Sabtu, 08 Juni 2013

HASIL TERJEMAHAN ARTIKEL BAHASA INGGRIS



 Hasil Terjemahan

        From Writing to Speaking: Enhancing Conversation
by Nancy Kaye and Don Matson

( Peningkatan Kebahasaan: Dari Menulis ke Berbicara)
Oleh:  MISDIANTO
NIM 1209077

Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Padang
Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia


            Pada suatu proses natural pembelajaran suatu bahasa, berbicara biasanya medahulukan menulis, lebih lagi aspek berbicara dan mendengarkan seringkali dinyatakan sebagai aspek yang jauh berbeda dari aspek menulis dan membaca. Hal yang amat mengejutkan justru akan terjadi saat menyusun suatu makalah pengembangan dari menulis ke berbicara.
Kualitas vs kuantitas
            Untuk menjadi pembicara yang mahir dari suatu bahasa asing(atau bahkan bahasa ibu sendiri) setiap orang harus memiliki keinginan untuk memprktekkan aspek berbicara. “semakin berbicara,maka kamu akan menjadi pembicara yang baik pula” hal tersebut benar tapi itu dibatasi pada pendekatan pengajaran aspek berbicara dalam bahasa asing. Kita semua tau bahwa banyak orang berbicara tapi tidak berkomunikasi secara efektif. Yang sering terjadi dalam suatu diskusi dan pengajaran bahasa asing adalah kualitas dari suatu pesan yang memiliki peran penting justru sering dikesampingkan aatu diabaikan dalam proses pendeklarasian suatu bahasa. Kita akan membahas tentang pentingnya penyampaian kualitas dari pesan daam proses pengajaran bahasa asing sebagai penyampaian pesan . dan saat kita berbicara tentang kualtas kita tidak akan berpedoman pada kesalahan struktural yang ada tapi justru lebih kepada arti dari pesan yang disampaikan. Kita akan memberlakukan suatu prinsip diman penyampaian dari muatan pesan adalah aspek terpenting dalam suatu proses komunikasi.
            Kualitas isi pesan yang disampaikan dalam konteks pembelajaran sering kali diabaikan oleh guru maupun siswa. Kita terkesan takut ntuk mengungkapkan ide atau konsep dan justru mengabaikannnya serta melakukan penyederhanaan kesulitan dari muatan/isi pesan yang ada lalu cenderung mengutamakan kelancara berbicara dengan mengutamaka pendekatan kata yang justru kurang diperlukan, dengan kata lain mengorbankan/mengurangi isi pesan yang harus disampaikan demi kelancaran berbicara saat penyampaian pesan tsb.
            Dan bagi yang hanya menggunakan bahas ibupun secara tidak sadar mengorbankan pesan yang harus disampaikan. Kita seringkali berkompromi pada keadaan untuk menyederhanakan bentuk pesan yang harus disampaikan dan menyajikanya dengan lebih sulit dari biasanya. Dan tentunya, jika kita tidak melakukan hal tersebut, suatu percakapan akan tidak akan terjadi. banyak dari jenis percakapan menuntut respon langsung. Masalahnya adalah banyak dari kita yang mengggap pesan yang “dikompromikan” tersebut sebagai pesan utama yang harus diterima. Kita mengizinkan diri kita untuk menjadi amat lemah dan mudah mnyuarakan pesan dalam bahasa lain. Bahkan kita terkesan sering memberi selamat pada diri sendiri atas keberhasilan diri dalam membuat berbagai jenis komposisi pesan. Karena pesan yang “dikompromi” tadi menjadi suatu kebiasaan. Kita membangun suatu budaya dimana kita sangat mahir untuk menciptakan kualitas komunikasi yang lebih rendah. Kita dapat bertahan namun sayangnya apa yang kita sampaikan tidak akan merefleksikan inti pembiicaraan dan menunjukkan siapa kita sebenarnya.
            Begitu mudahnya kita untuk mengabaikan kesalahan dalam pesan yang yang tidak tersampaikan tersebut tentunya tidak akan mempertajhankan kualitas ide pokok yang ingin kita sampaikan pada proses pembelajaran. Hal terpenting yang harusnya kita sadari sedari awal adalah kualitas komunikasi. Kita akan memperhatikan kualitas dari komunikasi itu sendiri sebagai prioritas utama,menstimulasi ide, dalam suatu konsep bahasa yang kuat. Murid-murid dengan latar belakang tinggi seperti mahasiswa telah mahir dalam beberapa teknik percakapan dan sering kali merasa mereka telah mencapai titik teringgi pemahaman mereka. Mereka akan menngkatkan kemampuan mereka dlam berdialog atau percakapan sehari-hari seperti apa yang telah mereka lakukan pada fase awal mereka belajar. Perbanyaklah memulai pembicaraan dengan menggunkan teknik-teknik atau metode-metode yang telah mereka ketahui maka hal ini akan memberikan stimulasi tersendiri kepada ereka bahwa mereka sedang belajar sesuatu.
Meningkatkan aspek berbicara dengan menulis
            Dengan menulis, ssiwaakan terstimulasi untuk memainkan suatu peran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan percakapan. Peran dari keterlibatan aspek menulis sangat penting pada fase ini. Kegiatan menulis secara tidak langsung membakukan bentuk pesan yang akan disampaikan. Jadi seorang penulis akan mampu menyatakan pesan tersebut dan merefleksikan penyampaian pesan secara spontan dan tepat sasaran dengan intensif. Sebenarnya banyak penulis yang takut jika mereka seringkali menyalahi arti pokok dalam pemahaman mereka dalam proses penulisan. Penetapan dan penjabaran adalah eksplorasi yang mengarah pada arti atau isi sebenarnya dari pesan yang dimaksud. Dan biasanya penulisan serta penafsiran yang kemudian dipraktekan(dibicarakan) terjadi pada waktu yang sama.
            Aspek berbicara sangat berbeda dengan konteks menulis, mereka tidak menyajikan suatu ekplorasi,penafsiran, serta pernyataan yang nilainya sama. Seringkali muatan sosial dalam percakaan tersebut melawan arus kualitas komunikasi yang diharapkan. Fokus dari suatu percakapan terkadang bekerja secara tidak teratur sehingga terdapat berbagai kemungkinan dimana suatu ide dapat ditafsirkan dalam berbagai tingkat atau derajat pemahaman. Dan karena hal ini seringkali seorang pembicara mementingkan kepercayaan diri mereka saaat tampil, zona aman, serta keadaan dimana mereka terlihat mengesankan saaat berbicara dibandin menyampaikan isi pesan seperti isi dari pesan tersebut seharusnya.
            Kualitas dari suatu komunikasi adalah seni. Salah satu hal yang dapat kita pelajari adalah, bentuk narasi maupun argumentasi dapat menolong siswa untuk meningkatkan kualitas infromasi dalam proses percakapan mereka. Setiap orang pasti memiliki cerita untuk diceritakan,pendapat untuk dibagi serta berbagai komentar tentang kondisi hidup yang pelik untuk dinyatakan , tapi sekali lagi hanya beberapa orang saja yang mampu menyatakan atau melakukan hal tersebut diatas layaknya ide pokok dari informasi tersebut dengan efektif. Pada dasarnya semua orang  memiliki kesempatan serta metode untuk menyatakan ide infrmasi secara dalam dan detail.
 Permainan untuk berbicara-menulis
            Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalh permainan yang diberi nama”tidak bermain” permainan ini dapat dilakukan oleh banyak nomor, seperti, keluarga, pasangan sampai anak-anak. Sebagai contoh, akan ada 2 buah tumpukan kartu yang berbeda, satunya diwarnai dengan warna yang lebih ceria dan yang satunya lagi dengan warna yang lebih gelap. Setiap tuoukan kartu akan memerintahkan para pemainnya untuk menjawab atau mengomentari suatu aspek atas satu hubungan tertentu maupun hidup mereka secara umum. Beberapa isi dari kartu yang berwarna ceria(terang) adalah “ buatlah suatu pernyataan tentang masa kecilmu !”, “apakah menurut kamu satu hubungan harus melalui perbandingan 50-50 ?” kartu-kartu ini akan menuntut respon tentang kehidupan merka tentang apa yang mereka rasakan dan bagaimana mereka mengekspresikannya, permainan ini dapat dimainkan oleh banyak 2 sampai 8 orang. Permainan ini dinamai”tidak bermain” karena dalm permaina ini tidak akan ada yang kalah karena yang terpenting bukanlah kompetisi tapi suatu komunikasi. Jika biasanya dalm permainan lain seseorang dituntut menjadi orang lain maka dalm permainan ini para pemain dapat bersikap apa adanya diri mereka.
            Saat kita menggunakan metode ini sebagai dasar untuk menciptakan media dimana teks tertulis akan digunakan untuk menjadi salah satu media untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa, kita telah melewai batas dari “peraturan” yang disarankan dalam beberapa pandangan. Hal yang terpenting adalh saat kita menggunakan lembaran tertulis untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan hal ini bukan hanya tentang kemampuan berbicara yang dikembangkan. Setiap siswa akan memilih topik menarik kemudian menyalinnya dikertas yang lain lalu membawanya pulang,hal yang  harus mereka lakukan adalh memikirkan respon atau jawaban dari pertanyaan yang diberikan kemuadian menulisnya pada selembar kertas dan menyerahkannya kepada guru mereka, selanjutnya guru tersebut akan membacakannya didalam kelas secara bergantian untuk kemudian didiskusikan bersama sama dalam bentuk konferensi kecil. hal yang dituntut disini adalah untuk mengembangkan kemampuan murid untuk memberikan respon dari suatu permasalahan secara lebih kompleks dan detail.
            Tugas selanjutnya meminta siswa untuk melanjutkan tanggapan, menulis, dan/atau menulis kembali info yang didapat pada konferensi sebelumnya untuk mengembangan komunikasi yang lebih lengkap dan kompleks. Setelah akhirnya siswa memperoleh hasil dari hasil diskusi mereka kemudian guru atau instruktur tsb akan menemui mereka secara satu persatu, jika respon yang diberikan saat konferensi sudah efektif maka instruktur hanya akan memberikan koreksi penting seputar keefektifan kalimat, susunan kata, aturan bahasa, serta gaya dari penulisan tsb. Selanjutnya siswa kemudian melakukan proses editing keseluruhan sampai hasil pekerjaannya mendekati hasil tanggapan yang sama yang akan diberikan oleh seorang pembicara bahasa inggris asli(native speaker). Hal selanjutnya adalah kemudian mereka membaca tapi bukan untuk mengingat. Lalu kemudian kelompok siswa akan berkumpul dan mendiskusikan tanggapan dari kasus yang mereka dapat. Mereka akan dituntut berbicara dengan bahasa mereka sendiri dengan tetap menyatakan informasi secara lengkap dan detail dalam pembahasan kasus sebelumnya sementara sang instruktur hanya akan menjadi pengawas dengan tetap mengingatkan mereka untuk menjadi se-natural mungkin, penyampaian tanggapan mereka tidakboleh persis seperti apa yang tertulis namun mereka dapat menggunakan isi tanggapan mereka untuk tetap menjaga kelancaran mereka berbicara dalam bahasa inggris. Pada permainan ini, saat seorang siswa berbicara maka siswa-siswa lain harus tetap diam dan mencatat apa yang mereka dengar seakurat mungkin. Pada tahap pertama mereka akan mencatat hasil seakurat mungkin, dan pada tahap kedua serta mungkin ketiga presentasi adalah saat dimana merka dapat melengkapi hasil yang mereka catat selama proses diskusi. Tentunya presentasi serta diskusi tidak hanya dilakukan pada waktu yang sama, tapi jelas hal-hal seperti ini akan memberi lebih banyak keuntungan ketimbang kerugian.
            Setelah setiap siswa selasai mencatat hasil presentasi teman mereka, kemudian hasil tersebut akan dikumpulkan pada guru dan kemudian akan diperiksa secara keseluruhan dan akhirnya diberikan kembali pada siswa untuk dibaca kembali dan melatih pengucapan tiap kata bahasa inggris yang diperiksa tersebut.
            Pada teahap seanjutnya, kemudian setiap anggota kelompok membacakan hasil tanggapan mereka didepan kelas lagi,da setiap pendengar dapat bertanya dan saat semua bagian telah selesai dilakukan maka setiap siswa kemudian mencatat kembali hasil tanggapan yang mereka dapat. Hasilnya akan jauh meningkatkan detail isi dari atau informasi yang diharapkan.
            Permainan ini tidak akan segera berakhir karena proses berlangsung kembali seperti diawal. Setiap siswa kembali membacakan tanggapa mereka dan kemudian akan ada yang memberikan pertanyaan dan tanggapan kembali dan kemudian setiap pendengar mencatat hasil presentasi. Dan pada tahap ini mereka akan menggunakan kata-kata baru, menyatakan tanggapan secara kompleks seperti yang telah mereka diskusikan dan pelajari sebelumnya.
Menulis bebas tentang pengalaman pribadi.
            Salah satu latihan yang efektif adalah dengan menulis bebas pengalaman pribadi. Hal ini bisa dilakukan oleh siswa pada setiap level. Para siswa diminta untuk menulis tentang pengalaman pribadi tapi tidak untuk memaksakan mereka fokus tanda baca, struktur kalimat, ejaan, kata-kata, waktu, dan lain-lain. Hal ini membebaskan mereka untuk membiarkan ide kreatif keluar dari pemikiran dan kemudian dituliskan dalam sebuah kertas. Sebelum proses menulis dimulai, guru mereka akan mendiskusikan topik pembahasan untuk beberapa menit dengan murid untuk membangun kembali memori dengan menambahkan unsur-unsur lain dan kemudian dituliskan. Instruktur akan mengatakan “mulai” dan murid akan menulis hingga 20 sampai 30 menit tanpa berhenti. Ketika tulisan bebas itu selesai, para murid akan membacakan karangan mereka tanpa memperhatikan kesalahan-kesalahan tertentu. Diskusi aktif akan ditandai dengan  berbagai pertanyaan dengan teman sekelas mereka. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk bertanya dan mendiskusikan karangan mereka. Karangan mereka natunya akan diperiksa oleh instruktur dan akhirnya siswa akan membuat suatu karangan final pada sesi kedua diskusi. Pada waktu ini topik pembahasan akan lebih baik karena siswa telah mempraktekkan dan menyunting bahasa dalam karangannya.
Membuat Adegan.
            Dialog merupakan salah satu hal efektif dalam pengajaran idiomatik bahasa inggris. Kita menggunakan praktik seperti ini pada setiap siswa di semua tingkatan. Kita memasangkan siswa-siswa untuk merancang dialog dan membuat suatu adegan pada tahap pertama. Mereka memiliki waktu beberapa hari untuk berfikir tentang adegan yang akan mereka buat dan bertemu dengan pasangan mereka di luar kelas dan bediskusi. Setelah beberapa waktu persiapan pasangan murid tersebut duduk bersama dan mengerjakan dialog mereka beserta latar. Mereka biasanya bekerja setelah beberapa tahap lalu mengumpulkan hasil akhir pada instruktur mereka. Selanjutnya instruktur mereka akan membuat suatu konfrensi kecil yang akan membahasa tentang penggunaan bahasa majas dalam bahasa inggris. Kemudian siswa akan merefisi ulang dialog mereka sehingga dalam dialognya terdapat bahasa majas seperti yang diharapkan.
            Latihan kedua mengharuskan siswa secara berpasanagn untuk membuat adegan mereka sendiri, melakukan audisi anggota berdasarkan karakter yang mereka rencanakan dalam situasi yang sederhana. Terkadang satu kelas akan menampilkannya ke kelas lain. Kita dapat merekam kegiatan ini sebagai media pengajaran. Secara umum kita telah dapat menemukan kesimpulan bahwa sebelum mempraktekkan aspek berbicara, kita dapat melakukan aspek menulis terlebih dahulu untuk memperoleh banyak keuntungan.
Autobiografi
            Banyak para pemula yang menikmati latihan lain dari aspek meulis ke berbicara: autobiografi. Para siswa akan menulis sendiri cerita hidup mereka dan menerima koreksi dari gurunya sebelum mereka menceritakan di depan kelas. Mereka akan menulis pada suatu aspek yang fokus pada titik balik dalam hidup mereka. Kita telah menemukan bahwa saat siswa telah menulis tentang cerita hidup mereka dalam suatu bab, mereka akan berbicara sangan lancar dan efektif bahkan tanpa melakukan latihan menulis terlebih dahulu. Latihan ini memperbolehkan para siswa untuk menemukan hal yang sama yang mereka miliki dengan murid yang lainnya. Keuntungan lain adalah mereka akan memiliki buku harian permanen untuk dibawa pulang untuk dibaca kembali dan menjadi renungan nantinya. Latihan ini membantu siswa untuk membangun ikatan kuat dari satu siswa ke siswa lain dan akhirnya menjadi teman teman sepanjang zaman.
Argumentasi
            Pada proses latihan menulis berbicara lainnya, ada beberapa siswa pada tingkat lanjutan yang menyusun argumen sebagai persiapan untuk berdebat. Saat autobiografi menstimulasi siswa untuk menulis apa yang biasa maka saat kita menulis argumen dan berdebat akan menjadi sangat amat berbeda. Dalam banyak percakapan, banyak orang memilih untuk menghindari perbedaan dari pada mengkaji lebih dalam. Bagaimanapun saat seseorang dituntut untuk mengembangkan pandangan mereka dalam suatu cara sistematis dalam menulis, mereka akan mampu untuk menyajikan posisi yang menarik dan beralasan, yang akan menstimulasi mereka untuk berfikir tentang pandangan dan berbagai isu dalam sebuah pertanyaan. Kita akan mendasari latihan dalam pembuatan suatu argumentasi pada analisis argumen oleh Stephan Toulmin dalam klaim, dasar, dan jaminan. Pendekatan toulmin dalam bentuk yang lebih sederhana mudah dipelajari dan menstimulasi siswa untuk menyajikan pandangan mereka secara sistematis, dalam, dan detail.
            Pada latihan ini seorang instruktur akan memberi tanggapan kepada siswa tentang argumen mereka pada suatu konverensi kecil, pertama adalah untuk membuat suatu saran untuk memperkuat argumen lalu menunjukkan beberapa kesalahan dalam penggunaan bahasa. Kita akan tahu bahwa pernyataan siswa saat mereka berdebat adalah jauh lebih berkualitas daripada sebelumnya tanpa latihan menulis. Sebagai hasil dari latihan menulis-berbicara ini, siswa kita akan mampu unutuk meningkatkan kosakata, belajar tentang kata serta konstruksinya yang harus mereka nyatakan dalam pandangan dan pengalaman umum. Dengan kata lain siswa-siswa ini tidak hanya belajar kata-kata baru, tapi juga belajar tentang bagaimana menyatakan ide mereka. Setiap orang memiliki ketertarikan, pandangan, pengalaman yang berbeda. Jadi mereka membutuhkan kosakata yang akan memberikan mereka keleluasaan untuk menyatakan pendapat pribadinya. Dan dalam hal ini mereka telah diminta untuk menyatakan pendapat dan memainkan peran penting pada tanggapan tentang suatu isu.
            Para siswa menggalang kepercayaan diri melalui latihan-latihan yang dilakukan dan mencoba untuk menyatakan ide pokok atau inti yang lebih kompleks secara akurat. Fokus pada kualitas komunikasi mendukung mereka untuk melawan kebiasaan melakukan “kompromi” pada pesan yang disampaikan. Daripada menyederhanakan, mereka akan berusaha untuk menyatakan secara akurat apa yang mereka maksud. Dalam banyak kesempatan, mereka melibatkan “pembelajaran” yang mereka maksud saat mereka menulis sebagai persiapan sebelum mereka berbicara. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar