Selasa, 04 Juni 2013

LAPORAN BACAAN (RESEARCH REPORT)



LAPORAN BACAAN (RESEARCH REPORT)
Diserahkan Sabtu, 11 Mei 2013
(Penelitian Kualitatif)

                                                       

                                                       




Disusun oleh:
MISDIANTO
NIM 1209077
Mahasiswa PPs Universitas Negeri Padang
 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia



2013
 


Wanita, Antara Polemik dan Problematika



Dilaporkan Kembali oleh:

MISDIANTO
NIM 1209077
Mahasiswa PPs Universitas Negeri Padang
 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
                        
                              
                                                                                                                               Pendahuluan
          Tesis yang berjudul “Citra Wanita dalam Cerita Rakyat Jambi”, ditulis oleh Nazurty dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 45869. Laporan hasil penelitian tersebut untuk memenuhi sebahagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister Pendidikan (M.Pd).  Selama penyelesaian penelitiannya, dibimbing langsung oleh dosen ahli yaitu Prof. Dr. Hasanuddin WS, M. Hum sebagai pembimbing pertama dan Prof. Dr. Amir Hakim Usman sebagai pembimbing kedua.  Mahasiswi Program Pascasarjana ini, kuliah di Program Studi Pendidikan Bahasa Universitas Negeri Padang. Tahun 2005 adalah tahun penelitiannya. Di mana sumber dananya berasal dari jalur mandiri. Penelitian ini tidak mengambil lokasi langsung di lapangan hanya mengandalkan beberapa buku cerita rakyat Jambi dan di dukung dengan literatur studi kepustakaan. Tebal tesis penelitian tersebut berhasil mencapai 140 halaman. Istri dari Suhaimi Surah ini yang sekaligus sebagai ibu dua anak,  telah sukses mempertahankan judul penelitiannya di sidang ujian tesis Magister Kependidikan di hadapan dosen penguji. Nama-nama dosen penguji Beliau yakni: Prof. Dr. Hasanuddin WS, M.Hum (ketua), Prof. Dr. Amir Hakim Usman (sekretaris), Prof. Dr. H. Mukhaiyar (anggota), Prof. Drs. H. Zainal, M.A, Ph.D (anggota), Dr. Maizuar, M.Pd (anggota).   
Laporan Tentang KTI
          Wanita dan berbagai problematikanya dalam hidup maupun kehidupan, itulah yang dianggap teramat penting oleh penulis ini untuk diangkat dalam tesis penelitiannya. Apalagi penulis sendiri adalah seorang wanita juga. Mengapa begitu teramat penting? Jawabannya, setelah saya baca tesis ini, ternyata wanita itu unik. Menurut Nazurty yang menjadi faktor penyebabnya antara lain sebagai berikut. Pertama, mengalami ketidakadilan karena dianggap paling lemah makanya senantiasa dinomorduakan di pelbagai bidang profesi kerja. Kedua, banyak yang bangkit dan telah meraih sukses baik secara pribadi maupun kelompok/ organisasi. Ketiga, pemberian penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap wanita karena suksesnya seorang suami terletak pada pandainya seorang wanita/ istri memberi motivasi hidup pada pasangan setianya. Di balik kehebatannya, bisa saja ia menjadi penyebab kehancuran karier seorang pria bahkan bahtera rumah tangganya.
          Sebenarnya kita ketahui bersama bahwa perjuangan mengangkat harkat dan martabat wanita sudah dimulai semenjak dikembangkannya agama Islam oleh Nabi Muhammad SAW. Upaya pencitraan wanita masa dahulu, masa kenabian, dan kini bisa dikatakan identik. Mengapa? Karena pencitraan tolak ukurnya adalah peranan yang melekat. Berarti bisa saja pencitraan ini berbeda-beda. Contoh, adanya kebudayaan bermitos bahwa wanita itu tugasnya hanya mengurusi rumah tangganya maka dicap sebagai “wanita rumahan.” Selain itu, jika ia mengenyam pendidikan formal, bangku sekolahan, maka harus memilih profesi yang cocok sebagai wanita. Misalnya, memilih keterampilan dan karier: memasak, menjahit, perawat, guru, dan lain-lain.
          Jikalau budaya masyarakat setempat mendukung citra wanita, tentu tak menutup kemungkinan, maka kajiannya bisa diselipkan pada karya sastra lisan daerah bersangkutan. Sastra lisan yang dimaksud disini adalah berupa cerita rakyat dongeng (mite, legenda).
          Bunyi rumusan yang menjadi masalah penelitian adalah citra wanita yang dikaitkan dengan perannya dalam hubungan kekerabatan. Nah, dari masalah itu maka kopnya dibatasi hanya pada  pencitraan wanita sebagai nenek, ibu, istri, anak, atau cucu. Kemudian, bertolak dari dua aspek di atas, rumusan dan pembatasan, lalu ditetapkan hipotesis atau pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah citra wanita sebagai nenek, ibu, istri, anak, cucu dalam cerita rakyat Jambi? Yang pada akhirnya, secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang citra wanita itu sendiri.
          Sebuah penelitian dikatakan ilmiah afdolnya mesti dibarengi dengan kajian-kajian teori yang berfungsi memperjelas, menerangkan, dan mendukung fakta penelitian yang sudah diperoleh. Penetapan teori, pertama, yang disuguhkan pada bab tersendiri di penelitian Beliau, membahas kajian-kajian teori tentang “cerita rakyat”. Maka perlu beberapa teori pendukung, di sini dikutip sepuluh pendapat yaitu dari Djamaris (1990), Dananjaya (1994), Rosidi (1995), Yulisma dkk (1997), Rustapa (1997), Rusyana (1981), Junus (1983).   Luxemburg (1984), dan Esten (1984). Salah satu pendapat pakar menjelaskan bahwa unsur-unsur intrinsik dalam cerita rakyat diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan kedudukan unsur fiksi, yaitu sudut padang, gaya bahasa, penokohan, alur, latar, tema, dan amanat (Muhardi dan Hasanuddin WS, 1990:30-32).
          Kedua, membahas “citra wanita” menurut sudut padang para ahli. Seperti Nurizzati (1998:35) mengatakan bahwa jika dipandang dari sudut nilai rasa bahasa kata wanita menduduki nilai rasa yang lebih tinggi dan terhormat dibandingkan dengan kata perempuan, karena kata wanita berkonotasi dengan sebuah profesi yang meyakinkan, menghasikan banyak uang, berpribadian mantap, dan mandiri. Pendapat-pendapat lain diambil dari teori Darusman (2002), Suryani dkk (2002), Latief (2001), Warouw (2000), Pamuk (1998), Fakih (1997), Ollenburger dan Moore (1996),  Suryochondro (1984), Junus (1983), dan Beeson (1975) ditambah atau didukung lagi oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990).  
          Selanjutnya, ketiga, kajian teori untuk kata “pendekatan” disampaikan oleh Semi (1984) bahwa pendekatan sastra adalah teknik atau metode yang dipilih oleh seorang kritukus yang bertolak dari sikap dan pandangannya tentang apa hakikat kritik sastra itu sendiri. Pendapat lain disampaikan juga oleh Abrams (1997). Keempat,  pada kata “pendekatan objektif” di sini dipaparkan teori kajian dari Muhardi dan Hasanuddin WS (1992). Kemudian,  Soekamto (1978) mengatakan norma yang  berlaku dalam masyarakat adalah: cara, kebiasaan, cara kelakuan, dan adat istiadat. Dan, terakhir atau kelima, pada kata “strukturalisme” diteorikan oleh Muhardi dan Hasanuddin WS (1992), Ferdinand de Saussure dalam Eagleton (1983). Dan, pendapat yang mengatakan sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani, dikenalkan oleh Aristoteles, dengan konsep wholeness, unity, complexity, dan coherence (Baywater, 1954).
          Penelitian ini bukanlah tanpa dasar, namun terinspirasi dari tiga buah penelitian yang sudah pernah ada sebelumnya yaitu sama-sama kajiannya tentang wanita dalam cerita yang berkaitan dengan sastra daerah. Penelitian pertama berjudul Relasi Jender dalam Novel-Novel Warna Lokal Minangkabau Sebelum Kemerdekaan (Atmazaki, 2003). Judul kedua Wanita dalam Sastra Lama: Khususnya dalam Kitab Centhini (Astuti Hendrato, 1998). Sedangkan yang ketiga karya Eli Suryani dkk. (2002) dengan judul Peran Wanita Sunda dalam Karya Sastra Sunda: Suatu Kajian Gender.         
          Kerangka konseptual dalam tubuh penelitian tesis tersebut memuat mengenai:              1) Abstrak, 2) Halaman Persetujuan, 3) Surat Pernyataan, 4) Kata Pengantar, 5) Daftar Isi,    6) BAB I. Pendahuluan, 7) BAB II. Kajian Teoritis, 8) BAB III. Metodologi, 9) BAB IV. Hasil Penelitian, 10) BAB V. Simpulan, Implikasi, dan Saran, dan 11) Daftar Pustaka.
          Si peneliti, merancang metodologi penelitiannya dengan urutan pemaparan dari mulai jenis penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan terakhir teknik analisis data. Bersifat deskriptif-kualitatif, itulah penetapan jenis penggolongan dari uraian-uraian dalam penelitian tersebut. Lalu, yang menjadi populasinya adalah seluruh cerita rakyat Jambi yang telah ditulis dan dibukukan. Sedangkan, yang menjadi sampel atau objek penelitian adalah sebagian cerita rakyat Jambi maka ditetapkan sejumlah sepuluh judul yang ada kaitan erat dengan citra wanita. Kesepuluh cerita rakyat itu adalah :  (1) Sawo Besak, (2) Si Kapalak, (3) Putri Tanglung, (4) Kisah Rajo Mudo, (5) Puti Unduk, (6) Mundakuh Anyauk, (7) Kerbo Baranak Manusio, (8) Si Tiha dan Si Siti, (9) Nenek Puti, dan (10) Si Enam Batujuh dengan Putri Bungsu.
          Dari data di atas, maka dikumpulkan dengan cara membaca dan menginterprestasikan keseluruhan cerita rakyat Jambi yang dijadikan sampel penelitian itu. Lalu, data dianalisis melalui telaah teks dengan menggunakan teknik analisis konten. Tujuan teknik ini menggali isi dan peran-peran yang terkandung dalam buku atau sumber tertulis. Selanjutnya, memberi makna dengan menginterpretasikan pesan yang terkandung didalamnya. Tujuannya agar menggambarkan citra wanita dalam kaitannya dengan peranan wanita dalam hubungan kekerabatan.  Dari data yang dikumpulkan melalui pencatatan dan telaah teks, disusun dengan cara mendeskripsikannya. Kemudian, dianalisis dan diinterpretasikan secara kualitatif. Jadi secara garis besarnya, secara terperinci langkah-langkah analisis data adalah pertama-tama membaca secara intensif semua cerita rakyat, lalu menginventarisasi atau mencatat tentang citra wanita, selanjutnya mengkategorikan peran dan interaksi tokoh wanita dengan tokoh lain, seterusnya menginterpretasikan atau menafsirkan aspek citra wanita untuk memperoleh gambaran umum bagaimana bentuk citra wanita, dan terakhir merumuskan simpulan penelitian.    
          Yang menjadi benang merah atau simpulan pada keseluruhah isi tesis penelitian itu, adalah, pertama,  wanita dalam perannya sebagai ibu mempunyai citra baik dan buruk di dalam cerita rakyat Jambi. Citra baik tampak pada: cerita Sawo Besak (ibu penyayang, lembut, mandiri, pekerja keras, dan bertanggung jawab), cerita Si Kapalak (ibu penyayang dan keibuan), cerita Tiha dan Si Siti (ibu mencintai anaknya dengan tulus dan ikhlas), cerita Mundakuh Anyauk ( ibu baik hati dan keibuan), cerita Si Enam batujuh dengan Putri Bungsu (ibu penyayang), dan cerita Kerbo Baranak Manusio (ibu cermat, teliti, penyayang, dan keibuan). Sebaliknya, citra buruk tampak pada: cerita Sawo Besak (ibu yang tamak dan serakah), cerita Nenek Puti (ibu egois, tidak peduli, dan tidak punya rasa keibuan), dan cerita Si Enam Batujuh dengan Putri Bungsu (ibu kecam).
          Simpulan kedua, wanita dalam perannya sebagai isteri mempunyai citra baik dan buruk di dalam cerita rakyat Jambi. Citra baik tampak pada: cerita Putri Tanglung (istri yang sabar, setia, satria, baik hati, tulus, dan ikhlas), cerita Si Kapalak (istri yang rendah hati, sabar, arif, dan bijaksana). Sebaliknya, citra buruk tampak pada: cerita Kisah Rajo Mudo (istri tak percaya pada suami, egois, tak pernah puas, memaksakan keinginan, lemah, tak berdaya), cerita Sawo Besak (istri yang memberi pengaruh negatif terhadap suami), dan cerita Si Kapalak (istri materialis).
          Simpulan ketiga, wanita dalam perannya sebagai anak mempunyai citra baik dan buruk di dalam cerita rakyat Jambi. Citra baik tampak pada: cerita Sawo Besak (anak yang patuh, rela berkorban, kritis, dan selektif), cerita Puti Unduk (anak cerdas, jujur, dan patuh), cerita Mundakuh Anyuak (anak yang patuh, rajin, dan bertanggung jawab), dan cerita Kerbo  Baranak Manusio (anak penyayang dan rendah hati). Sebaliknya, citra buruk tampak pada: cerita Si Tiha dan Si Siti (anak sombong dan tinggi hati) dan cerita Kerbo Beranak Manusio (anak sombong, tinggi hati, dan durhaka).
          Sedangkan, simpulan dari hasil analisis data tentang citra wanita dalam perannya sebagai nenek maupun cucu yang terdapat dalam isi cerita rakyat Jambi pada tesis penelitian itu,  tidak ditemukan sama sekali dan tidak juga dipaparkan oleh si peneliti.


                                                                                                                                    Komentar
          Untuk mengomentari judul dari hasil penelitian dari Saudari Nazurty pada “Citra Wanita dalam Cerita Rakyat Jambi” maka saya menganggap perlu adanya hasil karya penelitian lain sedangkan akar atau aspek permasalahannya masih sejalan. Hasil penelitian lain ini berfungsi sebagai bahan perbandingan laporan bacaan. Kemudian, hasil penelitian kedua, yang menjadi bahan perbandingan berasal dari tesis yang bertahun 2011 atas nama Saudara Saiful Anuar dengan nomor induk mahasiswanya 51833. Judulnya “ Cerita Rakyat Penanamaan Tanjung Di Sungai Tapung: Kajian Kategori dan Fungsi Sosial Teks.” (selanjutnya oleh penulisnya disingkat dengan CRPTST). Beliau juga alumni dari Konsentrasi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Studi Pendidikan Bahasa, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Padang.
          Metodologi dari kedua hasil penelitian tersebut. secara garis besarnya unit-unit subbab sama yakni ada membicarakan jenis, objek, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Namun, ada pula sedikit perbedaan diantaranya yaitu adanya penambahan pencantuman dan penjelasan mengenai “Teknik Keabsahan Data” pada tesis yang kedua, karya Syaiful. Padahal sebenarnya bisa digolongkan ke unit teknik analisis data.
          Hasil temuan-temuan laporan penelitian tersebut, jenis antara kedua penelitian sama yaitu kualitatif deskriptif dan begitu juga objek atau penyampelannya adalah sepuluh buah judul foklor (cerita rakyat) hanya saja ceritanya berbeda dari asal daerah, antara Jambi dan Kabupaten Kampar (di sungai Tapung). Di samping itu, ditinjau dari fungsi sosial dalam CRPTST maka seperti juga pada “Citra Wanita dalam Cerita Rakyat Jambi” juga memaparkan nilai-nilai edukasi yang terkandung didalamnya beserta kutipan teks sebagai bukti argumen nilai-nilai baik yang telah ditemukan.
          Setelah itu, teknik pengumplan data penelitian yang dipakai oleh kedua karya tulis ilmiah itu yakni teknik purposive random sampling. Berdasarkan teknik ini, pada CRPTST dibutuhkan para informan berkriteria atau bersyarat di samping beberapa karya cerita rakyat sedangkan pada penelitian “Citra Wanita dalam Cerita Rakyat Jambi” tak dibutuhkan itu, hanya mengandalkan pemilihan kepopuleran cerita di daerahnya saja. Penetapan kriteria karakteristik sebagai informan (responden) itu oleh penelitinya adalah orang yang mengetahui dengan pasti cerita rakyatnya, lalu sebagai seorang penghulu puak pesukuan Datuok Somat, Domo, dan Juonso, dan kemudian sebagai orang dituakan dikampungnya.
          Dari aspek pengkajian yang ditulis berbeda sebagai akibat adanya keterbatasan diri dan waktu penyelesaian studi peneliti. Penelitian di judul kesatu membentangkan kajian mengenai peranan wanita dilihat dari citranya sebagai nenek, ibu istri, anak, dan cucu. Tetapi pada judul kedua, di pembanding, cerita tersebut dikaji dalam dua aspek yang sesuai dengan rumusan penelitian yaitu kategori dan fungsi sosial teks cerita rakyat.
          Selanjutnya, keterbatasan lainnya tampak pada langkah-langkah teknik analisis data.  Membaca, menginvestarisasi, mengkategorikan, menginterpretasikan, dan merumuskan penelitian merupakan alur pada hasil penelitian pertama. Di penelitian kedua, sepertinya cukup dengan menganalisis teks-teks cerita rakyat dan fungsi sosialnya ditambah  penelusuran sisi-sisi lain dari para responden. Namun, dari langkah-langkah penelitian itu maka olahan data pada kedua laporan hasil penelitian tersebut menggunakan teknik yang sama yaitu teknik triangulasi (teknik pemeriksaan).
            Seperti apa pembahasan hasil penelitian pembanding itu? Pembahasan pertama memperbincangkan akan pentingnya melestarikan cerita rakyat sebagai warisan budaya. Ini seperti dikatakan oleh Koentjaraningrat (2009), menurutnya bahwa para individu sejak kecil telah diresapi dengan nilai budaya yang hidup dalam masyarakatnya sehingga konsep-konsep itu sejak lama telah berakar dalam alam jiwa mereka. Pembahasan kedua mengenai cerita rakyat sebagai asal-usul nama sungai dan tanjung. Di sini, masyarakat beranggapan bahwa apa yang diceritakan dalam kisah tersebut merupakan sejarah sungai Tapung. Namun, bagi kaum sejarawan belum mengganggap sejarah karena kurangnya bukti-bukti tertulis sebagai penguat sejarah, seperti dikatakan responden. Yang ketiga, pembahasannya tentang budaya tradisional masyarakat terhadap pengaruh lingkungan. Di sini, dari hasil survai di lapangan menunjukkan bahwa walaupun terbuka dari berbagai pengaruh budaya luar demi perkembangan kemajuan daerah,  masyarakat Tapung-Kampar masih tetap menjunjung tinggi norma-norma adat dan nilai-nilai yang ada sebagai suatu rambu-rambu yang harus dipatuhi.
          Selanjutnya, ditinjau dari posisi hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sepuluh judul CRPTST dijumpai 3 judul yang berkategori mite yakni , pertama, Cerita Penamaan Sungai Tapung (CPST) di dalamnya terkandung gambaran nilai sosial budaya seperti: percaya kepada Tuhan yang Maha Esa, kasih sayang, rajin bekerja, dan tidak berputus asa. Kedua, Cerita Penamaan Tanjung Rimba Berlayar (CPTRB) di dalamnya terkandung gambaran nilai sosial budaya seperti: percaya kepada Tuhan yang Maha Esa, tindakan mufakat, saling menghargai, dan menempati janji.  Dan, ketiga,  Cerita Penanamaan Tanjung Bengkuang Putih (CPTBP) di dalamnya terkandung gambaran nilai sosial budaya seperti: sopan santun dan menghargai.
          Selain itu, terdapat 6 kategori legenda yakni , pertama, Cerita Penamaan Tanjung Kubur Cina (CPTKC) di dalamnya terkandung gambaran nilai sosial budaya seperti: percaya kepada Tuhan yang Maha Esa, dermawan, musyawarah, kelestarian alam, dan nilai kebersamaan. Kedua, Cerita Penamaan Tanjung Lantak Kayu Terurat (CPTLKT) di dalamnya terkandung gambaran nilai sosial budaya seperti: ketabahan, rajin bekerja, bersyukur, dan legitimasi. Ketiga, Cerita Penamaan Tanjung Sialang Angguong (CPTSA) di dalamnya terkandung gambaran nilai sosial budaya seperti: ketekunan dan menepati janji. Keempat, Cerita Penamaan Tanjung Sialang Rendah (CPTSR) di dalamnya terkandung gambaran nilai sosial budaya seperti: adil dan bijaksana, kebenaran, cinta alam, dan menjaga marwah. Kelima, Cerita Penamaan Tanjung Tulang Hantu (CPTTH) di dalamnya terkandung gambaran nilai sosial budaya seperti: kerukunan, gotong royong, pengambilan keputusan, dan kepemimpinan. Dan keenam, Cerita Penamaan Tanjung Tompat Sinyonang (CPTTS) di dalamnya terkandung gambaran nilai sosial budaya seperti: patuh pada orangtua, memberi dengan ikhlas, dan mengajarkan yang baik.
           Selanjutnya, terakhir, ada satu judul berkategori dongeng yakni Cerita Penamaan Tanjung Terusan Cempedak (CPTTC). Di dalamnya terkandung gambaran nilai sosial budaya. Seperti kasih sayang dan kerja keras.
          Fungsi sosial teks yang terdapat dalam CRPTST memposisikan, pertama-tama,  sebagai pengembang integritas masyarakat. Maksudnya, melalui cerita rakyat masyarakat mampu bertindak lebih arif dan bijak dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Lalu, fungsi sosial Kedua adalah sebagai alat control sosial. Maksudnya, terdapat ungkapan dan pantun rakyat sebagai system yang mengawasi tindak-tanduk dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi sosial selanjutnya sebagai pengukuhan solidaritas sosial. Maksudnya, sistem yang dibangun melalui cerita rakyat menciptakan rasa saling menghargai, menghapuskan perbedaan, dan menghilangkan kasta dalam kehidupan bermasyarakat.
          Kemudian, fungsi lainnya lagi yaitu sebagai identitas kelompok. Maksudnya, beberapa puak pesukuan asli Tapung merupakan masyarakat yang agamis dan berpegang pada adat dan tradisi. Dalam adat dan tradisi berhubungan dengan cerita rakyat. Dan, fungsi terakhir yaitu sebagai harmonisasi komunal. Maksudnya, masyarakat Tapung merupakan masyarakat berbagai etnis, agama, dan budaya. Puak pesukuan asli Tapung merupakan tiang tonggak bagi system kehidupan bermasyarakat di Tapung. Melalui budaya dan tradisi mampu menciptakan keharmonisan antarsuku pendatang lain.       
                                                                                                              
                                                                                                                                        Penutup
          Harapan dari penulis tesis tersebut adalah agar hasil penelitian yang telah dilaporkan dapat bermanfaat atau berdayaguna kepada subyek-subyek yang dituju. Pertama, memberi manfaat kepada para peneliti dan akademisi untuk pengembangan teori kajian tentang wanita dan cerita rakyat. Dari manfaat pertama yang disampaikan itu, saya berpandangan bahwa telah banyak laporan-laporan sejenis dan sifatnya kurang tantangan karena sekadar menganalisis literatur saja. Kedua, bermanfaat bagi staf pengajar (guru) dan pelajar sekolah dasar, menengah, bahkan perguruan tinggi. Maka, pandangan saya adalah memang cerita-cerita rakyat lokal dapat dijadikan materi atau pelajaran muatan lokal agar para siswa-siswi mengenal dan mencintai kebudayaan lokal terutama dari aspek khasanah karya sastra daerah. Ketiga, bermanfaat kepada peminat sastra dan masyarakat dalam rangka menjembatani antara karya sastra dan penikmatnya. Saya berpandangan bahwa peminat dan masyarakat yang dimaksud di sini, lebih pada penekanannya bagi mahasiswa atau pun mahasiswi dalam mencari bahan tugas kuliah atau penyelesaian studinya. Terakhir, keempat, manfaat penelitian dapat membantu pelestarian sastra daerah khususnya cerita rakyat Jambi. Dari manfaat terakhir ini, saya berpandangan bahwasanya hasil-hasil penelitian para mahasiswa-mahasiswi dalam hal ikut pelestarian sastra daerah sebenarnya untuk penambahan koleksi isi perpustakaan-perpustakaan. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar