SEONGGOK
KERTAS
ketika
ia kosong dengan kata-kata
apalah
ia,
tak
ada nilai di mata
dan
disebelah matakan
dan
dikecilkan mata
mata
memandang
mengisi
ruang-ruang
dan
dibumihanguskan
menjadi
puing-puing debu
terhempas
angin
tetapi,
ketika
ia tertoreh pada payung pasal-pasal
kata-kata
berlindung pada kekuatan
apalagi
tanda-tanda tangan berjejar
yang
memegang kuku-kuku
tak
lupa bumbuhan cap dihentakkan
maka,
tak
ada nyali mengusik
diam
beribu kata-kata
menjadi
mulut-mulut terkunci
sayang
berkepanjangan
tak
terputuskan
takut
akan melayang dari diri
ia
kini sudah ada kuku
kuku
pada kertas-kertas
‘kan
dipeluk
ia
memberi arti
oh..
seonggok kertas
dikaukah
itu !!!
MENGUKIR
LANGIT
hari-hari
bergulir tak lelah-lelahnya
ia
terus merangkak namun pasti
ia
menebarkan warna pada langit
ia
akan menunggu pada kita
kitalah
akan membuat warna apa
warna-warna
terangkah?
atau
...
warna-warna
gelapkah?
tanyakan
pada diri kita
kan
dibawa kemanakah kita
kitalah
arsitek-arsiteknya
meneroka
mimpi
menjadikan
ukiran-ukiran
‘tuk
membuat takjub pada langit
itu
semua ‘kan tergapai
andai
langkah niat terpatrikan
maka
semua warna-warna mimpi
kan
mendekat
dan
langit terukir
dan
dunia digenggaman kita
BERLARI DENGAN WAKTU
satu
impian kankugapai
demi
sebuah nama
yang
dikibas-kibaskan
pada
orang-orang
sebab
itu,...
kini
diriku adalah teori-teori
dengan
jari-jari
yang
asyik menari-nari
pada
alur waktu
akankah
semua orang-orangku
menagih
pada waktuku
pada
satu waktu
kumerangkak
belajar pada waktu
sedetik
pun harus bisa
makanya,
berlari
dan berlari
demi
cahaya waktu
terbayarkan