Judul drama : Akhirnya Tupai Jatuh Juga
Di ambil dari teks : Proses Penyergapan Pelaku
Anggota kelompok : -M.FIKRI ARNANDI (Densus 88)
-FADHLA ARINY (Saksi/tetangga)
-FABIAN SHADIQ PRIYANDI (Densus 88)
-RIZKY DODY HERLANGGA (Teroris)
-MIFTAHUL HAYATI FITRI (Teroris)
Mandailing Natal, 2014
Pada suatu malam terjadi keributan
di sebuah rumah tua. Rumah kelam yang penghuninya sangat misterius, mereka
jarang keluar rumah. Tidak pernah sekalipun mereka berinteraksi dengan
tetangganya. Suatu malam yang sunyi tiba-tiba menjadi malapetaka bagi penghuni
rumah ini. . .
Rizky : “Nak,
sebentar lagi Bapak mau berangkat ke Bali, anak baik-baik ya disini. Jika Bapak
meninggal karena jihad, relakan Bapa karena Bapa berjuang dijalan Allah.
Sebelumnya biar Bapak ajarkan kau buat bom dulu lah!”
Anak : “Baiklah Bapa, apapun yang Bapak bilang
akan ku turuti.”
Rizky : “Coba kau ambilkan dululah koran disana.
Ambilkan semangkok nuklir juga ya!”
Anak : “Ah... tak maulah aku pa! Nanti bisa
meledak pa.”
Rizky : “Bodoh kali kau, janganlah kau ragukan
aku. Ambil ajalah apa yang aku suruh.”
Anak : “Iyalah pa, ada lagi yang mau diambil pa?”
Rizky : “Ohiya Bapak lupa, ambilkan sekantong
karbon dikamar ya!”
Anak : “Siap iya pak.”
Rizky : “Bubar jalan.”
5 menit kemudian, anaknya
kembali kehadapannya dengan tangan yang sudah penuh akan bahan-bahan untuk
membuat bom.
Rizky : “Bagus nak, persedian yang lain masih ada
kan?”
Anak : “Ada pak. Lalu selanjutnya bagaimana
caranya pak?”
Rizky : “Pertama kau buatlah dulu koran agak 15
lapis. Baru kau bentuk seperti bola-bola.”
Anak : “Sebentar pak.”
Rizky : “Setelah itu baru kau isi dengan satu
setengah kilogram nuklir, campurkan dengan setengah kilogram karbon. Begini
nak, Bismillahirrahmanirrahim. . .”
Duarrrrrrrr!!!!!!!!
Tiba-tiba sebuah ledakan
terjadi. Ledakan itu menghancurkan rumah mereka menjadi puing-puing. Lala,
sebagai tetangga, heran cemas sekaligus ketakutan. Langsung saja Lala menelpon
polisi.
Lala : “Halo selamat malam pak. Benar ini kantor
polisi kecamatan Natalion?”
Densus : “Iya benar sekali
mbak, ada yang bisa saya bantu?”
Lala : “Iya pak ini baru saja terjadi ledakan
disamping rumah saya pak. Saya takut terjadi hal-hal yang buruk pak.”
Densus : “Baiklah mbak, alamat mbak dimana?”
Lala : “Di jalan Batakiyah no. 13 pak. Segera ya
pak.”
Densus : “Siap mbak, selamat malam.”
Setibanya densus 88 di lokasi terjadinya ledakan. . .
Densus 1 :
“Waaah tidak benar ini. Sepertinya ini bukan ledakan dari gas. Dicium dari baunya, bukan. Bukan ledakan dari
gas.”
Densus 2 : “Lalu bagaimana? Apa yang harus kita
lakukan?”
Densus 1 :
”Pertama kita geledah tempat ini dulu. Siapa dibalik semua ini. Lalu baru kita
wawancarai tetangga dan mencari saksi mata. Baru kita teliti lebih lanjut lagi,
dan jangan lupa untuk memberi garis polisi disekeliling rumah ini.”
Densus 2 : “Bagaimana kalau tidak ada
pelakunya?”
Densus 1 : “Kita cari kemanapun dia pergi.”
Sementara itu dibelakang
rumah. . .
Anak : “Bagaimana ini pak? Densus 88 sudah berada
di depan rumah kita.”
Rizky : “Tenang dulu nak. Kita hadapi dengan
tenang. Kita lari ke desa sebelah saja. Besok baru kuajak kau ke Bali.”
Ketika mereka berbalik
badan, ternyata mbak Lala sudah menunggu dibelakang mereka dengan memegang
sebuah pisau.
Lala : “Haa mau lari kemana? Dasar si tetangga
misterius. Ayo aku serahkan kau ke tim densus di depan.”
Sempat ingin melawan,
namun hampir saja pisau itu akan menyayat urat leher Rizky.
Lala : “Jangan macam-macam kau. Tindakan kau ini
salah. Sebaiknya kau berserah diri saja.”
Tiba-tiba densus 88
mendengar keributan di belakang rumah dan menuju kesana. Alhasil mereka melihat
kedua pelaku dan mbak Lala.
Lala : “Pak,
ini dia pelakunya pak. Ternyata selama ini sifat mereka sudah mencurigakan. Proses mereka secepatnya pak.”
Densus 2 :
“Waaah terimakasih banyak mbak atas bantuannya. Kami mengucapkan banyak
terimakasih.”
Densus 1 : “Baiklah mbak, agar kasus ini segera
selesai, kami langsung menuju ke kantor polisi dan akan mengadakan penelitian
di rumah mereka. Sekali lagi terimakasih mbak.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar