Kisah Meraih Mimpi Besar dalam Sekolah Berasrama
Oleh:
Misdianto, S.Pd
Guru SMA Negeri Plus Propinsi Riau
J udul Buku : Admiral: Generasi, Perjuangan, dan Keajaiban
Penulis : Admiral
Pemerhati Aksara :
Mash & Deni
Desain Sampul :
Pram’s
Tata Letak : Nur
Tahun Terbit :
Februari 2012
Cetakan : Pertama
Tebal Buku : vi + 248 hlm.
Ukuran Buku : 13×19 cm
Penerbit : Leutikaprio
Kota Terbit : Yogyakarta
ISBN : 978-602-225-315-0
Harga : @ Rp 50.000,-
M
|
enulis merupakan aktivitas yang dapat bernilai positif
dalam menuangkan ide-ide cemerlang ke dalam wujud rangkaian kata-kata menjadi
bahasa untuk disajikan dan dicerna pada alam pikiran pembaca. Perihal kegiatan tersebut,
memang bisa dikatakan, jarang-jarangnya pada taraf anak sekolahan terutama para
siswa-siswi SMA sekarang ini untuk getol menulis apalagi meluncurkan sebuah buku
bacaan. Adalah “Admiral”, sebuah
judul buku dari kumpulan cerita yang dialami dan ditulis oleh para siswa-siswi
sebuah sekolah terfavorit di Propinsi Riau, dialah yang bernama SMAN Plus
Propinsi. Boleh diacungkan jempol yang luar biasa untuk mereka karena telah
berani berkarya pada peluncuran buku perdana mereka. Ini perlu dikembangkan dan
didukung sepenuhnya oleh kita bersama. Buku ini diluncurkan bertepatan pada
hajatan perpisahan kelas XII pada
tanggal April 2012 di gedung aula baru sekolah ini, yang akan melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, yakni perguruan tinggi.
Nuansa
kenangan manis pahit telah tercatat di buku ini. Mereka memulai ceritanya dari
impian bisa masuk di kampus sekolah ini dan ketika sudah diterima hingga
selesai studi. Nah, disinilah bermain sebenar-benarnya kisah itu yang penuh
warna lika-liku suka duka selama tiga tahun. Mau tak mau memang menjadi
keseharian mereka menapaki kehidupan sekolah berasrama (bording school) yang sangat diklaim senantiasa menegangkan bendera
peraturan kedisiplinan. Sekolah bak penjara bagi mereka, namun disitu pulalah
malah banyak pengalaman hidup untuk pendewasaan diri yang sangat berharga dan
tak didapati di sekolah lainnya.
Admiral
(Academy Miracle of Twelfth), adalah
nama dari generasi pelajar angkatan kedua belas SMA Negeri Plus Propinsi Riau.
Admiral bukan hanya sekadar nama tetapi juga doa untuk para anggotanya agar
dapat terus tegar menghadapi rintangan, seperti Laksamana Hang Tuah dalam
Hikayat Melayu yang selalu memikul semua ujian dan cobaan yang datang silih
berganti.
Admiral
resmi menjadi sebuah generasi pada 5 Desember 2009. Sejak saat itulah Admiral
kemudian menjalani semua kegiatan di
sekolah dan asrama dengan penuh suka dan duka dalam satu ikatan generasi yang
kokoh. Sejatinya Admiral terdiri dari 98 anggota yang punya potensi berprestasi
luar biasa. Tapi karena satu hal yang tak dapat dielakkan, admiral lantas harus
melepas seorang anggotanya dari ‘komunitas’ ini.
Hakikatnya,
Admiral adalah sekelompok remaja yang merasakan puncak kebahagiaan, kesulitan,
kekecewaan, kesedihan, kelapangan, dan kebersamaan selama lebih kurang tiga
tahun berada di lingkungan yang penuh warna dan juga makna. Kumpulan pengalaman
yang terkemas dalam kisah-kisah dalam buku ini adalah suatu bentuk kecintaan
admiral untuk sekolah, teman-teman, terutama almamater yang ditinggalkan.
Admiral,
sebuah buku kategori true stories ini
menceritakan sebuah generasi fenomenal yang tak kenal lelah menggapai apa yang
dipercaya bisa mereka lakukan. Tanggal 11 Juli 2009 adalah awal dari semua yang
telah terjadi di isi cerita dalam buku ini. Saat dinyatakan diterima dan baru
merasakan sekolah berasrama, semua merasa asing. Pada sekolah baru mereka, pada
orang-orang dan suasana, yang benar-benar telah berubah. Mereka sadari, mereka
tidak lagi di bawah kendali langsung orang tua. Bagi yang berasal dari
kabupaten yang jaraknya nun ratusan kilometer jauh di sana, situasi hari itu
sangat menakutkan, sungguh aneh. Puluhan siswa baru sejak pagi sekali telah
menginjakkan kakinya di depan asrama, memperhatikan dengan saksama asrama
kebanggaan sekolah idaman ini. Mereka bangga. Berhasil melewati serangkaian tes
yang wajib dilaksanakan sebagai calon siswa baru. Para orang tua yang menunggu
detik-detik perpisahan dengan anaknya barangkali juga sangat bangga, walau hati
kecilnya sedih karena harus berpisah dengan anaknya yang menginjak
dewasa.
Di
sekolah ini, semua siswa memang wajib tinggal di asrama. Mematuhi segala aturan
ketat yang telah diterapkan, dan pastinya dituntut untuk serba mandiri. Karena
sebagaimana dipahami bahwasanya Riau sangat membutuhkan sumber daya manusia
yang berkualitas, berimtaq, dan berkepribadian unggul demi daerah dan penggerak
kemajuannya. Semua seolah jadi beban berat mereka hari itu. Menjadi siswa SMAN
Plus Propinsi Riau adalah sebuah cobaan dan sekaligus tantangan. Mereka harus
buktikan bahwa mereka memang berhak dan pantas berada di sekolah ini.
Pada kakak-kakak senior mereka,
walau rasa segan bercampur aduk dengan sedikit rasa takut, mereka punya tekad
untuk dapat terus melanjutkan prestasi-prestasi yang pernah ditorehkan. Dengan
semangat membara di relung hati yang paling dalam, mereka ikrarkan bahwa juang
kebersamaan meraih tiap keajaiban pada tiap langkah mereka itu pasti akan
muncul seiring berjalannya waktu, yang akan mengantarkan mereka semua menjadi
lebih baik, dalam naungan 12 admiral. Admiral, sebuah
nama yang telah banyak mengajarkan tentang apa arti dari kekeluargaan.
Selanjutnya, admiral mampu memotivasi diri untuk terus berkembang. Kemudian,
admiral, selama tiga tahun menemani dalam suka duka. Dan, akhirnya sanggup
meneteskan air mata di kala datang suatu hal yang dinamakan perpisahan.
Tiga
puluh sembilan judul karangan siswa-siswa SMAN Plus Propinsi Riau disajikan
dalam buku ini. Setelah membaca buku ini, maka persepsinya bahwa betapa
hebatnya siswa-siswi sekolah ini dalam
merangkai kata-kata menjadi bahasa. Bahasanya pun tak tanggung-tanggung dalam
menalar dan melogikakan sesuatu hal. Penuh dengan metafor-metafor berbahasa.
Alangkah kayanya nilai estetika tulisan mereka. Kemudian, juga alur kisah-kisah
mereka ditampilkan dengan gaya bahasa santai dan enak untuk baca, tidak begitu
serius. Namun, ada satu tulisan dalam buku ini yang tidak diketahui siapa
penulis sebenarnya padahal yang lainnya sudah diketahui pengarang aslinya.
Tidak
ada salahnya Anda mencoba untuk memiliki buku ini sebagai acuan referensi.
Banyak yang dapat kita ketahui terhadap jalan pikiran, ide atau gagasan para
siswa yang tak terpantau dari hati nurani mereka yang terpendam. Kita dapat belajar
dan mengetahui kehidupan mereka di luar teori-teori di kelas. Jadi, kita mulai
membuka mata untuk mencoba memahami dan dekat dengan mereka. Marilah kita baca
dengan saksama goresan-goresan tinta emas dari generasi masa depan Riau ini
dalam buku karya mereka sendiri. Semoga
mimpi-mimpi besar (big of dreams)
mereka semua tercapai. Setelah menyelesaikan studi di bangku pendidikan yang
lebih tinggi lagi di seantero wilayah. Dan ilmu yang sudah diperoleh nantinya
berguna untuk membangun Riau. Amin! ***