Minggu, 14 Juli 2013

JENIS-JENIS FRASA (MENURUT AHLI BAHASA)



Jenis-Jenis Frase
Oleh: MISDIANTO
NIM 1209077
Mahasiswa S2 Jurusan Bahasa Indonesia UNP


            Menurut J.W.M. Verhaar (1996:291 - 366), frasa dibagi menjadi beberapa tipe yaitu (1) Tipe Nomina + Nomina (2) Tipe. Nomina + Non Nomina (3) Tipe Adposisional, Ajektival dan adverbial. Frasa nomina terdiri dari nomina induk dan atribut. Atribut dapat berupa nomina, jadi disebut frasa nomina = nomina. Atribut dapat pula berupa kategori yang tidak nominal ( seperti pronimina, ajektiva atau kata bilangan), jadi tipe ini disebut tipe nomina + non nomina.
            Frasa Nomina + Nomina
            Dapat dijabarkan menurut pokok-pokok pembahasan berikut ini:
1). Hubungan Semantis diantara induk dan atribut.
Hubungan semantis diantara nomina induk dan nomina atribut dalam frasa tipe nomina + nomina adalah fleksibel. Contohnya patung seniman, konstituen induk adalah patung. Menyatakan bahwa patung dibuat oleh seniman, atribut berupa pelaku terhadap induk. Hubungan semantis adalah posesif, dengan induk sebagai termilik dan atribut sebagai pemilik.
2). Frasa Posesif
      Frasa nomina + nomina dengan hubungan antar konstituen semantis yang posesif dalam arti yang lebih terbatas akan dibahasa sebagai berikut. Pertama, dalam banyak bahasa ada kelas nomina dengan konsep milik yang langsung menyangkut pemilik dan integritasnya, misalnya nama anggota tubuh, nomina ini disebut nomina tak terasingkan. Sebaliknya, ada nomina milik lain yang tidak menyangkut identitas atau integritas pemilik, ini adalah nomina milik terasingkan.
      Kedua, nomina tidak hanya dibedakan secara sistematis tetapi juga secara gramatikal, secara morfologis atau secara sintaksis. Contohnya afiks posesif nomina milik terasingkan seperti kutu adalah prefiks, dan untuk afiks posesif nomina milik tak terasingkan seperti ibu, adalah sufiks.
3). Frasa keanjetifan/ penindakan
      Nomina induk adalah nomina deverbal yaitu yang diderivasikan dari verba, dengan demikian dapat membawa arti keajentifan atau penindakan. Keajentifan disini bahwa nomina diderivikasikan dari verba transitif dan penindakan diderivasikan dari verba intransitif.
4). Frasa dengan atribut nominal rangkap serial
      Istilah atribut rangkap serial adalah atribut dua atau lebih yang dirangkaikan secara koordinatif dengan dan, atau dsb. Seluruh frasa dapat berupa frasa posesif atau ajentif.      
5). Frasa dengan atribut Nominal rangkap terkandung
      Frasa nomina+nomina sedemikian rupa sehingga atributnya bersifat frasa nomina. Berlaku dalam begitu banyak bahasa.
6). Frasa dengan aposisi sebagai atribut.
      Atribut nomina aposisi memeberi keterangan tambahan tentang identitas orang atau benda yang di acu oleh nomina induk.
7). Frasa dengan sema atribut penyalin.
      Frasa ini terdiri atas induk dan atribut, atributnya berupa frasa posesif yang agak luas tetapi induknya adalah opsional.
8). Frasa nomina dengan induk penolong
Alat penggolong kelas nomina di kelas di tempat atribut, contohnya: buah, telur, ekor dsb. Misalnya pada sebatang rokok, rokok termasuk kelas nomina disetarai penggolong batang. Penggolong di sini tidak lagi membawa arti aslinya. Penggolong dapat dibagi atas dua jenis yaitu numerik (dapat dihitung) dan non-numerik (tidak dapat dihitung).
Frasa Nomina + Non Nomina
            Pada frasa nomina + non nomina tidak ada fleksibilitas frasa nomina dengan atribut non nominal artinya seluruh relasi semantis antara induk dan atribut ditentukan oleh atribut non nomina seperti ajektiva atau klausa relatif. Dalam frasa nomina + non nomina ada banyak katagori kata sebagai atribut, selain ajektiva dan klausa relatif ada juga atribut pronominal dan pembilang.
            Sifat struktur sintaksisnya alat penyambung untuk menyambung atribut denganinduk disebut perangkai. Frasa perangkaian nomina (konjungsional) tanpa atribut dapat dirumuskan sebagai pokok-pokok bahasan berikut ini:
1). Hirarki penyambungan antara induk dan atribut
      Penyambungan bersifat sangat rapat, sehingga konstituen perangkai tidak diperlukan. Tetapi bila penyambungan tidak begitu rapat konstituen dipakai secara opsional. Misalnya pada anak (yang ) telah datang, kata yang wajib hadir. Tetapi pada anak (yang ) cerdas,  kata yang tidak wajib hadir.
2). Frasa dengan atribut relatif: beberapa konsep pokok
Disini klausa relatif dibahasa hanya sebagai atribut dalam frasa nominal, yang dipapar sebagai berikut. Pertama, ada istilah anteseden artinya nomina induk mendahului klausa relatif atau nomina induk dengan klausa relatif sebagai atribut. Kedua, klausa relatif ada dua kelas semantisnya yaitu klausa pembuka dan klausa pembatas. Ketiga, konstituen yang memarkahi klausa relatif sebagai klausa relatif disebut perelatif tetapi perelatif tidak perlu berupa perangkai. Keempat, perelatif dapat berupa perangkai pronominal sehingga berstatus argumen. Kelima, perelatif dapat berupa perangkai sebagai penghadit anteseden dalam klausa relatif.
3). Frasa dengan atribut adverbial
      Frasa yang berfungsi sebagai adverbial dapat berfungsi sebagai atribut. Pemakaian perangkai yang dalam atribut lokatif yang adalah opsional, contohnya bunga-bunga (yang) di meja ini. Dalam atribut temporal, waktu haruslah definitif untuk dapat memakai yang, contohnya Waktunya (yang) untuk istirahat (kurang) cukup.
4). Frasa dengan atribut non nominal rangkap serial.
      Atribut rangkap serial adalah atribut yang bagian- bagiannya tersusun secara koordinatif. Contohnya Pernyataan (yang) itu dan (yang) ini.
5). Frasa dengan atribut non nominal rangkap terkandung
      Atribut rangkap terkandung adalah dua atau lebih atribut sedemiian rupa sehingga atribut saling ketergantungan. Contohnya Acara tadi yang menarik itu.
6). Frasa nominal tanpa induk.
      Frasa tanpa induk mempertahankan sifat-sifat nominal dari induk yang tidak ada, dan dengan yang sebagai pengganti sehingga frasa dapat menjadi objek preposisi. Contohnya dengan yang itu.
9). Frasa nominal konjungsional.
            Frasa nominal yang dipaparkan terdiri atas konstituen induk dan konstituen bawahan, hubungannya bersifat subordinatif, terdiri atas nomina yang dikoordinasi dengan atau tanpa konjungsi. Jadi frasa yang terdiri dari frasa nomina + dan + nomina dipandang sebagai frasa nominal konjungsional paling sedikit.
                        Pendapat M. Ramlan (2005: 141-164) bahwa jenis frasa yaitu: (1) Frasa endosentrik dan eksosentrik, (2) Frasa nominal, frasa verbal, frasa bilangan, frasa keterangan dan frasa depan.
A.     Frasa Endosentrik
                        Yaitu frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik dari semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya. Contoh frasa yang endosentrik seperti frasa dua orang mahasiswa  dalam klausa dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik dengan unsur dua orang maupun dengan unsur mahasiswa. Demikian juga frasa sedang membaca, mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, yaitu unsur membaca dan frasa buku baru yang mempunyai persamaan dengan unsur buku.
                        Frasa endosentrik dapat dibedakan dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
        1). Frasa endosentrik yang koordinatif
 Frasa ini terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya dibuktikan oleh unsur             yang dihubungkan dengan kata penghubung  dan atau atau. Misalnya suami dan istri,  belajar atau bekerja.
2). Frasa endosentrik yang atributif
Frasa ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara karena itu kata-katanya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya sangat bangga, pembangunan lima tahun, pekarangan luas, sedang belajar. Kata yang digarisbawahi merupakan unsur pusat yaitu unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frasa dan secara semantik merupakan unsur yang terpenting sedangkan unsur yang lainnya merupakan atribut.
       3).  Frasa endosentrik yang apositif
Frasa ini terdiri dari unsur-unsur tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik unsur yang satu sama dengan unsur yang lain. Contohnya pada frasa Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar . unsur Pak Sastro sama dengan unsur Ahmad, karena sama, maka anak Pak Sastro dapat menggantikan unsur Ahmad. Unsur Ahmad merupakan unsur pusat sedang Pak Sastro merupakan aposisi.
B.    Frasa eksosentrik
                 Frasa eksosentrik adalah  frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Contohnya yaitu frasa di perpustakaan dalam klausa dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan, frasa tersebut tidak mempunya distribusi yang sama dengan semua unsurnya.
C.    Frasa Nominal, Frasa Verbal, Frasa Bilangan, Frasa Keterangan dan Frasa Depan.
        1) Frasa Nominal
Adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal. Persamaan distribusi dapat diketahui seperti pada contoh kata berikut:
-    ia membeli baju baru
-    ia membeli baju
Frasa baju baru mempunyai distribusi yang sama dengan kata baju. Kata baju termasuk kata nominal. Jadi, frasa baju baru termasuk golongan frasa nominal.
Kategori frasa nominal terdiri dari:
1)      Frasa nominal (N) sebagai unsur utama (UP) diikuti oleh frasa nominal sebagai  UP atau Atr (atribut). Misalnya rumah pekarangan, ayah ibu, suami istri.
2)      Frasa nominal sebagai UP, diikuti frasa verbal sebagai Atr. Misalnya mahasiswa
       lama, acara terakhir, rumah baru, musik klasik.
3)      Frasa nominal sebagai UP diikuti frasa bilangan sebagai Atr. Misalnya petani
                  dua orang, telur tiga butir, sawah lima petak.
4)      Frasa nominal sebagai UP diikuti frasa keterangan sebagai Atr. Misalnya koran   
kemarin pagi, orang tadi. 
5). Frasa nominal sebagai UP diikuti frasa depan sebagai Atr. Misalnya kiriman
      untuk ibu, kereta api ke Surabaya, pengabdian kepada masyarakat.
6). Frasa nominal sebagai UP didahului frasa bilangan sebagai Atribut. Misalnya
      lima kodi kain batik, sepuluh ekor ayam.
7). Frasa nominal sebagai UP diadahului kata sandang sebagai Atr. Misalnya si
      Ahmad, sang Kancil.
8). Kata yang sebagai penanda diikuti frasa nominal sebagai aksisnya. Misalnya
      yang ini, yang itu.
9). Kata yang sebagai penanda diikuti frasa verbal sebagai aksisnya. Misalnya yang akan mengajar, yang sangat menderita, yang terpandai.
10).   Kata yang sebagai penanda diikuti frasa bilangan sebagai aksisnya. Misalnya
       yang kelima puluh, yang tiga buah, yang sepuluh biji.
         11).   Kata yang sebagai penanda diikuti frasa keterangan sebagai aksisnya. 
      Misalnya yang kemarin siang, yang tadi, yang sekarang.
         12).   Kata yang sebagai penanda diikuti frasa depan sebagai aksisnya. Misalnya
       yang dari Jepang, yang ke Surabaya, yang untuk Ahmad.
Hubungan makna dan Unsur-unsurnya
            Pertemuan unsur-unsur dalam suatu frasa akan menimbulkan makna, contohnya pertemuan kata rumah dengan kata pekarangan, yang menjadi frasa pekarangan rumah menimbulkan hubungan makna penjumlahan. Hubungan makna antara unsur-unsur dalam frasa nominal diperoleh hubungan makna sebagai berikut:
-  Penjumlahan, hubungan makna ditandai oleh kemungkinan diletakkannya
    kata penghubung dan anatar kedua unsurnya. Misalnya suami (dan) istri,
    nusa (dan) bangsa.
-   Pemilihan, hubungan makna ditandai oleh kemungkinan diletakkannya kata
     penghubung atau anatar kedua unsurnya. Misalnya Senin (atau) Selasa,     
     ayah (atau) ibu, Januari (atau) Februari.
-    Kesamaan, kesamaanya ditandai kemungkinan diletakkannya kata adalah
     diantara unsurnya. Misalnya Yogyakarta, (adalah) kota pelajar. Kakak
     saya, (adalah) Ahmad.
-   Penerang, unsur atribut merupakan penerang bagi UP. Hubungan makna ini
     ditandai kemungkinan diletakkannya kata yang diantara unsurnya.   
     Misalnya buku (yang) baru. Acara (yang) terakhir. Binatang (yang) buas.
-    Pembatas, hubungan makna yang dinyatakan oleh atribut dalam frasa-frasa
     dirangkum dalam satu hubungan makna, yaitu hubungan makna pembatas.  
     Unsur atribut sebagai pembatas bagi UP. Hubungan makna ini ditandai
      tidak mungkinnya diletakkan kata yang, dan, atau, dan adalah diantara
      unsur frasa yang  terdiri dari frasa nominal diikuti frasa nominal.
      Contohnya jendela rumah, pembangunan Indonesia, gedung sekolah, buku
       sejarah.
-     Penentu atau Petunjuk, adanya unsur kata itu dalam frasa bukan
      menyatakan hubungan makna ‘penerang’ walaupu dapat ditambah kata
      yang di antara unsurnya, dan bukan juga menyatakan hubungan makna   
                             ‘pembatas’ , tetapi menyatakan hubungan makna ‘penentu atau petunjuk’.   
                              Contonya jendela itu, pekarangan luas itu, penggilingan padi ini,        
                              pembangunan ini.  
 -    Jumlah, frasa yang berfungsi sebagai atribut menyatakan hubungan
                              makna jumlah bagi kata yang berfungsi sebagai UP. Misalnya dua  
      orang petani, sepuluh helai sarung, lima kilogram beras.
-          Sebutan, frasa yang menyatakan makna gelar kesarjanaan, gelar kepangkatan, gelar keagamaan, nama panggilan yang makna-makna tersebut dirangkum menjadi makna ‘sebutan’. Contohnya Profesor Hasan, Drs. Ahmad, Letkol Suaji, Haji Dasuki, Ibu Dosen, Bapak Menteri, Kak Amin.

2)  Frasa Verbal
Adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verbal dan membedakannya dengan beberapa kategori seperti berikut:
-          Kata tambah sebagai atribut diikuti verbal sebagai UP, contohnya akan pergi.
-          Kata golongan verbal sebagai UP diikuti kata verbal sebagai UP juga, contohnya membaca dan menulis.
Hubungan makna dan Unsur-unsurnya
-          Penjumlahan, terdapat hubungan makna penjumlahan dan diletakannya kata penghubung dan. Contohnya putih bersih, hitam kelam.
-          Pemilihan, terdapat hubungan pemilihan dinyatakan dengan kata penghubung atau , contohnya besar atau kecil.
-          Ragam, menyatakan sikap pembicara terhadap tindakan atau peristiwa yang tersebut pada kata golongan verbal yang menjadi UP. Contohnya mungkin sedang mandi, pasti naik.
-          Negatif, kata tidak, bukan, dan belum merupakan atribut yang menyatakan hubungan makna negatif. Kata bukan dipakai untuk menyatakan sangkaan terhadap perbuatan, sedangkan kata belum dipakai apabila perbuatan itu akan dilakukan pada waktu yang lain. Contohnya tidak malu, bukan hitam melainkan cokelat, belum selesai.
-          Aspek, menyatakan berlangsungnya perbuatan. Untuk menyatakan perbuatan yang akan berlangsung digunakan kata akan,  untuk menyatakan kata keinginan dan kesediaan dan perbuatan itu akan berlangsung digunakan kata mau, untuk menyatakan sedang berlangsung atau sedang dilakukan digunakan kata sedang, tengah, baru dan lagi, untuk menyatakan suatu perbuatan  mulai dilakukan pada waktu tertentu dan hingga sekarang belum selesai digunakan kata masih, untuk perbuatan yang sudah berlangsung atau sudah dilakukan, digunakan kata sudah atau telah. Untuk menyatakan keseringan, atau frekuensi perbuatan digunakan kata pernah, jarang,kadang-kadang, kerapkali, sering, dan selalu.
-          Tingkat, pada frasa kata sangat yang berfungsi sebagai atribut menyatakan makna tingkat keadaan tersebut pada UP. Kata-kata lain yang digunakan untuk menyatakan makna tingkat adalah kata kurang, amat, sekali, terlalu dan paling.
3)  Bilangan
 Adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan
 kata bilangan. Misalnya kata dua buah dalam dua buah rumah. Frasa ini  
 mempunyai distribusi yang sama dengan kata dua.
4)      Frasa Keterangan
Ialah frasa yang mempunya distribusi yang sama dengan
kata keterangan. Misalnya frasa tadi malam yang memiliki persamaan distribusi dengan kata tadi. Sejumlah kata keterangan tersebut a.l. kemarin, tadi, nanti, besok, lusa, dan sekarang.
5)      Frasa Depan
Adalah frasa yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti
oleh kata frasa sebagai aksisnya. Misalnya di sebuah rimah terdiri dari kata depan di sebagai penanda, diikuti frasa sebuah rumah sebagai aksisnya.
            Menurut J.D. Pardede (2009: 54 – 62)  secara umum frasa dibagi dua macam yaitu frasa endosentris dan eksosentris.  Frasa endosentris terbagi menjadi pola atributif dan koordinatif  sedangkan frasa ekosentris terbagi dengan pola direktif, konektif, dan predikatif.
            Frasa Endosentris adalah satuan konstruksi frasa berdistribusi dan berfungsi sama dengan salah satu anggota pembentuknya. Secara konstruksi frasa endosentris dibagi menjadi frasa endosentris atributif, yang terbagi dalam beberapa pola seperti berikut:
a)      Atribut (A) mendahului pusat (X)
Contohnya tiap-tiap hari, saban bulan, sebuah buku, tidak datang
b)      Pusat di depan, atribut di belakang
Contohnya baik sekali, gunung berapi, panjang tangan.
c)      Pola atribut terpisah/terbagi
Contoh: sebuah mangga yang masak, sangat baik sekali.
d)     Pola atribut dengan pola terpisah
e)      Atribut manasuka AX atau XA
Contoh: sekalian pendengar – pendengar sekalian
-          Frasa Endosentris Koordinatif, beberapa tipenya adalah:
a)      Konstruksi aditif/penambahan, contohnya putih kagi bersih
b)      Konstruksi penggabungan, contohnya pemuda da pemudi
c)      Konstruksi pemisahan (disjunktif) atau pilihan (alternatif), contohnya kaya atau miskin.
d)     Kontruksi perwalian/aposisi, contohnya Presiden Mahmud.
            Frasa Ekosentris yaitu frasa yang berdistribusi tidak mengikuti salah satu unsur pembentuknya. Frasa ini konstruksinya berperilaku sintatik dengan salah satu anggota pembentuknya. Semua kelompok kata yang berpartikel termasuk dalam frasa ekosentris. Berfungsi sebagai keterangan dalam sebuah klausa atau kalimat. contohnya di meja, ke pasar, sepanjang jalan. Sebuah kalimat dalam brntik pola dasar juga termasuk dalam frasa ekosentris seperti Kapal itu berlayar ke Surabaya. Secara umum frasa ekosentris dibedakan atas:
-          Direktif atau berpartikel, berfungsi sebagai keterangan dalam sebuah klausa atau kalimat. contohnya di meja, ke pasar, sepanjang jalan.
-          Konektif
-          Predikatif
            Menurut Hasan Alwi dkk. dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1998: 163 – 171). Menjelaskan frasa verbal dan fungsinya serta menjabarkan jenis-jenis frasa verbal saja. Frasa verbal mempunyai inti dan kata yang mendampinginya. Posisi kata pendamping bersifat tegar sehingga tidak dapat dipindahkan secara bebasa ke posisi lain. Unsur subjek, objek dan pelengkap tidak termasuk dalam frasa verbal.
            Jenis – jenis frasa verbal terbagi adalah:
1). Frasa Endosentrik Atributif,
      Terdiri atas inti verba dan pewatas (modifier) yang ditempatkan di muka atau di belakang. Kelompok kata yang berfungsi sebagai pewatas adalah akan, harus, dapat (bisa), boleh, suka, ingin dan mau.
      Kata –kata pewatas depan seperti akan, harus dan dapat dinamakan verba bantu. Contoh Pemerintah akan menertibkan pengurusan sertifikat tanah. Kelompok kata yang dapat bertindak sebagai pewatas di depan verba dan dapat bergabung  tengah,  dan lagi dianggap varian stilistis dari sudah dan sedang). Contoh mereka sedang/ tengah/lagi menggarap soal itu.
      Dari segi maknanya kedua kata di atas mirip dengan verba bantu akan, tetapi perilaku sintaksisnya berbeda, contohnya Dia sudah akan setuju tadi. Sedangkan aspek sedang dapat berperilaku sama dengan aspek sudah,tetapi terbatas pada verba bantu akan saja. Contohnya Ali sedang akan menggarap soal itu.
      Selain verba bantu dan aspek, ada kelompok kata yang bertindak sebagai pewatas depan verba yang dinamakan kelompok pengingkar yaitu kata tidak dan belum. Pengingkar berfungsi sebagai pengingkar kata yang berdiri dibelakangnya bukan di depannya. Contoh Dia tidak kawin.
      Pengingkar tidak dapat ditempatkan dimana saja, di antara verba bantu, di antara kata-kata aspek atau diantara kedua kelompok itu. Contohnya Dia tidak akan dapat mengingkari janji. Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pewatas depan verba teriri dari tiga kelompok yaitu (a) verba bantu, (b) aspek dan, (c) pengingkar.
2). Frasa Endosentrik Koordinatif
Wujudnya sangat sederhana, yakni dua verba yang digabungkan dengan memakai kata penghubung dan atau atau. Pewatas depan dan belakang hanya memberi tambahan pada kedua verba yang bersangkutan. Contohnya Mereka menangis dan meratapi nasibnya.
Fungsi verba dan frasa verba
            Dari segi fungsi verba menduduki fungsi predikat, walaupun demikian verba dapat juga menduduki fungsi objek, pelengkap dan keterangan. Perhatikan uraian berikut ini:
1). Frasa verbal sebagai predikat, contohnya Kaca jendela itu pecah, Orang tuanya
     Bertani verba pecah dan bertani berfungsi sebagai subjek.          
2). Frasa verbal sebagai subjek, contohnya Mmembaca telah memperluas
      wawasannya. Subjeknya adalah verba membaca.
3). Frasa verbal sebagai pelengkap, contohnya Mereka menekuni membaca Qur’an 
      pada pagi hari. Membaca Qur’an berfungsi sebagai objek.
4). Frasa verbal sebagai keterangan, contohnya Ibu sudah pergi berbelanja. Pada 
     contoh tersebut ada dua verba yang letaknya berurutan, yang pertama sebagai
     predikat yang ke dua sebagai keterangan. Terkandung pengertian maksud dan
     tujuan dari perbuatan yang dinyatakan predikat.
            Menurut Abdul Chaer (2009: 39 -41)bahwa sebagai fungsi-fungsi sintaksis frasa-frasa mempunyai kategori sebagai berikut:
1). Frasa Nominal, yang mengisi fungsi subjek dan objek. Contoh adik saya,
      sebuah meja, rumah makan.
2). Frasa Verbal, yang mengisi fungsi predikat. Contoh suka makan, sudah mandi    
3). Frasa ajektifal, yang mengisi fungsi predikat. Contoh bagus sekali, sangat
      indah, merah muda.
4). Frasa preposisional, yang mengisi fungsi keterangan. Contoh ke surabaya,
      kepada polisi, dari gula dan ketan.
      Dilihat dari hubungan kedua unsurnya dikenal adanya frasa koordinatif dan subordinatif.
1).  Frasa Koordinatif adalah frasa yang kedudukan kedua unsurnya sederajat.
      - Frasa nominal koordinatif , contohnya ayah ibu, kampung halaman.
      - frasa verbal koordinatif, contohnya makan minum, jual beli, pulang pergi.
      - Frasa ajektifal koordinatif, contohnya jauh dekat, baik buruk, besar kecil.      
2). Frasa Subordinatif adalah frasa yang kedudukan kedua unsurnya tidak sederajat   
      Unsur yang satu berstatus sebagai atasan dan yang lain sebagai bawahan.
-          Frasa subordinatif yang berupa frasa nomina, contohnya sebuah mobil, mobil dinas.          
-          Frasa subordinatif yang berupa frasa verba, contohnya tidak mandi, sedang mandi, mandi pagi.
-           Frasa subordinatif yang berupa frasa ajektifal, contohnya merah muda, jauh sekali, sangat jauh.
      Dilihat dari dari keutuhan sebagai frasa dikenal ada dua frasa yaitu:
1).   Frasa Eksosentrik, yaitu frasa yang hubungan kedua unsurnya sangat erat,
       sehingga tidak bisa dipisahkan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Contohnya di pasar, dari Medan, sang saka.
2). Frasa Endosentrik, yaitu frasa yang salah satu unsurnya dapat menggantika kedudukan keseluruhannya. Atau, bila salah satu unsurnya ditanggalkan kedudukannya sebagai pengisi fungsi sintaksis masih bisa diterima. Contohnya mobil dinas, sate kambing, ayam jantan.
      Bagian yang tidak bisa dihilangkan disebut inti frasa, bagian yang dapat
      ditinggalkan disebut atribut frasa.
            Menurut Henri Guntur Tarigan (2009: 96 – 122), tipe struktur frase dibedakan atas:
1). Frase ekosentris
-                Frasa ekosentris adalah frasa yang tidak berhulu, tidak berpusat. Berdasarkan struktur internalnya disebut juga sebagai frasa relasional. Berdasarkan posisi penghubung yang mungkin terdapat di dalamnya, frasa ekosentris dapat dibagi atas frasa preposisi dan frasa posposisi.
      Frasa preposisi adalah frasa yang penghubungannya menduduki posisi di bagian depan. Contohnya di rumah, ke luar, demi keadilan, kepada ibu. Kemudian, frasa posposisi adalah frasa yang penghubungannya menduduki posisi dibagian belakang. Frasa ini tidak terdapat dalam Bahasa Indonesia, salah satu yang menggunakan posposisi adalah bahasa Jepang. Lalu, frasa preposposisi adalah frasa yang penghubungannya menduduki posisi dibagian depan dan dibagian belakang. Frasa ini tidak terdapat dalam Bahasa Indonesia, salah satu yang menggunakan posposisi adalah bahasa Karo.
2). Frasa Endosentris
      Frasa endosentris adalah frasa yang berhulu, yang berpusat, yang mempunya fungsi yang sama dengan hulunya. Berdasarkan tipe strukturnya frasa endosentris dapat dibagi atas frasa beraneka hulu dan frasa modifikatif.
      Frasa beraneka hulu adalah frasa yang mengandung lebih dari satu hulu.
Berdasarkan struktur internalnyua dapat dibagi lagi menjadi:
a).   Frasa koordinatif yaitu frasa yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang
       berbeda-beda. Selanjutnya frasa koordinatif ini dibagi menjadi:
a.1)     Frasa koordinatif nominal yaitu penggabungan dua atau lebih frasa
yang bertipe nominal. Contohnya Paman saya memelihara kerbau, sapi domba.
a.2)     Frasa koordinatif verbal yaitu gabungan dua atau lebih frasa yang bertipe verba. Contohnya Kedua belah pihak berembuk dan berunding selama dua hari.
a.3)   Frasa koordinatif adjektival yaitu gabungan dua atau lebih frasa yang bertipe adjektival. Contohnya Gadis itu ramah, cantik dan sopan.
a.4)   Frasa koordinatif Adverbial yaitu gabungan dua atau lebih frasa yang bertipe adverbia. Contohnya Saya berjalan diam-diam dan pelan-pelan agar ayah tidak terbangun.
b).   Frasa Apositif yaitu yang hulu-hulunya mempunya referensi yang sama, pada
       umumnya bersifat nominal. Contohnya Pak Amar tukang pangkas itu, sudah
       meninggal.
      Frasa Modifikatif adalah frasa yang hanya mengandung satu hulu. Berdasarkan struktur internalnya dapat dibedakan menjadi:
1). Frasa Modifikasi Nominal yaitu frasa modifikatif yang hulunya berupa nomina atau kata benda. Contohnya Orang kaya seharusnya membantu orang miskin.
2).  Frasa Modifikasi Verbal yaitu frasa modifikatif yang hulunya berupa verba
       atau kata kerja. Contohnya Nanti sore saya akan berangkat ke Medan.
3). Frasa Modifikatif Adjektifal yaitu frasa modifikatif yang hulunya berupa   adjektifal  atau kata keadaan. Contohnya Orang itu sangat kaya tetapi agak kikir.
4). Frasa Modifikatif Adverbial yaitu frasa modifikatif yang hulunya berupa  adverbia atau kata keterangan. Contohnya Ayah tiba kemarin sore di Bandung.





 PENUTUP
Sebagai simpulan dari ulasan materi di atas, frasa merupakan satuan sintaksis yang tersusun dari dua buah kata atau lebih, yang menempati tiap-tiap fungsi sintaksis. Frasa, sebagai salah satu konstituen penting dalam satuan bahasa ternyata memegang peranan penting dalam proses pembentukan sintaksis. Frasa merupakan konstruksi awal yang perlu dipahami terlebih dahulu untuk memahami sintaksis secara keseluruhan. Dalam satuan bahasa, konstituen frasa terletak pada tataran keempat setelah kata dan sebelum klausa, sehingga frasa dapat menggantikan kata sebagai unsur pembentuk kalimat.
Frasa tidak boleh dipisahkan dari kesatuan fungsinya. Bila urutan-urutan unsur kalimat itu dipindahkan, maka frasa itu harus dipindahkan secara keseluruhan. Frasa juga memiliki bentuk yang fleksibel, artinya kata-kata itu dapat rapat dan renggang. Frasa itu bisa disisipi dengan kata lain. Misalnya frasa di kamar, bisa menjadi frasa di suatu kamar atau di kamar kakek.
Adapun jenis-jenis frasa terbagi atas dua, yakni berdasarkan hubungan konstituen-konstituennya dan kategori gramatikalnya. Berdasakan hubungan konstituen-konstituennya, frasa terbagi menjadi frasa endosentris dan frasa eksosentris. Sedangkan berdasarkan kategori gramatikalnya, frasa terbagi menjadi frasa nominal (FN), frasa pronominal (FPro), frasa verba (FV), frasa adjektiva (FA), frasa adverbial (FAdv), dan frasa numeralia (FNum).

Sumber Referensi
Alwi, Hasan dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:          Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2009. Linguistik Umum. Jakarta : PT Rineka Cipta.
            Pardede, J.D. 2009.  Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga.
            Ramlan, M. 2005. Sintaksis. Yogyakarta : CV Karyono.
            Tarigan, Henri Guntur.2009.
            Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Lingustik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada     
                        University Press.
            http://networkedblogs.com/vGaBt
http://khairinnisaedogawa.blogspot.com/2011/03/makalah-sintaksis-konsep-dan-jenis.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar