Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) sebagai Implementasi
Karya Tulis Ilmiah (KTI) Guru
dalam Mengembangkan Profesionalismenya
Oleh: Misdianto
PENDAHULUAN
Upaya
peningkatan mutu pendidikan oleh Pemerintah Republik Indonesia telah dilakukan
sejak beberapa dekade terakhir. Pada akhir tahun 1980-an, tepatnya tahun 1989
bangsa Indonesia memiliki Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yakni UU No.2 Tahun 1989 yang saat ini telah digantikan oleh UU Nomor 20 Tahun
2003. Pada dua tahun berikutnya lahir pula UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dan sejumlah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas).
Salah satu dari delapan Permendiknas tersebut adalah Permendiknas Nomor 16
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Setiap
guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang
berlaku secara nasional (Pasal 1). Standar kualifikasi guru SD/ MI, SMP/ MTS,
dan SMA/ MA adalah S1 atau D-IV sesuai dengan bidang studi yang diampunya.
Terdapat
lima wujud pengembangan profesi yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu: (1)
karya tulis ilmiah (KTI), (2) teknologi tepat guna (TTG), (3) alat peraga, (4)
karya seni, dan (5) mengembangkan kurikulum. Khususnya KTI, mencakup tujuh
alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru, yaitu: (1) penelitian, (2)
karya ilmiah popular, (3) karya ilmiah gagasan sendiri, (4) prasaran seminar,
(5) buku, (6) diktat, dan (7) terjemahan. Dengan demikian salah satu wujud KTI
sebagai sarana pengembangan profesi guru adalah melakukan penelitian. Kegiatan
penelitian ini bisa dilakukan dalam bentuk: penelitian pengembangan, penelitian
eksperimen, dan/ atau penelitian tindakan kelas (PTK) dalam bidang pendidikan.
Dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), konsep kelas bukan berarti ruang, akan tetapi
sekelompok orang di sekolah seperti: sekelompok siswa di kelas, sekelompok guru
di sekolah, maupun sekelompok kepala sekolah dalam satu wilayah tertentu,
sehingga PTK dapat dilakukan oleh guru, kepala sekolah maupun seorang pengawas.
Ini seperti dinyatakan oleh Carr dan Kemmis bahwa penelitian tindakan adalah
bentuk dari penyelidikan yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa, kepala
sekolah) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) dengan tujuan untuk
meningkatkan pertanggungjawaban dari: (a) praktik sosial atau pendidikan yang
mereka geluti, (b) pemahaman yang lebih baik terhadap praktik-praktik yang
mereka geluti, dan (c) situasi dan institusi, di mana praktik-praktik itu
dilakukan (Nurul Anwar, 2007).
Khususnya
pada guru, PTK merupakan bentuk penelitian yang dilakukan oleh para guru
terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan di dalam kelas untuk
memperbaiki proses pengajarannya sehingga pada gilirannya akan meningkatkan
hasil belajar siswa. PTK dilakukan oleh para guru untuk mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi dalam mengajar, sehingga sangat bermanfaat untuk dirinya
(pengembangan profesi guru) maupun bagi siswa (peningkatan proses pembelajaran)
yang pada giliran akan meningkatkan hasil belajarnya.
1.
Konsep PTK
PTK
atau class room action research pada
dasarnya merupakan pengembangan dari konsep penelitian tindakan (action research). Hal ini seperti
dinyatakan Kemmis bahwa “Action research
is a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social
(including educational) situation in order to improve the rationality and
justice of (a) their own social or educational practices, (b) their
understanding of these practices, and (c) the situational in which practices
are carried out” (Kemmis and Mc Taggart, 1994). Dengan demikian dalam PTK
harus dimulai dari permasalahan yang dihadapi atas temuan hasil refleksi diri
para guru untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaannya. Konsep ini senada dengan
pernyataan Nuril Anwar (2007) bahwa penelitian tindakan kelas didefinisikan
sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukannya itu, serta memperbaiki praktik-praktik pembelajaran yang
dilakukan.
Dari
konsep kedua ahli ini tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan
bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, dan/
atau situasi pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya (yaitu: guru memperbaiki
proses pengajarannya, kepala sekolah memperbaiki proses pengelolaan sekolah
yang dipimpinnya, pengawas memperbaiki proses supervisi yang dilakukannya).
Dari
sejumlah definisi penelitian tindakan (action
reseach) yang umumnya merujuk pada proses penelitian refleksi diri yang
dilakukan di dalam konteks pembelajaran, namun penelitian tindakan dapat pula
dilakukan di luar proses pembelajaran yang menurut Kemmis dan Taggart dalam
situasi sosial. Khusus dalam konteks pendidikan/ pembelajaran, penelitian
tindakan yang dimaksud adalah penelitian tindakan kelas. Apabila
diidentifikasi, maka ada sejumlah indikator penelitian tindakan kelas sebagai
berikut:
·
Memperbaiki proses pembelajaran dari
dalam (an inquiry on practice within)
·
Kolaboratif dan partisipatif (a collaborative effort between school
teachers and teacher-educators) dari sejumlah partisipan penelitian yang
meliputi guru, kepala sekolah, konselor sekolah, atau para pemangku kepentingan
seperti orangtua siswa, pengawas, dan sebagainya.
·
Menyelesaikan masalah, meningkatkan
kinerja, mekanisme diri dari dalam ( fact
finding, self improvement, self reflective inquiry)
Berdasarkan
jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk individual atau kolaboratif, yang dapat disebut PTK invidual dan PTK kolaboratif. Dalam PTK individual seorang guru melaksanakan
PTK di kelasnya secara individu, sedang dalam PTK kolaboratif seorang guru
secara sinergi bekerjasama dengan guru lain atau dosen di perguruan tinggi
melaksanakan PTK dengan pembagian tugas dan perannya masing-masing.
2.
Karakteristik PTK
Menurut
Nunan, karakteristik penelitian tindakan meliputi: (1) dilakukan oleh praktisi,
(2) bersifat “colaborative” (guru dan
peneliti), (3) peneliti melakukan intervensi untuk mengubah fenomena dengan
tindakan yang direncanakan, (4) peneliti mengobservasi apa yang terjadi dan
pengaruh dari “aksi” yang telah dicobakan dalam proses penelitian (Nuril Anwar,
2007). Lebih lanjut dalam sumber yang sama dijelaskan bahwa karakteristik PTK
dapat diringkas ke dalam sembilan, yaitu:
(1) Self-reflectif/ self-evaluatif
(2)
Menggunakan pendekatan “colaborative”
(3)
Peneliti melakukan intervensi terhadap kondisi yang sedang diteliti
(4)
Dilakukan oleh orang lapangan
(5)
Melonggarkan kontrol
(6) Peneliti
mengobservasi apa yang terjadi untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang
fenomena
(7) Bertujuan
mengubah suatu keadaan dengan suatu tindakan yang direncanakan oleh peneliti
(8)
Mengamati pengaruh tindakan yang dicobakan
(9) Bersifat
lokal (berkaitan dengan konteks yang terjadi)
Berbeda
dengan pakguruonline, yang menjelaskan adanya 10 karakteristik PTK, yaitu:
(1) Bersifat siklis, artinya PTK terlihat
siklis-siklis (yaitu: perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan, dan refleksi) sebagai prosedur
baku penelitian.
(2) Bersifat longitudinal, artinya PTK harus
berlangsung dalam jangka waktu tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinyu
untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai
pelaksanaannya.
(3) Bersifat partikular-spesifik, jadi tidak
bermaksud melakukan generalisasi dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnya
pun tidak untuk digeneralisasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan
di tempat lain yang konteksnya mirip.
(4) Bersifat partisipatoris, dalam arti guru
sebagai peneliti sekaligus pelaku perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini
berarti guru berperan ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekaligus yang
diteliti pula.
(5) Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut
pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti; bukan menurut sudut
pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti.
(6) Bersifat kaloboratif atau kooperatif,
artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama antara peneliti (guru)
dan pihak lain (sebagai observer) demi keabsahan dan tercapainya tujuan
penelitian.
(7) Bersifat kasuistik, artinya PTK
menggarap kasus-kasus spesifik atau tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya
nyata dan terjangkau oleh guru.
(8) Menggunakan konteks alamiah kelas,
artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan/ atau
direkayasa demi kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian.
(9) Mengutamakan adanya kecukupan data yang
diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan
(keterwakilan jumlah) sampel secara kualitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut
penggunaan statistik yang sederhana, bukan yang rumit.
(10) Bermaksud
mengubah kenyataan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun
teori dan menguji hipotesis.
Khususnya
karakteristik PTK yang ke-1 (bersifat siklis), ahli lain menyebutkannya dengan
istilah siklus, yang meliputi empat tahap dan disebut “siklus PTK”, yaitu: (1)
tahap perencanaan (plan), dilakukan
sebelum tindakan berlangsung, (2) tahap pelaksanaan (action) dan (3) tahap
observasi (observation), yang
keduanya dilakukan pada saat tindakan berlangsung, serta (4) tahap refleksi (reflection), yang dilakukan setelah
tindakan selesai dilakukan. Tindakan ini dimaksudkan adalah jenis perlakuan
yang diberikan oleh guru (seperti: penggunaan model pembelajaran tipe STAD,
penggunaan media gambar, dan lain-lainnya) untuk mengatasi masalah yang
dihadapi dalam melaksanakan tugasnya. Hasil refleksi itu selanjutnya digunakan
sebagai dasar untuk menyusun rencana perbaikan (revised plan) untuk siklus berikutnya, begitu seterusnya seperti
digambarkan berikut.
Refleksi ......................... Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan dan Siklus 1
Observasi
Rencana Perbaikan
Refleksi
Pelaksanaan dan
Siklus 2
Observasi
Rencana Perbaikan
Refleksi
Pelaksanaan dan Siklus 3
Observasi
Rencana Perbaikan
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan
Kelas
3. Komponen PTK
Pada umumnya,
penelitian tindakan dilakukan berdasarkan tema-tema dan menyarankan sebuah
metode untuk meninjau situasi pembelajaran. Ada empat tema dasar dalam
penelitian tindakan yang dilakukan oleh anggota penelitian yang saling
melengkapi dalam siklus, yakni:
-
Mengembangkan rencana (a plan)
tindakan kritis untuk meningkatkan apa yang sedang terjadi.
- Bertindak
(to act) untuk melaksanakan rencana.
- Mengamati (to reflect) akibat-akibat tersebut
sebagai dasar untuk merencanakan lebih
lanjut, tindakan cerdas secara kritis berikutnya, dan sebagainya melalui
siklus berikutnya.
4. Kunci Pokok dan Prinsip-Prinsip PTK
Pada
hakikatnya, penelitian tindakan kelas berlandaskan pada paradigma penelitian
kualitatif atau postpositivisme atau pendekatan indukatif. Penelitian tindakan
kelas sebagai wahana pengembangan kemampuan profesional bagi guru perlu
dipahami karena ada kekhususan yang berbeda dari tradisi penelitian umumnya
yang telah mapan. Ada tujuh belas kunci pokok penelitian tindakan kelas menurut
Kemmis dan Taggart (1988:22-25) sebagai berikut:
(1)
Penelitian tindakan merupakan pendekatan
untuk meningkatkan pendidikan melalui perubahan dan pembelajaran dari akibat
perubahan tersebut.
(2)
Penelitian tindakan bersifat
partisipatif, yakni penelitian di mana orang meneliti untuk memperbaiki
kinerjanya sendiri (meneliti kinerja orang lain hanya prioritas kedua).
(3)
Penelitian tindakan dikembangkan melalui
model spiral refleksi diri, yakni siklus perencanaan, tindakan, (menerapkan
rencana), mengobservasi (secara sistematis), merefleksi, ... dan kemudian
merencanakan kembali, menerapkan, mengobservasi, dan merefleksi.
(4)
Penelitian tindakan bersifat
kolaboratif, yang semuanya bertanggungjawab melakukan tindakan untuk
memperbaiki.
(5)
Penelitian tindakan membangun komunitas
yang mengkritisi diri orang yang berpartisipasi dan berkolaborasi dalam semua
tahap proses penelitian: the planning,
the action, the observation, and the reflection.
(6)
Penelitian tindakan merupakan proses
pembelajaran yang sistematis di mana peneliti bertindak secara sungguh-sungguh,
meskipun tetap berkesempatan secara terbuka untuk responsif.
(7)
Penelitian tindakan melibatkan orang berteori
tentang pelaksanaan-menggugah rasa ingin tahu tentang keadaan, tindakan dan
akibat-akibat serta berupaya memahami hubngan antara keadaan, tindakan, dan
akibat-akibat dalam kehidupannya.
(8)
Penelitian tindakan menghendaki bahwa
peneliti melaksanakan tugas, gagasan, dan asumsi-asumsi tentang lembaga melalui
pengujian dengan mengumpulkan bukti yang dapat meyakinkannya bahwa pelaksanaan
tugas, gagasan dan asumsi-asumsinya salah.
(9)
Penelitian tindakan bersifat terbuka (open-minded) terhadap perhitungan sebagai
bukti (atau data) – penelitian bukan hanya mencatat deskripsi yang sedang
terjadi seakurat mungkin tetapi juga mengumpulkan dan menganalisis
pertimbangan, reaksi, dan kesan-kesan tentang apa yang sedang terjadi.
(10)
Penelitian tindakan memanfaatkan jurnal
pribadi yang berisi catatan kemajuan dan refleksi tentang dua perangkat
pembelajaran yang paralel, yakni: praktik pembelajaran yang sedang dikaji dan
dikembangkan dan tentang proses pembelajaran itu sendiri. (bagaimana kegiatan
penelitian tindakan itu berjalan).
(11)
Penelitian tindakan merupakan proses
politik karena menyangkut perubahan yang akan mempengaruhi pihak lain – karena
alasan inilah maka penelitian tindakan seringkali menimbulkan resistansi
terhadap perubahan baik bagi kita maupun orang lain.
(12)
Penelitian tindakan melibatkan orang
dalam melakukan analisis secara kritis tentang situasi (kelas, sekolah, sistem)
di tempat mereka bekerja: situasi ini secara institusi bersifat terstruktur.
(13)
Penelitian tindakan mlai dari hal yang
kecil, bekerja dengan mengubah diri sendiri ke arah perubahan yang lebih luas
tentang kritik gagasan atau institusi yang pada gilirannya mengarah pada
perbaikan kelas, sekolah, sistem yang lebih besar – termasuk kebijakan dan
praktik pelaksanaan yang lebih luas.
(14)
Penelitian tindakan mulai dengan siklus planning, acting, observating and
reflecting yang kecil yang dapat membantu mendefinisikan isu, gagasan, dan
asumsi secara lebih jelas sehingga semua yang terlibat dapat memahami masalah
lebih baik.
(15)
Penelitian tindakan mulai dengan kelompok
kolaborasi yang kecil tetapi semakin meluas kepada masyarakat peneliti tindakan
yang partisipasi sehingga secara bertahap semakin berkembang.
(16)
Penelitian tindakan membuat catatan
kemajuan: (a) catatan tentang perubahan aktivitas dan praktik pelaksanaan; (b)
catatan tentang perubahan bahasa dan materi pembelajaran yang diuraikan,
dijelaskan, dan dijustifikasi; (c) catatan tentang perubahan hubungan sosial
dan bentuk organisasi yang menjadi ciri
dan hambatan pelaksanaan; dan (d) catatan tentang perkembangan dalam memahami
penelitian tindakan.
(17)
Penelitian tindakan memberi pembenaran
atas alasan kinerja pendidikan kepada orang lain karena kita dapat menunjukkan
bagaimana bukti yang telah kita kumpulkan dan refleksi kritis yang kita telah
lakukan membantu kita membuat rasional kemajuan yang teruji secara kritis.
Selain
sejumlah kunci pokok penelitian tindakan yang dikemukakan Kemmis dan Taggart di
atas, menurut Hopkins (1993) ada beberapa prinsip PTK, sebagai berikut:
(1) Pekerjaan
utama guru adalah mengajar, sehingga melakukan PTK dharapkan tidak menganggu
tugas utama guru sebagai pengajar.
(2) Metode
pengumpulan data yang digunakan agar tidak menuntut waktu yang terlalu banyak
sehingga dapat menganggu proses pembelajaran.Perlu dicari cara pemanfaatan
waktu yang efisien dan sesuai dengan kebutuhan untuk memperbaiki proses
pembelajaran.
(3) Metodologi
yang digunakan hendaknya cukup reliable
sehingga guru dapat mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis dengan baik,
mampu mengembangkan strategi pada situasi kelasnya, serta mengumpulkan data
yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis.
(4) Masalah
PTK yang dipilih hendaknya masalah yang merisaukan yang terjadi di kelas
sebagai masalah yang bertolak dari tanggung jawab profesionalnya yang dilandasi
oleh komitmen untuk mengatasinya.
(5) Dalam
menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian,
tinggi terhadap prosedur etika yangterkait pekerjaanya.,
5. Tujuan PTK
Adapun tujuan PTK adalah sebagai berikut:
(1) Memperbaiki dan meningkatkan
mutu praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang bermutu.
(2) Memperbaiki dan meningkatkan
kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
(3) Mengidentifikasi, menemukan
solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu.
(4) Meningkatkan dan memperkuat
kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat
keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.
(5) Mengeksplorasi dan membuahkan
kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan (model),
metode, teknik strategi, dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi
peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.
(6) Mencobakan gagasan, pikiran,
kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu
pembelajaran selain kemampuan inovatif guru.
(7) Mengeksplorasi pembelajaran
yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat
bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan
umum atau asumsi.
6.
Kedudukan PTK
Kedudukan penelitian tindakan kelas
pada jenjang persekolahan sangat penting karena telah menjadi bagian dari
tuntutan akademik dan profesional bagi seorang guru. Dalam satu dekade terakhir
ini, peran/ fungsi dan kedudukan guru di Indonesia telah mendapat tempat yang
lebih baik secara legal formal. Keberadaan peraturan perundangan (seperti UU
No.20/2003, UU No.14/2004, PP No.19/2005, dan arah sejumlah Permendiknas)
tentang sistem pendidikan nasional telah memberi ruang dan arah yang semakin jelas
dan menjanjikan untuk mengangkat harkat dan martabat guru serta masa depan
pendidikan nasional sebagai wahana pembangunan bangsa.
7.
Bidang Kajian PTK
Seorang guru sebagai peneliti perlu
mengetahui aspek apa saja yang masuk ke dalam bidang kajian PTK sehingga dapat
melakukan penelitian tindakan dengan benar. Beberapa bidang kajian PTK adalah
seperti berikut.
(1) Masalah belajar di sekolah (termasuk di dalam tema
ini, seperti: masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran,
miskonsepsi).
(2) Desain dan strategi pembelajaran di kelas (termasuk
dalam tema ini, seperti: masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran,
implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran, interaksi di kelas,
partisipasi orangtua dalam proses belajar siswa).
(3) Alat bantu, media, dan sumber belajar (termasuk
dalam tema ini, seperti: masalah penggunaan media, perpustakaan,dan sumber
belajar di dalam/luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan
masyarakat).
(4) Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil
pembelajaran (termasuk dalam tema ini, seperti: masalah evaluasi awal dan hasil
pembelajaran, pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi).
(5) Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan
tenaga kependidikan lainnya (termasuk dalam tema ini seperti: peningkatan
kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan
antara pendidik-siswa dan orangtua dalam PBM, peningkatan konsep diri siswa).
(6)
Masalah
kurikulum (termasuk dalam tema ini seperti: implementasi KBK, urutan penyajian
materi pokok, interaksi materi pokok, interaksi guru-materi ajar, dan
siswa-lingkungan belajar) (Suharsimi, dkk, 2006).
8. Manfaat PTK
Setiap
metode penelitian tentu memiliki manfaat sedikitnya untuk memecahkan masalah
yang dihadapi oleh para peneliti. Khusus untuk untuk penelitian tindakan kelas
manfaat yang dapat diraih atau dirasakan sebagai berikut:
(1) Inovasi Pembelajaran.
Guru harus selalu terbuka dan bersikap
inovatif untuk mencoba, mengubah, mengembangkan,
dan meningkatkan kemampuan mengajarkan agar mampu melahirkan model-model
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Inovasi yang tumbuh dari
bawah ini dengan sendirinya akan lebih efektif dibandingkan dengan penataran
atau pelatihan, karena berangkat dari realitas permasalahan yang dihayati guru
baik di kelas atau sekolah.
(2) Perbaikan praktis yang meliputi
penanggulangan berbagai masalah belajar yang dialami siswa secara sistematis.
Setiap
kelas, setiap siswa, dan setiap massa, tentu memiliki karakteristik yang
berbeda dan khas. Sudah tentu persoalan yang dihadapinya juga berbeda dan
sangat kompleks. Persoalan yang kompleks dan senantiasa berubah setiap waktu
tidak mungkin dapat dihadapi jika guru yang bersangkutan tidak mampu bertindak
sebagai manajer dan aktor yang mampu mengubah kualitas pembelajarannya
(3) Membentuk profesionalitas guru.
Guru yang
profesional adalah guru yang memiliki keterbukaan untuk melihat dan menilai
kemampuannya secara kritis kemudian melalui proses refleksi mau dengan segera
melakukan perubahan, perbaikan, dan pengembangan. Keterlibatan guru dalam PTK
dengan demikian dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses
pembelajaran.
9. Laporan PTK
Pada dasarnya tidak ada aturan baku tentang outline isi laporan PTK, akan tetapi
masing-masing lembaga memiliki aturan sendiri-sendiri. Namun demikian, isi dari
masing-masing elemennya (misal: latar belakang, tujuan, dan lainnya) relatif
sama. Sebagai contoh, dalam pedoman usulan
PTK yang diterbitkan Depdiknas Dirjen Dikti tahun 2005 berkaitan dengan PTK
kolaborasi guru dengan dosen menetapkan outline isi laporan seperti ini:
SISTEMATIKA
LAPORAN AKHIR HASIL
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS (CLASROOM ACTION RESEARCH
Lembar Judul Penelitian .................................................................................................................... i
Lembaran Identitas dan Pengesahan
.................................................................................................. ii
Abstrak
...............................................................................................................................................
iii
Daftar Isi
.............................................................................................................................................
vi
Daftar Tabel
...................................................................................................................................... v
Daftar Gambr ...................................................................................................................................... vi
Daftar Lampiran
.................................................................................................................................
vii
I.
Pendahuluan
...................................................................................................................................
II. Kajian Pustaka
................................................................................................................................
III.Pelaksanaan Penelitian
...................................................................................................................
IV.Hasil Penelitian dan Pembahasan
....................................................................................................
V. Simpulan dan Saran
.........................................................................................................................
Daftar Pustaka ......................................................................................................................................
Lampiran :
Instrumen Penelitian
............................................................................................................................
Personalia Tenaga Peneliti
...................................................................................................................
Riwayat Hidup Masing-Masing Personalia Penelitian
|
Bagaimana pun bentuk outline
yang ditetapkan oleh masing-masing lembaga tersebut, isi pada masing-masing
bagian tersebut relatif sama seperti dijelaskan berikut.
a)
Lembar
Judul PTK
Dalam PTK, judul hendaknya disusun secara
singkat dan spesifik tetapi cukup jelas, menggambarkan masalah yang akan
diteliti, tindakan untuk mengatasi masalah tersebut, serta tempat/
lokasi penelitian. Berikut contoh judul dalam PTK dan karakteristiknya.
Contoh
Judul PTK :
1. Penngunaan Media Gambar untuk
Meningkatkan Minat Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMAN ABC Pekanbaru
2.
Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Menggunakan Metode
STAD pada Siswa Kelas XI SMAN Plus Riau
3.
Penggunaan Metode Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Bahasa Indonesia Siswa Kelas X
SMAN
Plus Riau
Tindakan Masalah Tempat/ Lokasi
|
Judul tersebut harus dituliskan pada kulit
laporan (cover). Dalam lembar cover
laporan PTK, minimal harus memuat: logo lembaga (termasuk anggota), kota, dan
tahun terbit. Nama ketua peneliti diletakan yang paling atas. Berikut contoh
lembar kulit laporan PTK.
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR
UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS X
SMA NEGERI ABC PEKANBARU
Oleh :
Misdianto
Sekolah Menengah
Atas Negeri ABC Pekanbaru
Oktober 2013
|
b)
Lembar
Identitas dan Pengesahan
Lembar
identitas dimaksudkan untuk menetapkan keabsahan dari laporan penelitian yang
telah dilakukan guru. Pengesahan penelitian dilakukan oleh peneliti dan lembaga
terkait. Berikut adalah contoh lembar pengesahan PTK yang dilakukan secara
kolaborasi 3 orang antara dosen dengan
guru, dengan dana dari Dirjen Dikti. Dalam hal penelitian dengan biaya sendiri,
maka anggara biaya tidak harus dituliskan.
HALAMAN
PENGESAHAN
LOPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
Mengetahui
Kepala Sekolah, Ketua
Peneliti,
Cap dan Tanda Tangan Tanda Tangan
|
c)
Abstrak
Abstrak
pada dasarnya merupakan uraian ringkas dari laporan PTK, yang berisi:
permasalahan dan cara pemecahannya, tujuan, prosedur, dan hasil penelitian.
Abstrak diketik dengan jarak baris satu, yang pada umumnya tidak lebih dari 1
halaman, dan dilengkapi dengan kata-kata kunci sebanyak 3-5 kata. Berikut contoh
sebagian dari isi abstrak PTK.
ABSTRAK
Misdianto. 2013. Penggunaan Media
Gambar untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa
Indonesia Siswa Kelas X SMA
Negeri ABC Pekanbaru.
Kata Kunci: Media Gambar, Motivasi
Permasalahan
dalam penelitian ini adalah minat belajar Bahasa Indonesia siswa kelas X SMA
Negeri ABC Pekanbaru rendah. Sehubungan dengan masalah tersebut ..... dst.
Untuk mengatasi ini dilakukan PTK ..... dst.
Hasil
penelitian yang dilakukan sebanyak 2 siklus ..... dst.
|
d)
Daftar
Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran
Pada bagian ini berisikan daftar
nomor dan judul semua (isi laporan, tabel, gambar, lampiran) yang ada dalam
laporan disertai pencantuman nomor halamannya.
e) Bagian Pendahuluan
Pada bagian ini paling tidak berisi
bahasan tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, cara pemecahan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, masing-masing dengan isi
seperti berikut.
§ Latar Belakang
Penelitian
dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan pembelajaran yang
dihadapi. Oleh sebab itu, kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti
merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di kelas/ sekolah yang menjadi
tanggung jawabnya atas hasil diagnosis yang dilakukan oleh guru dan/ atau tenaga
kependidikan tersebut. Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah
penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan oleh peneliti.
Pada bagian ini harus memuat
fakta-fata yang menunjukkan adanya permasalahan, dan teori/ rasionalitas bahwa
tindakan yang diteliti dapat mengatasi masalah tersebut. Berikut contoh singkat
isi latar belakang masalah.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Salah satu tujuan pengajaran adalah
meningkatkan pengetahuan, sikap dan/ atau keterampilan siswa. Pelaksanaan
pengajaran pada dasarnya adalah salah satu kegiatan untuk mencapai tujuan
pendidikan tersebut. Sedangkan, mengetahui tingkat ketercapaian tujuan
pendidikan tersebut dapat diukur dari output (hasil belajar) dan outcome
(aktivitas dan perilakunya di masyarakat)
Terkait
dengan hal ini hasil evaluasi selama mengajar Bahasa Indonesia di kelas X
SMAN ABC Pekanbaru menunjukkan lebih dari 20% siswa belum mencapai ketuntasan
sebesar 70. Dan, setelah diidentifikasi lebih jauh, pada umumnya minat
belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung adalah “rendah”. Hal ini
ditenggarai banyaknya siswa yang keluar masuk di jam belajar, dan perhatian
siswa yang kurang pada saat guru menjelaskan. Di sisi lain, Sadiman (2002)
menyatakan bahwa media belajar yang sesuai dapat meningkastkan minat belajar
siswa. Sehubungan dengan pernmasalahan
.....
|
§ Rumusan Masalah
Rumusan masalah
penelitian menggunakan kalimat tanya, dalam bentuk deskriptif tindakan
sebagai alternatif pemecahan masalah
yang dihadapi guru. Sebagai contoh, dari latar belakang tersebut dapat disusun
rumusan masalah sebagai berikut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
minat belajar Bahasa Indonesia siswa kelas X SMAN ABC Pekanbaru yang diajar
menggunakan media gambar?
2.
Bagaimana
kemampuan guru menggunakan media gambar dalam melaksanakan pengajaran Bahasa
Indonesia di kelas X SMAN ABC Pekanbaru?
3.
Apakah
penggunaan media gambar dapat meningkatkan minat belajar Bahasa Indonesia
siswa kelas X SMAN ABC Pekanbaru?
|
§ Cara Pemecahan Masalah
Urutan alternatif
tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah seperti dibahas pada
latar belakang. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah
yang diteliti hendaknya sesuai dengan kaidah-kaidah dalam PTK. Cara pemecahan
masalah harus ditetapkan berdasarkan pada akar penyebab permasalahan dalam
bentuk tindakan secara jelas dan terukur. Berikut contoh “cara pemecahan
masalah”.
C. Cara Pemecahan Masalah
Menurut
para ahli, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh minat belajarnya, dan
untuk meningkatkan minat belajar siswa dapat dilakukan menggunakan berbagai
cara, seperti: metode mengajar, media pengajaran, pemberian hadiah.
Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah rendahnya minat belajar, di
sisi lain ahli pendidikan Sadiman (2002) menyatakan bahwa media mengajar yang
sesuai dapat meningkatkan minat belajar siswa. Selama ini, guru dalam
mengajar hampir tidak pernah menggunakan media. Di sisi lain, materi yang
akan diajarkan sifatnya abstrak yang jarang ditemukan oleh siswa. Oleh sebab
itu, untuk mengatasi masalah di atas digunakan media gambar sebagai alat
bantu mengajar.
|
§ Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berkaitan dengan tujuan penelitian,
kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin peneliti senada
dengan rumsan masalah penelitian. Tujuan harus diuraikan secara jelas sehingga
dapat diukur tingkat pencapaian keberhasilannya. Sedangkan, terkait dengan
manfaat penelitian, uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas
pendidikan dan/ atau pembelajaran sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru,
maupun komponen-komponen pendidikan yang terkait lainnya.
f)
Kajian
Pustaka
Kajian
pustaka seringkali juga digunakan istilah kajian teori. Pada kajian pustaka
membahas 3 sub bahasan, yaitu: kajian teori, hasil penelitian yang relevan, dan
kerangka pikir, dan hipotesis tindakan (kalau ada). Pada sub bahasan kajian
teori perlu diuraikan dengan jelas konsep-konsep dan teori-teori yang
menumbuhkan gagasan operasional variabel dan keterkaitan antarvariabel yang
diteliti. Uraian ini digunakan sebagai dasar penyusunan kerangka berpikir dan
usaha peneliti membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu
dimungkinkan dapat mengatasi masalah yang dihadapi.
Dalam sub bahasan hasil penelitian yang
relevan, menguraikan hasil-hasil penelitian sebelumnya dengan variabel dan/
atau masalah yang relatif sama dengan masalah penelitian sehingga bisa
digunakan sebagai pendukung kajian teoritis dalam melahirkan kerangka pikir.
Sedangkan, dalam sub bahasan
kerangka pikir, akan menguraikan bagaimana keterkaitan antarvariabel dengan
mendasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan seperti dijelaskan
di atas. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang
menggambarkan alur keterkaitan antara variabel tindakan dengan variabel
masalah.
g)
Pelaksanaan
Penelitian
Isi bagian ini paling tidak
mencakup: lokasi, waktu, dan subyek penelitian, prosedur penelitian, seperti
berikut.
·
Lokasi,
Waktu, dan Subyek Penelitian
Kemukakan secara jelas prosedur
penelitian yang akan dilakukan objek, waktu, dan lamanya tindakan, serta lokasi
penelitian. Pada sub bagian subyek penelitian, diuraikan siapa yang menjadi
subyek PTK itu (misal: siswa kelas XI SMAN Plus Riau) beserta karakteristiknya.
Apabila ada karakteristik khusus dari subyek penelitian perlu dijelaskan
dibagian ini (misal: pada umumnya siswa kelas ini terdiri dari: anak pengusaha
pada umumnya perhatian terhadap anak kurang, anak pemulung yang harus sekolah
sambil membantu pekerjaan orangtuanya setelah pulang sekolah.dan lain-lainnya).
Lokasi, Waktu, dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap
mata pelajaran IPS pada siswa kelas X SMAN ABC Pekanbaru. Penelitian
dilakukan selama 3 bulan dari bulan September hingga November 2012. Siswa
kelas ini memiliki karakteristik yang agak berbeda dibanding dengan sekolah
pada umumnya. Siswanya terdiri dari anak-anak dari para petani karet dan
musim tertentu (menakik karet) anak sering tidak masuk dengan alasan membantu
orangtua menakik karet untuk mendapatkan uang membayar uang sekolah. Dan,
pada musim hujan banyak yang terlambat datang disebabkan tinggalnya yang
cukup jauh dari sekolah dan tidak ada transportasi umum.
|
·
Prosedur
Penelitian
Pada bagian ini diuraikan rencana proses
pelaksanaan PTK tiap siklus, yang meliputi rencana kegiatan pada: (a) tahap
persiapan/ perencanaan, (b) tahap pelaksanaan, (c) observasi, serta (d) tahap
evaluasi dan refleksi. Ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan rencana
tersebut secara rinci, urut, dan jelas. Di sisi lain juga harus diuraikan data
dan cara pengumpulannya, serta indikator kinerja.
Pertama,
terkait dengan rencana kegiatan pada tahap persiapan/ perencanaan, diuraikan
berbagai aspek yang harus dilakukan guru selaku peneliti untuk mempersiapkan
hal-hal yang diperlukan, seperti: menyusun program semester, silabus, RPP,
lembar observasi, dan lain-lainnya. Kedua,
terkait dengan rencana kegiatan pada tahap pelaksanaan, diuraikan rencana aktivitas
guru selama mengajar sesuai dengan tindakan yang diteliti, yang meliputi:
kegiatan pendahuluan, kegiatann inti dan kegiatan penutup. Ketiga, terkait
dengan rencana kegiatan observasi, diuraikan siapa yang melakukan observasi,
variabel yang akan diobservasi, dan lainnya yang dianggap penting dalm
pelaksanaan tindakan beserta hasilnya antara peneli bersama observer sebagai
refleksi yang selanjutnya digunakan untuk menyusun rencana tindakan perbaikan
pada siklus berikutnya.
Pada bagian ini, peneliti harus
menetapkan instrumen (lembar observasi, angket, dokumen, atau lainnya) beserta
cara pengukurannya atas masing-masing variabel yang diteliti (variabel tindakan
dan variabel masalah), serta cara pengumpulan datanya.
Selain itu, juga harus ditetapkan
standar tingkat keberhasilan yang diharapkan sebagai indikator tingkat
ketercapaian penelitian. Kedua aspek tersebut (pengukuran instrumen dan standar
keberhasilan) akan digunakan sebagai dasar dalam melakukan kegiatan evaluasi
dan refleksi.
LEMBAR
OBSERVASI AKTIVITAS GURU
(Pengunaan
Metode Pembelajaran STAID)
Materi : ........................
Siklus ke: ............................
Beri tanda
cheklis (v) pada kolom sesuai tingkat pelaksanaannya
|
Instrumen penelitian merupakan alat untuk
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Instrumen dalam PTK
meliputi alat pengumpul data untuk mengukur: (a) tindakan guru, (b) aktivitas
siswa selama proses tindakan berlangsung, dan (c) hasil pemecahan
masalah. Instrumen PTK dapat digunakan
berbagai jenis alat, seperti: lembar
observasi, kuesioner/ angket, pedoman wawancara, dokumentasi, dan/atau tes
(Paul, 2008), namun perlu diperhatikan indikator dari masing-masing variabel
tersebut sehingga content validity instrumen
tinggi.
Contoh Angket
Bagaimana
keseriusan Saudara selama mengikuti pelajaran ini?
(A)
Serius sekali
(B)
Serius
(C)
Kurang serius
(D)
Tidak serius
Selama mengikuti pelajaran ini, apakah
Saudara merasa senang
(A)
Senang sekali
(B)
Senang
(C)
Kurang senang
(D)
Tidak senang
|
Terkait dengan indikator kinerja
pada umumnya meliputi tiga bagian, yaitu: (1)
indikator input (seperti:aktivitas siswa di kelas), (2) indikator proses (seperti: aktivitas guru dalam melakukan
tindakan), dan (3) indikator output
atau hasil (misal: minat belajar). Pada dasarnya, pengukuran tingkat
keberhasilan pelaksanaan PTK baru bisa diukur apabila pelaksanaan proses
tindakan telah berjalan dengan benar dan minimal 2 siklus. Sedangkan, terhadap
indikator output (keberhasilan), hasilnya tidak harus sesuai dengan yang
diharapkan (boleh berhasil/ tidak berhasil).
h)
Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Bab
ini membahas dua pokok bahasan, yaitu: hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian
seperti berikut.
·
Hasil
Penelitian
Pada bagian ini harus disajikan
proses tindakan dan hasil tiap-tiap siklus dengan data lengkap yang berisi
penjelasan tentang aspek proses pelaksanaan, keberhasilan dan kelemahan yang
terjadi.
Di sisi lain, pada siklus berikutnya
perlu ditambahkan hal yang mendasar yaitu perubahan pada diri siswa, lingkungan
belajar, aktivitas guru yang berupa perubahan proses serta hasil belajarnya.
Pada bagian hasil ini, grafik
dan/atau tabel, foto dapat digunakan secara optimal untuk menjelaskan hasil
analisis data yang menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi dari setiap
siklus. Di samping contoh grafik, perkembangan pelaksanaan tindakan (model
pembelajaran kepala bernomor), dan keberhasilan pemecahan masalah (motivasi
belajar).
·
Pembahasan
Hasil Penelitian
Bagian ini berusaha melakukan
pembahasan hasil penelitian dikaitkan dengan teori-teori yang telah
dipaparkan di bab II kajian pustaka
(kajian teori dan hasil penelitian yang relevan). Pembahasan dilakukan dengan
cara mengaitkan temuan/ hasil dengan tindakan, indikator keberhasilan, serta
kajian teoretik dan empirik. Pada bagian ini dalam keadaan hasil PTK tidak
selaras dengan teori, dan hasil pendalaman dan diskusi menunjukkan adanya
penyebab kelemahan dalam implementasi, maka peneliti harus memberikan bahasan
hasil diskusi tersebut tentang beberapa kemungkinan penyebab ketidakselarasan
itu.
i)
Simpulan
dan Saran
Pada bagian ini diuraikan simpulan
hasil penelitian yang merupakan potret kemajuan yang diperoleh sesuai dengan
tujuan penelitian seperti dipaparkan di bagian pendahuluan. Sedangkan, saran
tindak lanjut diberikan berdasarkan temuan/ hasil dan pembahasan hasil
penelitian yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya.
PENUTUP
Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan seperti berikut. PTK dapat dilakukan oleh guru maupun pelaku
pendidik lainnya, seperti: kepala sekolah, ataupun pengawas sekolah sesuai
dengan tugas dan kewenangannya. PTK memiliki tujuan untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi ke arah profesionalitasnya. Dalam melaksanakan PTK,
judul dan rumusan masalah harus memuat permasalahan dan alternatif tindakan
pemecahannya. PTK dilakukan melalui minimal dua siklus dengan masing-masing
meliputi: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap
refleksi. Dalam hal ini tahap perencanaan tahap ke-2 dan seterusnya harus
disusun mendasarkan hasil refleksi siklus sebelumnya.
Hasil penelitian harus menyajikan
secara rinci, runtut, dan lengkap atas proses pelaksanaan PTK, menyajikan hasil
evaluasi dan refleksi serta perubahan-perubahan yang terjadi pada siklus
berikutnya. Selanjutnya, peneliti harus melakukan pembahasan atas temuan/ hasil
penelitian dengan cara mengaitkan berbagai teori dan hasil penelitian relevan.
***
DAFTAR PUSTAKA
Ansori,
Mohammad. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: CV Wacana Prima.
Diknas
Dirjen Dikti. 2005. Pedoman Penyusunan
Usulan Peneltian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Jakarta: Dirjen Dikti.
Kemmis
and Mc Taggart. 1994. The Action Research
Planner. Dekain University.
Kepmen
PAN nomor 84/1993 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Nuril
Anwar. 2007. Karakteristik Penelitian
Tindakan Kelas. Internet.
Pakguruonline.
2007. Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). www:\geoccities.com
Paul
Suparno. 2008. Riset Tindakan untuk Pendidikan.
Jakarta:Penerbit PT Grasindo.
Rochiaati
W. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung. PT Rosdakarya.
Suharsimi
Arikunto; Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Sukidin,
Bosrowi, Suranto. 2008. Manajemen
Peneltian Tindakan Kelas. (Tanpa Kota
Terbit). Penerbit Insan
Cendekia.