Jenis-Jenis Frase
Oleh: MISDIANTO
NIM 1209077
Mahasiswa S2 Jurusan Bahasa Indonesia UNP
Menurut J.W.M. Verhaar (1996:291
- 366), frasa dibagi menjadi beberapa tipe
yaitu (1) Tipe Nomina + Nomina (2) Tipe. Nomina + Non Nomina (3) Tipe Adposisional, Ajektival dan adverbial.
Frasa nomina terdiri dari nomina induk dan atribut. Atribut dapat berupa
nomina, jadi disebut frasa nomina = nomina. Atribut dapat pula berupa kategori
yang tidak nominal ( seperti pronimina, ajektiva atau kata bilangan), jadi tipe
ini disebut tipe nomina + non nomina.
Frasa Nomina +
Nomina
Dapat
dijabarkan menurut pokok-pokok pembahasan berikut ini:
1). Hubungan Semantis diantara induk dan atribut.
Hubungan semantis diantara nomina
induk dan nomina atribut dalam frasa tipe nomina + nomina adalah fleksibel.
Contohnya patung seniman, konstituen induk adalah patung. Menyatakan
bahwa patung dibuat oleh seniman, atribut berupa pelaku terhadap induk.
Hubungan semantis adalah posesif, dengan induk sebagai termilik dan atribut sebagai
pemilik.
2). Frasa Posesif
Frasa
nomina + nomina dengan hubungan antar konstituen semantis yang posesif dalam
arti yang lebih terbatas akan dibahasa sebagai berikut. Pertama, dalam banyak
bahasa ada kelas nomina dengan konsep milik yang langsung menyangkut pemilik
dan integritasnya, misalnya nama anggota tubuh, nomina ini disebut nomina tak
terasingkan. Sebaliknya, ada nomina
milik lain yang tidak menyangkut identitas atau integritas pemilik, ini adalah
nomina milik terasingkan.
Kedua,
nomina tidak hanya dibedakan secara sistematis tetapi juga secara gramatikal,
secara morfologis atau secara sintaksis. Contohnya afiks posesif nomina milik
terasingkan seperti kutu adalah prefiks, dan untuk afiks posesif nomina
milik tak terasingkan seperti ibu, adalah sufiks.
3). Frasa keanjetifan/ penindakan
Nomina
induk adalah nomina deverbal yaitu yang diderivasikan dari verba, dengan
demikian dapat membawa arti keajentifan atau penindakan. Keajentifan disini
bahwa nomina diderivikasikan dari verba transitif dan penindakan diderivasikan
dari verba intransitif.
4). Frasa dengan atribut nominal rangkap serial
Istilah
atribut rangkap serial adalah atribut dua atau lebih yang dirangkaikan secara
koordinatif dengan dan, atau dsb. Seluruh frasa dapat berupa frasa
posesif atau ajentif.
5). Frasa dengan atribut Nominal rangkap terkandung
Frasa
nomina+nomina sedemikian rupa sehingga atributnya bersifat frasa nomina.
Berlaku dalam begitu banyak bahasa.
6). Frasa dengan aposisi sebagai atribut.
Atribut
nomina aposisi memeberi keterangan tambahan tentang identitas orang atau benda
yang di acu oleh nomina induk.
7). Frasa dengan sema atribut penyalin.
Frasa
ini terdiri atas induk dan atribut, atributnya berupa frasa posesif yang agak
luas tetapi induknya adalah opsional.
8). Frasa nomina dengan induk penolong
Alat penggolong kelas nomina di kelas di tempat atribut, contohnya:
buah, telur, ekor dsb. Misalnya pada sebatang rokok, rokok termasuk
kelas nomina disetarai penggolong batang. Penggolong di sini tidak lagi
membawa arti aslinya. Penggolong dapat dibagi atas dua jenis yaitu numerik
(dapat dihitung) dan non-numerik (tidak dapat dihitung).
Frasa Nomina +
Non Nomina
Pada frasa nomina
+ non nomina tidak ada fleksibilitas frasa nomina dengan atribut non nominal
artinya seluruh relasi semantis antara induk dan atribut ditentukan oleh
atribut non nomina seperti ajektiva atau klausa relatif. Dalam frasa nomina +
non nomina ada banyak katagori kata sebagai atribut, selain ajektiva dan klausa
relatif ada juga atribut pronominal dan pembilang.
Sifat struktur
sintaksisnya alat penyambung untuk menyambung atribut denganinduk disebut
perangkai. Frasa perangkaian nomina (konjungsional) tanpa atribut dapat
dirumuskan sebagai pokok-pokok bahasan berikut ini:
1). Hirarki penyambungan antara induk dan atribut
Penyambungan
bersifat sangat rapat, sehingga konstituen perangkai tidak diperlukan. Tetapi
bila penyambungan tidak begitu rapat konstituen dipakai secara opsional.
Misalnya pada anak (yang ) telah datang, kata yang wajib hadir. Tetapi
pada anak (yang ) cerdas, kata
yang tidak wajib hadir.
2). Frasa dengan atribut relatif: beberapa konsep pokok
Disini klausa relatif dibahasa hanya sebagai atribut dalam frasa
nominal, yang dipapar sebagai berikut. Pertama,
ada istilah anteseden artinya nomina induk mendahului klausa relatif atau
nomina induk dengan klausa relatif sebagai atribut. Kedua, klausa
relatif ada dua kelas semantisnya yaitu klausa pembuka dan klausa pembatas. Ketiga, konstituen
yang memarkahi klausa relatif sebagai klausa relatif disebut perelatif tetapi
perelatif tidak perlu berupa perangkai. Keempat, perelatif
dapat berupa perangkai pronominal sehingga berstatus argumen. Kelima, perelatif
dapat berupa perangkai sebagai penghadit anteseden dalam klausa relatif.
3). Frasa dengan atribut adverbial
Frasa
yang berfungsi sebagai adverbial dapat berfungsi sebagai atribut. Pemakaian
perangkai yang dalam atribut lokatif yang adalah opsional,
contohnya bunga-bunga (yang) di meja ini. Dalam atribut temporal, waktu
haruslah definitif untuk dapat memakai yang, contohnya Waktunya
(yang) untuk istirahat (kurang) cukup.
4). Frasa dengan atribut non nominal rangkap serial.
Atribut
rangkap serial adalah atribut yang bagian- bagiannya tersusun secara
koordinatif. Contohnya Pernyataan (yang) itu dan (yang) ini.
5). Frasa dengan atribut non nominal rangkap terkandung
Atribut
rangkap terkandung adalah dua atau lebih atribut sedemiian rupa sehingga
atribut saling ketergantungan. Contohnya Acara tadi yang menarik itu.
6). Frasa nominal tanpa induk.
Frasa
tanpa induk mempertahankan sifat-sifat nominal dari induk yang tidak ada, dan
dengan yang sebagai pengganti sehingga frasa dapat menjadi objek
preposisi. Contohnya dengan yang itu.
9). Frasa nominal konjungsional.
Frasa nominal yang dipaparkan
terdiri atas konstituen induk dan konstituen bawahan, hubungannya bersifat
subordinatif, terdiri atas nomina yang dikoordinasi dengan atau tanpa
konjungsi. Jadi frasa yang terdiri dari frasa nomina + dan + nomina dipandang
sebagai frasa nominal konjungsional paling sedikit.
Pendapat M. Ramlan (2005: 141-164) bahwa jenis
frasa yaitu: (1) Frasa endosentrik dan eksosentrik, (2) Frasa nominal, frasa verbal, frasa bilangan, frasa keterangan dan frasa depan.
A. Frasa
Endosentrik
Yaitu frasa yang
mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik dari semua unsurnya
maupun salah satu dari unsurnya. Contoh frasa yang endosentrik seperti frasa dua
orang mahasiswa dalam klausa dua
orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan mempunyai
distribusi yang sama dengan unsurnya, baik dengan unsur dua orang maupun
dengan unsur mahasiswa. Demikian juga
frasa sedang membaca, mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya,
yaitu unsur membaca dan frasa buku baru yang mempunyai persamaan dengan
unsur buku.
Frasa endosentrik dapat dibedakan dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu:
1). Frasa endosentrik yang koordinatif
Frasa ini terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya
dibuktikan oleh unsur yang
dihubungkan dengan kata penghubung dan
atau atau. Misalnya suami dan istri, belajar
atau bekerja.
2).
Frasa endosentrik yang atributif
Frasa ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara karena itu
kata-katanya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau.
Misalnya sangat bangga, pembangunan lima tahun, pekarangan
luas, sedang belajar. Kata yang digarisbawahi
merupakan unsur pusat yaitu unsur yang secara
distribusional sama dengan seluruh frasa dan secara semantik merupakan unsur
yang terpenting sedangkan unsur yang lainnya merupakan atribut.
3). Frasa
endosentrik yang apositif
Frasa ini terdiri dari unsur-unsur tidak dapat dihubungkan dengan
kata penghubung dan atau atau dan secara semantik unsur yang satu
sama dengan unsur yang lain. Contohnya pada frasa Ahmad, anak Pak Sastro,
sedang belajar . unsur Pak Sastro sama dengan unsur Ahmad,
karena sama, maka anak Pak Sastro dapat menggantikan unsur Ahmad.
Unsur Ahmad merupakan unsur pusat sedang Pak Sastro merupakan
aposisi.
B. Frasa
eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah
frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya. Contohnya yaitu frasa di perpustakaan dalam klausa dua
orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan, frasa tersebut
tidak mempunya distribusi yang sama dengan semua unsurnya.
C. Frasa Nominal, Frasa Verbal, Frasa Bilangan, Frasa Keterangan dan Frasa Depan.
1) Frasa Nominal
Adalah
frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal.
Persamaan distribusi dapat diketahui seperti pada contoh kata berikut:
- ia membeli baju baru
- ia membeli baju
Frasa baju baru mempunyai distribusi yang sama dengan kata
baju. Kata baju termasuk kata nominal. Jadi,
frasa baju baru termasuk golongan frasa nominal.
Kategori frasa nominal terdiri dari:
1) Frasa nominal (N) sebagai unsur utama (UP) diikuti oleh frasa
nominal sebagai UP
atau Atr (atribut). Misalnya rumah pekarangan, ayah ibu, suami istri.
2) Frasa nominal sebagai UP, diikuti frasa verbal sebagai Atr.
Misalnya mahasiswa
lama, acara terakhir, rumah baru,
musik klasik.
3)
Frasa nominal sebagai
UP diikuti frasa bilangan sebagai Atr. Misalnya petani
dua
orang, telur tiga butir, sawah lima petak.
4) Frasa nominal sebagai UP diikuti frasa keterangan sebagai Atr.
Misalnya koran
kemarin
pagi, orang tadi.
5). Frasa
nominal sebagai UP diikuti frasa depan sebagai Atr. Misalnya kiriman
untuk ibu, kereta api ke Surabaya, pengabdian
kepada masyarakat.
6). Frasa
nominal sebagai UP didahului frasa bilangan sebagai Atribut. Misalnya
lima kodi kain batik, sepuluh ekor ayam.
7). Frasa
nominal sebagai UP diadahului kata sandang sebagai Atr. Misalnya si
Ahmad, sang Kancil.
8). Kata
yang sebagai penanda diikuti frasa nominal sebagai aksisnya. Misalnya
yang ini, yang itu.
9). Kata yang sebagai penanda diikuti frasa
verbal sebagai aksisnya. Misalnya yang akan mengajar, yang sangat menderita,
yang terpandai.
10). Kata yang sebagai penanda diikuti frasa
bilangan sebagai aksisnya. Misalnya
yang kelima puluh, yang tiga buah,
yang sepuluh biji.
11). Kata yang
sebagai penanda diikuti frasa keterangan sebagai aksisnya.
Misalnya yang kemarin siang, yang tadi, yang sekarang.
12). Kata yang
sebagai penanda diikuti frasa depan sebagai aksisnya. Misalnya
yang
dari Jepang, yang ke Surabaya, yang untuk Ahmad.
Hubungan makna dan Unsur-unsurnya
Pertemuan unsur-unsur dalam suatu frasa akan menimbulkan makna,
contohnya pertemuan kata rumah dengan kata pekarangan, yang
menjadi frasa pekarangan rumah menimbulkan hubungan makna penjumlahan.
Hubungan makna antara unsur-unsur dalam frasa nominal diperoleh hubungan makna
sebagai berikut:
- Penjumlahan, hubungan makna ditandai oleh kemungkinan diletakkannya
kata penghubung dan anatar kedua unsurnya. Misalnya suami
(dan) istri,
nusa (dan) bangsa.
- Pemilihan,
hubungan makna ditandai oleh kemungkinan diletakkannya kata
penghubung atau anatar kedua unsurnya. Misalnya Senin
(atau) Selasa,
ayah (atau) ibu, Januari (atau) Februari.
- Kesamaan, kesamaanya ditandai kemungkinan diletakkannya kata adalah
diantara unsurnya. Misalnya Yogyakarta, (adalah) kota pelajar.
Kakak
saya, (adalah) Ahmad.
- Penerang, unsur atribut merupakan penerang bagi UP. Hubungan makna
ini
ditandai kemungkinan diletakkannya kata yang diantara unsurnya.
Misalnya buku (yang) baru. Acara (yang) terakhir. Binatang
(yang) buas.
- Pembatas, hubungan makna yang dinyatakan oleh atribut dalam
frasa-frasa
dirangkum dalam satu hubungan makna, yaitu hubungan makna pembatas.
Unsur atribut sebagai pembatas
bagi UP. Hubungan makna ini ditandai
tidak mungkinnya diletakkan kata yang, dan, atau, dan
adalah diantara
unsur frasa yang terdiri dari frasa
nominal diikuti frasa nominal.
Contohnya jendela rumah, pembangunan Indonesia, gedung sekolah,
buku
sejarah.
- Penentu atau Petunjuk, adanya unsur kata itu dalam frasa
bukan
menyatakan hubungan makna ‘penerang’ walaupu dapat ditambah kata
yang di antara unsurnya, dan bukan juga menyatakan hubungan makna
‘pembatas’ , tetapi menyatakan hubungan makna ‘penentu atau
petunjuk’.
Contonya jendela itu, pekarangan luas itu, penggilingan padi
ini,
pembangunan ini.
- Jumlah,
frasa yang berfungsi sebagai atribut menyatakan hubungan
makna
jumlah bagi kata yang berfungsi sebagai UP. Misalnya dua
orang petani, sepuluh helai sarung, lima kilogram beras.
-
Sebutan, frasa
yang menyatakan makna gelar kesarjanaan, gelar kepangkatan, gelar keagamaan,
nama panggilan yang makna-makna tersebut dirangkum menjadi makna ‘sebutan’.
Contohnya Profesor Hasan, Drs. Ahmad, Letkol Suaji, Haji Dasuki, Ibu Dosen,
Bapak Menteri, Kak Amin.
2) Frasa
Verbal
Adalah
frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verbal dan membedakannya dengan
beberapa kategori seperti berikut:
-
Kata tambah
sebagai atribut diikuti verbal sebagai UP, contohnya akan pergi.
-
Kata golongan
verbal sebagai UP diikuti kata verbal sebagai UP juga, contohnya membaca dan
menulis.
Hubungan makna dan Unsur-unsurnya
-
Penjumlahan,
terdapat hubungan makna penjumlahan dan diletakannya kata penghubung dan. Contohnya
putih bersih, hitam kelam.
-
Pemilihan,
terdapat hubungan pemilihan dinyatakan dengan kata penghubung atau ,
contohnya besar atau kecil.
-
Ragam,
menyatakan sikap pembicara terhadap tindakan atau peristiwa yang tersebut pada
kata golongan verbal yang menjadi UP. Contohnya mungkin sedang mandi, pasti
naik.
-
Negatif, kata
tidak, bukan, dan belum merupakan atribut yang menyatakan hubungan
makna negatif. Kata bukan dipakai untuk menyatakan sangkaan terhadap
perbuatan, sedangkan kata belum dipakai apabila perbuatan itu akan
dilakukan pada waktu yang lain. Contohnya tidak malu, bukan hitam melainkan
cokelat, belum selesai.
-
Aspek,
menyatakan berlangsungnya perbuatan. Untuk menyatakan perbuatan yang akan
berlangsung digunakan kata akan,
untuk menyatakan kata keinginan dan kesediaan dan perbuatan itu akan
berlangsung digunakan kata mau, untuk menyatakan sedang berlangsung atau
sedang dilakukan digunakan kata sedang, tengah, baru dan lagi, untuk
menyatakan suatu perbuatan mulai
dilakukan pada waktu tertentu dan hingga sekarang belum selesai digunakan kata
masih, untuk perbuatan yang sudah berlangsung atau sudah dilakukan,
digunakan kata sudah atau telah. Untuk menyatakan keseringan,
atau frekuensi perbuatan digunakan kata pernah, jarang,kadang-kadang,
kerapkali, sering, dan selalu.
-
Tingkat, pada
frasa kata sangat yang berfungsi sebagai atribut menyatakan makna
tingkat keadaan tersebut pada UP. Kata-kata lain yang digunakan untuk
menyatakan makna tingkat adalah kata kurang, amat, sekali, terlalu dan
paling.
3) Bilangan
Adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan
kata
bilangan. Misalnya kata dua buah dalam dua buah rumah. Frasa ini
mempunyai
distribusi yang sama dengan kata dua.
4)
Frasa
Keterangan
Ialah frasa yang mempunya distribusi yang sama dengan
kata keterangan. Misalnya frasa tadi
malam yang memiliki persamaan distribusi dengan kata tadi.
Sejumlah kata keterangan tersebut a.l. kemarin, tadi, nanti, besok, lusa, dan
sekarang.
5)
Frasa Depan
Adalah frasa yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti
oleh kata frasa sebagai aksisnya.
Misalnya di sebuah rimah terdiri dari kata depan di sebagai
penanda, diikuti frasa sebuah rumah sebagai aksisnya.
Menurut J.D. Pardede (2009: 54 – 62) secara
umum frasa dibagi dua macam yaitu frasa endosentris
dan eksosentris. Frasa endosentris
terbagi menjadi pola atributif dan koordinatif sedangkan frasa
ekosentris terbagi dengan pola direktif, konektif,
dan predikatif.
Frasa Endosentris adalah satuan
konstruksi frasa berdistribusi dan berfungsi sama dengan salah satu anggota
pembentuknya. Secara konstruksi frasa endosentris dibagi menjadi frasa
endosentris atributif, yang terbagi dalam beberapa pola seperti berikut:
a)
Atribut (A)
mendahului pusat (X)
Contohnya tiap-tiap
hari, saban bulan, sebuah buku, tidak datang
b)
Pusat di depan,
atribut di belakang
Contohnya baik
sekali, gunung berapi, panjang tangan.
c)
Pola atribut
terpisah/terbagi
Contoh: sebuah mangga yang masak, sangat baik sekali.
d)
Pola atribut
dengan pola terpisah
e)
Atribut
manasuka AX atau XA
Contoh: sekalian pendengar – pendengar sekalian
-
Frasa
Endosentris Koordinatif, beberapa tipenya adalah:
a)
Konstruksi
aditif/penambahan, contohnya putih kagi bersih
b)
Konstruksi
penggabungan, contohnya pemuda da pemudi
c)
Konstruksi
pemisahan (disjunktif) atau pilihan (alternatif), contohnya kaya atau
miskin.
d)
Kontruksi
perwalian/aposisi, contohnya Presiden Mahmud.
Frasa Ekosentris yaitu frasa yang
berdistribusi tidak mengikuti salah satu unsur pembentuknya.
Frasa ini konstruksinya berperilaku
sintatik dengan salah satu anggota pembentuknya. Semua kelompok kata yang
berpartikel termasuk dalam frasa ekosentris. Berfungsi sebagai
keterangan dalam sebuah klausa atau kalimat. contohnya di meja, ke pasar,
sepanjang jalan. Sebuah kalimat dalam brntik pola dasar juga termasuk dalam
frasa ekosentris seperti Kapal itu berlayar ke Surabaya. Secara umum
frasa ekosentris dibedakan atas:
-
Direktif atau
berpartikel, berfungsi sebagai keterangan dalam sebuah klausa atau kalimat.
contohnya di meja, ke pasar, sepanjang jalan.
-
Konektif
-
Predikatif
Menurut Hasan Alwi dkk. dalam Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia (1998: 163 – 171). Menjelaskan
frasa verbal dan fungsinya serta menjabarkan jenis-jenis frasa verbal
saja. Frasa verbal mempunyai inti dan kata yang mendampinginya. Posisi kata
pendamping bersifat tegar sehingga tidak dapat dipindahkan secara bebasa ke
posisi lain. Unsur subjek, objek dan pelengkap tidak termasuk dalam frasa
verbal.
Jenis – jenis frasa verbal terbagi adalah:
1). Frasa Endosentrik Atributif,
Terdiri atas inti verba dan pewatas (modifier) yang ditempatkan di
muka atau di belakang. Kelompok kata yang berfungsi sebagai pewatas adalah akan,
harus, dapat (bisa), boleh, suka, ingin dan mau.
Kata –kata pewatas depan
seperti akan, harus dan dapat dinamakan verba bantu. Contoh Pemerintah
akan menertibkan pengurusan sertifikat tanah. Kelompok kata yang dapat
bertindak sebagai pewatas di depan verba dan dapat bergabung tengah, dan lagi dianggap varian stilistis dari
sudah dan sedang). Contoh mereka sedang/ tengah/lagi menggarap
soal itu.
Dari segi maknanya kedua kata di atas mirip dengan verba bantu akan,
tetapi perilaku sintaksisnya berbeda, contohnya Dia sudah akan setuju tadi.
Sedangkan aspek sedang dapat berperilaku sama dengan aspek sudah,tetapi
terbatas pada verba bantu akan saja. Contohnya Ali sedang akan
menggarap soal itu.
Selain verba bantu dan
aspek, ada kelompok kata yang bertindak sebagai pewatas depan verba yang
dinamakan kelompok pengingkar yaitu kata tidak dan belum.
Pengingkar berfungsi sebagai pengingkar kata yang berdiri dibelakangnya bukan
di depannya. Contoh Dia tidak kawin.
Pengingkar tidak dapat ditempatkan dimana saja, di antara
verba bantu, di antara kata-kata aspek atau diantara kedua kelompok itu.
Contohnya Dia tidak akan dapat mengingkari janji. Jadi dari penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa pewatas depan verba teriri dari tiga kelompok
yaitu (a) verba bantu, (b) aspek dan, (c) pengingkar.
2). Frasa Endosentrik Koordinatif
Wujudnya sangat sederhana, yakni dua verba yang digabungkan dengan
memakai kata penghubung dan atau atau. Pewatas depan dan belakang
hanya memberi tambahan pada kedua verba yang bersangkutan. Contohnya Mereka
menangis dan meratapi nasibnya.
Fungsi verba
dan frasa verba
Dari segi fungsi
verba menduduki fungsi predikat, walaupun demikian verba dapat juga menduduki
fungsi objek, pelengkap dan keterangan. Perhatikan uraian berikut ini:
1). Frasa verbal sebagai predikat, contohnya Kaca jendela itu pecah,
Orang tuanya
Bertani verba pecah dan
bertani berfungsi sebagai subjek.
2). Frasa verbal sebagai subjek, contohnya Mmembaca telah
memperluas
wawasannya. Subjeknya adalah verba membaca.
3). Frasa verbal sebagai pelengkap, contohnya Mereka menekuni
membaca Qur’an
pada pagi hari. Membaca Qur’an berfungsi sebagai objek.
4). Frasa verbal sebagai keterangan, contohnya Ibu sudah pergi
berbelanja. Pada
contoh tersebut ada dua
verba yang letaknya berurutan, yang pertama sebagai
predikat yang ke dua
sebagai keterangan. Terkandung pengertian maksud dan
tujuan dari perbuatan
yang dinyatakan predikat.
Menurut Abdul Chaer (2009: 39 -41)bahwa sebagai
fungsi-fungsi sintaksis frasa-frasa mempunyai kategori sebagai berikut:
1). Frasa Nominal, yang mengisi fungsi subjek dan objek. Contoh adik
saya,
sebuah meja, rumah
makan.
2). Frasa Verbal, yang mengisi fungsi predikat. Contoh suka
makan, sudah mandi
3). Frasa ajektifal, yang mengisi fungsi predikat. Contoh bagus
sekali, sangat
indah, merah muda.
4). Frasa preposisional, yang mengisi fungsi keterangan. Contoh
ke surabaya,
kepada polisi, dari
gula dan ketan.
Dilihat dari hubungan
kedua unsurnya dikenal adanya frasa koordinatif dan subordinatif.
1). Frasa Koordinatif adalah
frasa yang kedudukan kedua unsurnya sederajat.
- Frasa nominal
koordinatif , contohnya ayah ibu, kampung halaman.
- frasa verbal
koordinatif, contohnya makan minum, jual beli, pulang pergi.
- Frasa ajektifal
koordinatif, contohnya jauh dekat, baik buruk, besar kecil.
2). Frasa Subordinatif adalah frasa yang kedudukan kedua unsurnya
tidak sederajat
Unsur yang satu
berstatus sebagai atasan dan yang lain sebagai bawahan.
-
Frasa
subordinatif yang berupa frasa nomina, contohnya sebuah mobil, mobil dinas.
-
Frasa
subordinatif yang berupa frasa verba, contohnya tidak mandi, sedang mandi,
mandi pagi.
-
Frasa subordinatif yang berupa frasa
ajektifal, contohnya merah muda, jauh sekali, sangat jauh.
Dilihat dari dari keutuhan sebagai frasa dikenal ada dua frasa
yaitu:
1). Frasa Eksosentrik, yaitu frasa yang hubungan
kedua unsurnya sangat erat,
sehingga tidak bisa dipisahkan
sebagai pengisi fungsi sintaksis. Contohnya di pasar, dari Medan, sang saka.
2). Frasa Endosentrik, yaitu frasa
yang salah satu unsurnya dapat menggantika kedudukan keseluruhannya. Atau, bila
salah satu unsurnya ditanggalkan kedudukannya sebagai pengisi fungsi sintaksis
masih bisa diterima. Contohnya mobil dinas, sate kambing, ayam jantan.
Bagian yang tidak bisa dihilangkan disebut
inti frasa, bagian yang dapat
ditinggalkan disebut atribut frasa.
Menurut Henri Guntur Tarigan (2009: 96 – 122),
tipe struktur frase dibedakan atas:
1). Frase ekosentris
-
Frasa ekosentris adalah frasa yang tidak
berhulu, tidak berpusat. Berdasarkan struktur internalnya disebut juga sebagai
frasa relasional. Berdasarkan posisi penghubung yang mungkin terdapat di
dalamnya, frasa ekosentris dapat dibagi atas frasa
preposisi dan frasa posposisi.
Frasa preposisi adalah frasa yang penghubungannya menduduki posisi
di bagian depan. Contohnya di rumah, ke luar, demi keadilan, kepada ibu. Kemudian, frasa posposisi adalah frasa yang penghubungannya menduduki posisi
dibagian belakang. Frasa ini tidak terdapat dalam Bahasa Indonesia, salah satu
yang menggunakan posposisi adalah bahasa Jepang. Lalu, frasa
preposposisi adalah frasa yang penghubungannya menduduki posisi
dibagian depan dan dibagian belakang. Frasa ini tidak terdapat dalam Bahasa
Indonesia, salah satu yang menggunakan posposisi adalah bahasa Karo.
2). Frasa Endosentris
Frasa endosentris adalah
frasa yang berhulu, yang berpusat, yang mempunya fungsi yang sama dengan
hulunya. Berdasarkan tipe strukturnya frasa endosentris dapat dibagi atas frasa
beraneka hulu dan frasa modifikatif.
Frasa beraneka hulu adalah frasa yang mengandung lebih dari satu
hulu.
Berdasarkan struktur internalnyua dapat dibagi lagi menjadi:
a). Frasa koordinatif yaitu
frasa yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang
berbeda-beda. Selanjutnya frasa koordinatif
ini dibagi menjadi:
a.1) Frasa koordinatif
nominal yaitu penggabungan dua atau lebih frasa
yang bertipe nominal. Contohnya Paman saya memelihara kerbau,
sapi domba.
a.2) Frasa koordinatif verbal yaitu gabungan dua atau lebih frasa yang
bertipe verba. Contohnya Kedua belah pihak berembuk dan berunding selama dua
hari.
a.3) Frasa koordinatif adjektival yaitu gabungan
dua atau lebih frasa yang bertipe adjektival. Contohnya Gadis itu ramah,
cantik dan sopan.
a.4) Frasa koordinatif Adverbial yaitu gabungan
dua atau lebih frasa yang bertipe adverbia. Contohnya Saya berjalan
diam-diam dan pelan-pelan agar ayah tidak terbangun.
b). Frasa Apositif yaitu
yang hulu-hulunya mempunya referensi yang sama, pada
umumnya bersifat nominal. Contohnya Pak
Amar tukang pangkas itu, sudah
meninggal.
Frasa Modifikatif adalah
frasa yang hanya mengandung satu hulu. Berdasarkan struktur internalnya dapat
dibedakan menjadi:
1). Frasa Modifikasi Nominal yaitu
frasa modifikatif yang hulunya berupa nomina atau kata benda. Contohnya Orang
kaya seharusnya membantu orang miskin.
2). Frasa Modifikasi Verbal
yaitu frasa modifikatif yang hulunya berupa verba
atau kata kerja. Contohnya Nanti sore saya akan berangkat ke
Medan.
3). Frasa Modifikatif Adjektifal
yaitu frasa modifikatif yang hulunya berupa adjektifal atau kata
keadaan. Contohnya Orang itu sangat kaya tetapi agak kikir.
4). Frasa Modifikatif Adverbial
yaitu frasa modifikatif yang hulunya berupa adverbia atau kata keterangan. Contohnya Ayah tiba kemarin sore
di Bandung.
PENUTUP
Sebagai simpulan dari ulasan materi
di atas, frasa merupakan satuan sintaksis yang tersusun dari dua buah kata atau
lebih, yang menempati tiap-tiap fungsi sintaksis. Frasa, sebagai salah satu
konstituen penting dalam satuan bahasa ternyata memegang peranan penting dalam
proses pembentukan sintaksis. Frasa merupakan konstruksi awal yang perlu
dipahami terlebih dahulu untuk memahami sintaksis secara keseluruhan. Dalam
satuan bahasa, konstituen frasa terletak pada tataran keempat setelah kata dan
sebelum klausa, sehingga frasa dapat menggantikan kata sebagai unsur pembentuk
kalimat.
Frasa tidak boleh dipisahkan dari
kesatuan fungsinya. Bila urutan-urutan unsur kalimat itu dipindahkan, maka
frasa itu harus dipindahkan secara keseluruhan. Frasa juga memiliki bentuk yang
fleksibel, artinya kata-kata itu dapat rapat dan renggang. Frasa itu bisa
disisipi dengan kata lain. Misalnya frasa di kamar, bisa menjadi frasa di
suatu kamar atau di kamar kakek.
Adapun jenis-jenis frasa terbagi
atas dua, yakni berdasarkan hubungan konstituen-konstituennya dan kategori
gramatikalnya. Berdasakan hubungan konstituen-konstituennya, frasa terbagi
menjadi frasa endosentris dan frasa eksosentris. Sedangkan berdasarkan kategori
gramatikalnya, frasa terbagi menjadi frasa nominal (FN), frasa pronominal
(FPro), frasa verba (FV), frasa adjektiva (FA), frasa adverbial (FAdv), dan
frasa numeralia (FNum).
Sumber
Referensi
Alwi, Hasan dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Chaer, Abdul. 2009. Linguistik
Umum. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Pardede, J.D. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta:
Erlangga.
Ramlan, M. 2005. Sintaksis. Yogyakarta : CV Karyono.
Tarigan, Henri Guntur.2009.
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Lingustik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University
Press.
http://networkedblogs.com/vGaBt
http://khairinnisaedogawa.blogspot.com/2011/03/makalah-sintaksis-konsep-dan-jenis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar