi, menemukan dan memecahkan masalah.
Dalam kegiatan pembelajaran komunikasi sering terjadi hanya satu arah, yaitu
dari pembelajar kepada peserta didik, sehingga peserta didik lebih banyak pasif
dan kemampuan aktual peserta didik dalam ZPD (Zone of Proximal Development)
diabaikan.
● Pertanyaan 4 :
Kemampuan mengelola kelas sangat penting
bagi seorang pendidik. Kelas yang tidak dikelola dengan baik menguragi kualitas
belajar peserta didik. Lalu apa saja
aspek pengelolaan kelas yang sangat penting dikuasai seorang pendidik
● Jawaban :
Aspek-aspek Pengelolaan Manajemen Kelas
Menurut
Oemar Mark ada 7 aspek yang melalui fungsi berbeda dalam proses belajar
mengajar, tetapi merupakan satu kesatuan bulat, yaitu:
1.
Aspek tujuan
instruksional
2.
Aspek materi
pelajaran
3.
Aspek metode
dan strategi pembelajaran
4.
Aspek
ketenagaan
5.
Aspek media
instruksional
6.
Aspek
penilaian
7.
Aspek
penunjang fasilitas.
Menurut Lois
V. Johnson dan May any mengemukakan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan kelas:
1.
Sifat-sifat
kelas
2.
Kekuatan
pendorong kekuatan kelas
3.
Memahami
situasi kelas
4.
Mendiagnosis
situasi kelas
5.
Bertindak
selektif
6.
Bertindak
kreatif
7.
Untuk
memperbaiki kondisi kelas
● Pertanyaan 5 :
Ada bermacam macam metode inovatif dalam pembelajaran
bahasa, antara lain: Audilongualism, Direct Method, Sugestopedia, Silent Way, Community Language Learning,
Natural Method, dan banyak lagi yang lain. Dari contoh-conroh itu, pilihlah
tiga diantaranya dan jelaskan (1) konsep dasarnya, (2) peranan pendidik dan
peserta didik, (3) pengembangan materinya, dan (4) langkah-langkah kegiatannya.
● Jawaban
:
Metode Inovatif Pembelajaran Bahasa
1) Metode
alamiah (natural method).
a. Konsepnya:
Metode ini merupakan metode
fonetik. Disebut alamiah karena belajar bahasa asing disamakan seperti belajar
bahasa
ibu. Belajar bahasa ibu biasanya berdasarkan perilaku atau kebiasaan
sehari-hari yang berlangsung secara alamiah. Karena itu metode alamiah
kadang-kadang disebut dengan metode kebiasaan. Di dalam belajar bahasa ibu, seorang anak
mulai menyerap bahasa dengan menyimak dan meniru bahasa yang digunakan oleh
orang dewasa, lalu ia mengucapkan apa yang ia simak secara berulang-ulang.
Dengan kata lain,
menekankan pada pelajaran langsung dalam bahasa asing tanpa
diterjemahkan sedikitpun, kecuali dalam hal-hal tertentu di mana kamus dan
bahasa anak didik dapat digunakan.
b. Peranan pendidik dan Peserta
Didik
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini guru
memainkan tiga peran utama, sebagai berikut :
1.
Guru sebagai sumber utama penyedia comprehensible
input dalam bahasa sasaran. Guru diharuskan bisa menyediakan waktu yang
banyak untuk memberikan input bahasa dengan berbagai macam bantuan seperti
isyarat-isyarat
sehingga anak bisa menafsirkan input yang diberikan.
2. Guru
berperan sebagai pencipta suasana kelompok yang menarik dan santai serta
ramah sehingga akan meminimalkan terjadinya affective filter dalam belajar.
Untuk meminimalkan terjadinya affective filter ini, guru tidak memaksa anak
untuk berbicara di dalam kelompok sebelum mereka siap untuk berbicara;guru
tidak mengoreksi kesalahan yang dibuat anak; dan guru memberikan bahan
pelajaran yang sesuai dengan minat anak.
3. Guru
berperan sebagai penanggung jawab dan pemilih, mengumpulkan dan merancang
materi pelajaran dan kegiatan kelompok yang beraneka ragam untuk
digunakan dalam kelompok Dalam memilih bahan pelajaran tidak hanya dipilih
berdasarkan persepsi guru semata akan tetapi juga harus mempertimbangkan minat
dan kebutuhan anak, disamping guru juga harus memilih situasi atau kegiatan
yang tepat untuk penyajian materi tertentu.
Sedangkan, peran anak dalam
pembelajaran dengan metode natural menurut Bambang Setiadi,dkk (2004; 4.7)
dapat dilihat dari tahap – tahap sebagai berikut:
1. Tahap
pre-production, anak berpartisipasi dalam kegiatan kelompok
tanpa harus memberikan respon atau berbicara selain bahasa asing yang
dipelajari. Kegiatan seperti ini misalnya dengan cara memperagakan atau
menunjukkan perintah, ungkapan atau gambar-gambar yang diceritakan guru.
2. Tahap
early-production, anak diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan–
pertanyaan sederhana yang diajukan oleh guru. Jawaban anak terdiri dari satu
kata atau satu frase pendek.
3. Tahap
speech-emergent, anak sudah terlibat dalam kegiatan bermain peran dan
permainan.
c. Pengembangan Materinya
-
Pada tingkat lanjutan metode ini sangat efektif,
karena setiap individu siswa dibawa kedalam suasana lingkungan sesungguhnya
untuk aktif mendengarkan dan menggunakan percakapan dalam bahasa asing.
-
Pengajaran membaca dan bercakap-cakap dalm
bahasa asing sangat diutamakan, sedangkan pelajaran gramatikal diajarkan
sewaktu- waktu saja.
-
Pengajaran menjadi brmakna dan mudah diserap
siswa, karena setiap kata dan kalimat yang diajarkan memiliki konteks
(hubungan) dengan dunia (kehidupan sehari- hari) siswa/ anak didik.
d. Langkah-langkah kegiatannya:
1)
Mendasarkan teori kepada kebiasaan anak-anak dalam
mempelajari bahasa ibunya
2)
Langkah pertama adalah bunyi (tanpa buku) dilanjutkan
kemudian oleh pengenalan kata dan kalimat secara lisan yang dilengkapi oleh
pengenalan benda dan gambar.
3) Kata dan istilah baru diajarkan melalui kata-kata yang
telah dikenal sebelumnya.
4) Gramatika digunakan untuk membetulkan kesalahan-kesalahan.
5)
Penggunaan kamus untuk membantu mengingat kata-kata
yang sudah dilupakan. Karena seorang anak belajar berbahasa ibu dengan
pengulangan yang tidak selalu mendengar bunyi kata dan kalimat dari orang yang
sama, metode ini menganjurkan untuk menggunakan pengajar secara bergantian.
2) Metode
The Direct Method
a. Konsep The Direct Method:
Metode ini berpijak
dari pemahaman bahwa pengajaran bahasa asing tidak sama halnya dengan mengajar
ilmu pasti alam. Jika mengajar ilmu pasti, siswa dituntut agar dapat menghafal
rumus-rumus tertentu, berpikir, dan mengingat, maka dalam pengajaran bahasa,
siswa/anak didik dilatih praktek langsunng mengucapkan kata-kata atau
kalimat-kalimat tertentu. Sekalipun kata-kata atau kalimat tersebut mula-mula
masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit kata-kata
dan kalimat itu akan dapat diucapkan
dan
dapat pula mengartikannya.
Demikian halnya kalau
kita perhatikan seorang ibu mengajarkan basah kepada anak-anaknya langsung
dengan mengajarinya, menuntunnya mengucapkan kata per kata, kalimat per kalimat
dan anaknya menurutinya meskipun masih terihat lucu. Misalnya ibunya mengajar
“Ayah” maka anak tersebut menyebut “Aah” dan seterusnya. Namun lama kelamaan si
anak mengenali kata-kata itu dan akhirnya ia mengerti pula maksudnya.
b. Peranan Pendidik dan Peserta
Didik pada The Direct Method
Pada prinsipnya metode langsung (direct
method) ini sangat utama dalam mengajar bahasa asing,
karena melalui metode ini siswa dapat langsung melatih kemahiran lidah tanpa
menggunakan bahasa ibu (bahasa lingkungannya). Meskipun pada mulanya terlihat
sulit anak didik untuk menirukannya, tapi adalah menarik bagi anak didik.
c. Pengembangan Materi The Direct Method
Metode
langsung (direct) dilihat dari segi efektivitasnya memiliki keunggulan antara
lain :
1. Siswa
termotivasi untuk dapat menyebutkan dan mengerti kata-kata kalimat dalam bahasa
asing yang diajarkan oleh gurunya, apalagi guru menggunakan alat peraga dan
macam-macam media yang menyenangkan
2. Karena metode
ini biasanya guru mula-mula mengajarkan kata-kata dan kalimat-kalimat sederhana
yang dapat dimengerti dan diketahui oleh siswa dalam bahasa sehari-hari
misalnya (pena, pensil, bangku, meja, dan lain-lain), maka siswa dapat dengan
mudah menangkap simbol-simbol bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya.
3. Metode ini
relatif banyak menggunakan berbagai macam alat peraga : apakah video, film,
radio kaset, tape recorder, dan berbagaimedia/alat peraga yang dibuat sendiri,
maka metode ini menarik minat siswa, karena sudah merasa senang/tertarik, maka
pelajaran terasa tidak sulit
4.
Siswa memperoleh pengalaman langsung danpraktis,
sekalipun mula-mula kalimat yang diucapkan itu belum dimengerti dan dipahami
sepenuhnya.
5.
Alat ucap / lidah siswa/anak didik menjadi terlatih
dan jika menerima ucapan-ucapan yang semula sering terdengar dan terucapkan.
d. Langkah-langkah kegiatannya:
3. Metode The Audiolingual Method (ALM)
a. Konsep The Audiolingual Method (ALM):
Metode ini didasarkan pada prinsip-prinsip
perilaku psikologi. Metode ini banyak diadaptasi dari prosedur “Direct
Method” sebagai reaksi terhadap kurangnya keterampilan berbahasa. Materi baru
disajikan dalam bentuk dialog. Berdasarkan prinsip bahwa pembelajaran bahasa
adalah suatu bentuk kebiasaan dan peniruan.
Alur pembelajaran dengan “Metode
Audiolingual,” secara bertahap menggunakan pola latihan berulang atau
“repetitif drills,” sedikit penjelasan tentang tatabahasa (tata bahasa
diajarkan secara induktif).
Urutan keterampilan berbahasa yang
diajarkan adalah mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Kosakata sederhana
dipelajari dalam suatu konteks. Poin pengajaran ditentukan oleh adanya analisis
antara B1 dan B2. Terdapat banyak penggunaan laboratorium bahasa, kaset dan alat.
Ada perpanjangan periode pra-membaca di awal pelatihan. Sangat mementingkan
pronounsiasi. Penggunaan bahasa ibu oleh pengajar diperbolehkan agar memudahkan
pembelajar. Ketepatan tanggapan pembelajar sangat diperhatikan untuk
menghindari kesalahan. Ada kecenderungan untuk terlalu berfokus pada bahasa
target dengan mengabaikan isi dan makna kebahasaan.
b. Langkah-langkah kegiatan The Audiolingual Method (ALM):
Prosedur Pembelajaran Menggunakan
ALM:
-
Kegiatan Guru
1. Menjadi model pada semua
tahapan pembelajaran.
2. Menggunakan
bahasa target sebanyak mungkin dan bahasa ibu sedikit mungkin.
3. Melatih ketrampilan menyimak dan
berbicara siswa tanpa didahului bahasa tulis.
4. Mengajarkan struktur melalui latihan
pola bunyi, urutan, bentuk-bentuk, dan bukan melalui penjelasan.
5. Memberikan bentuk-bentuk tulis
bahasa target setelah bunyi-bunyi benar-benar dikuasai siswa.
6. Meminimalkan pemberian kosakata
kepada siswa sebelum semua struktur umum dikuasai.
7. Mengajarkan kosakata dalam konteks.
- Kegiatan Siswa
1.
Mendengarkan sebuah percakapan sebagai model (guru atau kaset) yang berisi
struktur kunci yang menjadi fokus pembelajaran, mereka mengulangi setiap baris
percakapan tersebut secara individu maupun bersama-sama, menghafalkannya dan
siswa tidak melihat buku.
2. Mengganti
dialog dengan setting tempat atau yang lainnya sesuai dengan selera siswa.
3. Berlatih
struktur kunci dari percakapan secara bersama-sama dan kemudian secara individual.
4. Mengacu
ke buku teks dan menindaklanjuti dengan kegiatan membaca, menulis atau kosakata
yang berdasarkan percakapan yang ada, menulis dimulai dalam bentuk
kegiatan menyalin.
4. Metode Kooperatif
Metode kooperatif
adalah metode yang menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling membantu
satu sama lain, bekerja sama menyelesaikan masalah, dan menyatu pendapat untuk
memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual. Jadi
metode pembelajaran koopertatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak) tiap anggota terdiri dari 4-5 orang. Langkah
pembelajaran kooperatif sebagai berikut;
a) Menyampaiakan
tujuan dan memotivasi siswa b) Menyampaikan informasi c) Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar d) Membimbing kelompok belajar dan
bekerja e) Evaluasi f) Memberikan penghargaan Metode pembelajaran kooperatif
mempunyai banyak tipe dan langkah-langkah yang berbeda, yang sengaja kami ambil
hanya sebagian saja, diantaranya sebagai berikut.
1.Cooperatif Script
Kooperatif skrip
merupakan metode pengajaran dimana siswa berpasang pasangan dan begantian
secara lisan mengikhtidarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Langkah
–langkah nya sebgai berikut.
a) Guru membagi
siswa berpasang-pasangan
b) Guru memberikan
wacana atau materi kepada setiap siswa untuk dibaca dan dibuat ringkasan.
c) Guru dan siswa
menetapkan siapa yang pertama berperan menjadi pembicara dan siapa yang menjadi
pendengar.
d) Pembicara
membacakan ringkasan dengan sebaik mungkin. e) Sementara pasangannya mendengar
dan mengoreksi f) Bertukar peran, yang semula menjadi pendengar berganti
menjadi pembicara g) membuat kesimpulan guru dan siswa secara bersama-sama.
5. Jigsaw
Jigsaw juga termsuk model pembelajaran secara
kelompok akan tetapi
disitu ada kelompok asal dan kelompok ahli. Langkah-langkahnya sebagai berikut.
a) Siswa
dikelompokkan kedalam 4 tim
b) Tiap
orang dalam tim diberi materi yang berbeda
c) Tiap
orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
d) Tiap tim yang telah mempelari materi yang telah berbeda
bertemu dengan dengan kelompok baru (kelompok
ahli) yang sepadan materinya.
e) Setelah selesai diskusi sebagian tim (kelompok ahli),
tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim
mereka tentang materi yang mereka kuasai dan tiap anggota timnya
(kelompok asal) memperhatikan.
f) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil
diskusinya.
g) Guru memberi evaluasi h) Penutup. 3. Diskusi Metode
disajikan kepada siswa guna memecahkan permasalahan yang problematis, sehingga
disitu siswa dapat berperan aktif secara menyeluruh. Didalam diskusi hendakalah
guru mengelompokkan siswa yang tidak akrab dengan temannya, agar siswa tersebut
terbiasa berhungan dengan orang asing.
a. kelebihan metode diskusi
1.
mengembangkan
sikap menghargai orang lain.
2. membina untuk terbiasa musyawaroh untuk mufakat dalam
memecahkan masalah.
3.
memperluas wawasan
b.
kekurangan metode diskusi
1. pimcaraan terkadang menyimpang,sehingga memerlukan waktu
yang lama
2.
tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar
3. suasana kelompok dikuasai oleh anak yang suka berbicara
atau ingin menonjolkan diri.
DAFTAR
PUSTAKA
Djuanda,
Dadan. (2008). Pembelajaran Keterampilan
Berbahasa di SD. Bandung: Pustaka Latifah
Mustakim,
Zaenal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIn
Press.
Tarigan,
Henry Guntur. (1986). Menyimak.
Bandung : Angkasa.
http://waajibaty.blogspot.com/2012/05/metode-alamiah-dan-metode-langsung.html
960%27s%20Blog.htm
http://bebyqueen-rumahbelajardee.blogspot.com/2010/06/perkembangan-bahasa-pada-anak.html
http://khaerulhuda.wordpress.com/2012/02/18/manajemen-kelas/
dan.html
http://rokimgd.wordpress.com/berhasil-menaa/macam-macam-metode-pengajaran/
Ujian Akhir
Semester 1 Tahun 2013
Mata Kuliah
Asas-Asas Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dosen Penbina:
Prof. Dr. Atmazaki, M.Pd
Oleh MISDIANTO
NIM 1209077
Mahasiswa
Program Pascasarjana
Universitas
Negeri Padang (Kelas Kerjasama UR)
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
2013