Selasa, 04 Juni 2013

Resensi Buku



Kisah Meraih Mimpi Besar dalam Sekolah Berasrama

Oleh:  Misdianto, S.Pd
Guru SMA Negeri Plus Propinsi Riau



J udul Buku                 :  Admiral: Generasi, Perjuangan, dan Keajaiban
Penulis                                    :  Admiral
Pemerhati Aksara       :  Mash & Deni
Desain Sampul            :  Pram’s        
Tata Letak                   :  Nur
Tahun Terbit               :  Februari 2012
Cetakan                       :  Pertama
Tebal Buku                  :  vi + 248 hlm.
Ukuran Buku               : 13×19 cm
Penerbit                       : Leutikaprio
Kota Terbit                  : Yogyakarta
ISBN                            : 978-602-225-315-0
Harga                          : @ Rp 50.000,-


M
enulis merupakan aktivitas yang dapat bernilai positif dalam menuangkan ide-ide cemerlang ke dalam wujud rangkaian kata-kata menjadi bahasa untuk disajikan dan dicerna pada alam pikiran pembaca. Perihal kegiatan tersebut, memang bisa dikatakan, jarang-jarangnya pada taraf anak sekolahan terutama para siswa-siswi SMA sekarang ini untuk getol menulis apalagi meluncurkan sebuah buku bacaan. Adalah “Admiral”, sebuah judul buku dari kumpulan cerita yang dialami dan ditulis oleh para siswa-siswi sebuah sekolah terfavorit di Propinsi Riau, dialah yang bernama SMAN Plus Propinsi. Boleh diacungkan jempol yang luar biasa untuk mereka karena telah berani berkarya pada peluncuran buku perdana mereka. Ini perlu dikembangkan dan didukung sepenuhnya oleh kita bersama. Buku ini diluncurkan bertepatan pada hajatan perpisahan kelas XII  pada tanggal April 2012 di gedung aula baru sekolah ini, yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, yakni perguruan tinggi.
            Nuansa kenangan manis pahit telah tercatat di buku ini. Mereka memulai ceritanya dari impian bisa masuk di kampus sekolah ini dan ketika sudah diterima hingga selesai studi. Nah, disinilah bermain sebenar-benarnya kisah itu yang penuh warna lika-liku suka duka selama tiga tahun. Mau tak mau memang menjadi keseharian mereka menapaki kehidupan sekolah berasrama (bording school) yang sangat diklaim senantiasa menegangkan bendera peraturan kedisiplinan. Sekolah bak penjara bagi mereka, namun disitu pulalah malah banyak pengalaman hidup untuk pendewasaan diri yang sangat berharga dan tak didapati di sekolah lainnya.  
            Admiral (Academy Miracle of Twelfth), adalah nama dari generasi pelajar angkatan kedua belas SMA Negeri Plus Propinsi Riau. Admiral bukan hanya sekadar nama tetapi juga doa untuk para anggotanya agar dapat terus tegar menghadapi rintangan, seperti Laksamana Hang Tuah dalam Hikayat Melayu yang selalu memikul semua ujian dan cobaan yang datang silih berganti.
            Admiral resmi menjadi sebuah generasi pada 5 Desember 2009. Sejak saat itulah Admiral kemudian menjalani semua kegiatan  di sekolah dan asrama dengan penuh suka dan duka dalam satu ikatan generasi yang kokoh. Sejatinya Admiral terdiri dari 98 anggota yang punya potensi berprestasi luar biasa. Tapi karena satu hal yang tak dapat dielakkan, admiral lantas harus melepas seorang anggotanya dari ‘komunitas’ ini.
            Hakikatnya, Admiral adalah sekelompok remaja yang merasakan puncak kebahagiaan, kesulitan, kekecewaan, kesedihan, kelapangan, dan kebersamaan selama lebih kurang tiga tahun berada di lingkungan yang penuh warna dan juga makna. Kumpulan pengalaman yang terkemas dalam kisah-kisah dalam buku ini adalah suatu bentuk kecintaan admiral untuk sekolah, teman-teman, terutama almamater yang ditinggalkan.
            Admiral, sebuah buku kategori true stories ini menceritakan sebuah generasi fenomenal yang tak kenal lelah menggapai apa yang dipercaya bisa mereka lakukan. Tanggal 11 Juli 2009 adalah awal dari semua yang telah terjadi di isi cerita dalam buku ini. Saat dinyatakan diterima dan baru merasakan sekolah berasrama, semua merasa asing. Pada sekolah baru mereka, pada orang-orang dan suasana, yang benar-benar telah berubah. Mereka sadari, mereka tidak lagi di bawah kendali langsung orang tua. Bagi yang berasal dari kabupaten yang jaraknya nun ratusan kilometer jauh di sana, situasi hari itu sangat menakutkan, sungguh aneh. Puluhan siswa baru sejak pagi sekali telah menginjakkan kakinya di depan asrama, memperhatikan dengan saksama asrama kebanggaan sekolah idaman ini. Mereka bangga. Berhasil melewati serangkaian tes yang wajib dilaksanakan sebagai calon siswa baru. Para orang tua yang menunggu detik-detik perpisahan dengan anaknya barangkali juga sangat bangga, walau hati kecilnya sedih karena harus berpisah dengan anaknya yang menginjak dewasa. 
            Di sekolah ini, semua siswa memang wajib tinggal di asrama. Mematuhi segala aturan ketat yang telah diterapkan, dan pastinya dituntut untuk serba mandiri. Karena sebagaimana dipahami bahwasanya Riau sangat membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, berimtaq, dan berkepribadian unggul demi daerah dan penggerak kemajuannya. Semua seolah jadi beban berat mereka hari itu. Menjadi siswa SMAN Plus Propinsi Riau adalah sebuah cobaan dan sekaligus tantangan. Mereka harus buktikan bahwa mereka memang berhak dan pantas berada di sekolah ini. 
            Pada kakak-kakak senior mereka, walau rasa segan bercampur aduk dengan sedikit rasa takut, mereka punya tekad untuk dapat terus melanjutkan prestasi-prestasi yang pernah ditorehkan. Dengan semangat membara di relung hati yang paling dalam, mereka ikrarkan bahwa juang kebersamaan meraih tiap keajaiban pada tiap langkah mereka itu pasti akan muncul seiring berjalannya waktu, yang akan mengantarkan mereka semua menjadi lebih baik, dalam naungan 12 admiral. Admiral, sebuah nama yang telah banyak mengajarkan tentang apa arti dari kekeluargaan. Selanjutnya, admiral mampu memotivasi diri untuk terus berkembang. Kemudian, admiral, selama tiga tahun menemani dalam suka duka. Dan, akhirnya sanggup meneteskan air mata di kala datang suatu hal yang dinamakan perpisahan.
            Tiga puluh sembilan judul karangan siswa-siswa SMAN Plus Propinsi Riau disajikan dalam buku ini. Setelah membaca buku ini, maka persepsinya bahwa betapa hebatnya siswa-siswi  sekolah ini dalam merangkai kata-kata menjadi bahasa. Bahasanya pun tak tanggung-tanggung dalam menalar dan melogikakan sesuatu hal. Penuh dengan metafor-metafor berbahasa. Alangkah kayanya nilai estetika tulisan mereka. Kemudian, juga alur kisah-kisah mereka ditampilkan dengan gaya bahasa santai dan enak untuk baca, tidak begitu serius. Namun, ada satu tulisan dalam buku ini yang tidak diketahui siapa penulis sebenarnya padahal yang lainnya sudah diketahui pengarang aslinya. 
            Tidak ada salahnya Anda mencoba untuk memiliki buku ini sebagai acuan referensi. Banyak yang dapat kita ketahui terhadap jalan pikiran, ide atau gagasan para siswa yang tak terpantau dari hati nurani mereka yang terpendam. Kita dapat belajar dan mengetahui kehidupan mereka di luar teori-teori di kelas. Jadi, kita mulai membuka mata untuk mencoba memahami dan dekat dengan mereka. Marilah kita baca dengan saksama goresan-goresan tinta emas dari generasi masa depan Riau ini dalam  buku karya mereka sendiri. Semoga mimpi-mimpi besar (big of dreams) mereka semua tercapai. Setelah menyelesaikan studi di bangku pendidikan yang lebih tinggi lagi di seantero wilayah. Dan ilmu yang sudah diperoleh nantinya berguna untuk membangun Riau. Amin! ***
                                                                                                    





















































Tidak ada komentar:

Posting Komentar