Minggu, 05 April 2015

Akhirnya Tupai Jatuh Juga



Judul drama                :  Akhirnya Tupai Jatuh Juga

Di ambil dari teks       : Proses Penyergapan Pelaku

Anggota kelompok      : -M.FIKRI ARNANDI (Densus 88)
                                      -FADHLA ARINY (Saksi/tetangga)
                                      -FABIAN SHADIQ PRIYANDI (Densus 88)
                                      -RIZKY DODY HERLANGGA   (Teroris)
                                      -MIFTAHUL HAYATI FITRI (Teroris)

Mandailing Natal, 2014
Pada suatu malam terjadi keributan di sebuah rumah tua. Rumah kelam yang penghuninya sangat misterius, mereka jarang keluar rumah. Tidak pernah sekalipun mereka berinteraksi dengan tetangganya. Suatu malam yang sunyi tiba-tiba menjadi malapetaka bagi penghuni rumah ini. . .

Rizky    : “Nak, sebentar lagi Bapak mau berangkat ke Bali, anak baik-baik ya disini. Jika Bapak meninggal karena jihad, relakan Bapa karena Bapa berjuang dijalan Allah. Sebelumnya biar Bapak ajarkan kau buat bom dulu lah!”
Anak    : “Baiklah Bapa, apapun yang Bapak bilang akan ku turuti.”
Rizky    : “Coba kau ambilkan dululah koran disana. Ambilkan semangkok nuklir juga ya!”
Anak    : “Ah... tak maulah aku pa! Nanti bisa meledak pa.”
Rizky    : “Bodoh kali kau, janganlah kau ragukan aku. Ambil ajalah apa yang aku suruh.”
Anak    : “Iyalah pa, ada lagi yang mau diambil pa?”
Rizky    : “Ohiya Bapak lupa, ambilkan sekantong karbon dikamar ya!”
Anak    : “Siap iya pak.”
Rizky    : “Bubar jalan.”

5 menit kemudian, anaknya kembali kehadapannya dengan tangan yang sudah penuh akan bahan-bahan untuk membuat bom.

Rizky    : “Bagus nak, persedian yang lain masih ada kan?”
Anak    : “Ada pak. Lalu selanjutnya bagaimana caranya pak?”
Rizky    : “Pertama kau buatlah dulu koran agak 15 lapis. Baru kau bentuk seperti bola-bola.”
Anak    : “Sebentar pak.”
Rizky    : “Setelah itu baru kau isi dengan satu setengah kilogram nuklir, campurkan dengan setengah kilogram karbon. Begini nak, Bismillahirrahmanirrahim. . .”

Duarrrrrrrr!!!!!!!!
Tiba-tiba sebuah ledakan terjadi. Ledakan itu menghancurkan rumah mereka menjadi puing-puing. Lala, sebagai tetangga, heran cemas sekaligus ketakutan. Langsung saja Lala menelpon polisi.

Lala     : “Halo selamat malam pak. Benar ini kantor polisi kecamatan Natalion?”
Densus : “Iya benar sekali mbak, ada yang bisa saya bantu?”
Lala     : “Iya pak ini baru saja terjadi ledakan disamping rumah saya pak. Saya takut terjadi hal-hal yang buruk pak.”
Densus : “Baiklah mbak, alamat mbak dimana?”
Lala     : “Di jalan Batakiyah no. 13 pak. Segera ya pak.”
Densus : “Siap mbak, selamat malam.”

Setibanya densus 88 di lokasi terjadinya ledakan. . .

Densus 1          : “Waaah tidak benar ini. Sepertinya ini bukan ledakan dari gas. Dicium dari               baunya, bukan. Bukan ledakan dari gas.”
Densus 2          : “Lalu bagaimana? Apa yang harus kita lakukan?”
Densus 1          : ”Pertama kita geledah tempat ini dulu. Siapa dibalik semua ini. Lalu baru kita wawancarai tetangga dan mencari saksi mata. Baru kita teliti lebih lanjut lagi, dan jangan lupa untuk memberi garis polisi disekeliling rumah ini.”
Densus 2          : “Bagaimana kalau tidak ada pelakunya?”
Densus 1          : “Kita cari kemanapun dia pergi.”

Sementara itu dibelakang rumah. . .
Anak    : “Bagaimana ini pak? Densus 88 sudah berada di depan rumah kita.”
Rizky    : “Tenang dulu nak. Kita hadapi dengan tenang. Kita lari ke desa sebelah saja. Besok baru kuajak kau ke Bali.”

Ketika mereka berbalik badan, ternyata mbak Lala sudah menunggu dibelakang mereka dengan memegang sebuah pisau.

Lala     : “Haa mau lari kemana? Dasar si tetangga misterius. Ayo aku serahkan kau ke tim densus di depan.”

Sempat ingin melawan, namun hampir saja pisau itu akan menyayat urat leher Rizky.

Lala     : “Jangan macam-macam kau. Tindakan kau ini salah. Sebaiknya kau berserah diri saja.”

Tiba-tiba densus 88 mendengar keributan di belakang rumah dan menuju kesana. Alhasil mereka melihat kedua pelaku dan mbak Lala.

Lala     : “Pak, ini dia pelakunya pak. Ternyata selama ini sifat mereka sudah  mencurigakan. Proses mereka secepatnya pak.”
Densus 2          : “Waaah terimakasih banyak mbak atas bantuannya. Kami mengucapkan banyak terimakasih.”
Densus 1          : “Baiklah mbak, agar kasus ini segera selesai, kami langsung menuju ke kantor polisi dan akan mengadakan penelitian di rumah mereka. Sekali lagi terimakasih mbak.”





           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar